Jika memiliki satu permintaan, mungkin dia akan memilih untuk tidak pernah berada ditempat ini. Tempat yang membuat mimpinya menjadi kabur, membuatnya harus melihat kedua saudaranya harus menangis, membuat sang mama yang tidak berhenti membujuknya dan melihat seorang ayah yang harus menghubungi begitu banyak orang untuk dirinya.
Reva Fidela natio, gadis yang berusia 18 tahun yang memiliki mimpi untuk menghibur banyak orang seperti kakak pertamanya. Anak bungsu dari keluarga Natio yang selalu mendapat perhatian penuh oleh kedua kakaknya dan orang tuanya.
Sebelumnya dia tidak pernah membayangkan akan terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit dengan tangan yang telah terinfus.
"Ma?" Panggilnya kepada sang ibu yang tidak pernah melepaskan tangannya.
Sang ibu yang mendengarnya mulai menatap kearah adel, kedua kakaknya pun ikut mendekat begitupun ayahnya.
"Adel mau pulang, kapan adel bisa pulang?" Tanyanya yang membuat sang ibu harus menggeleng dengan air mata yang tidak bisa di kontrolnya.
"Sayang, kamu harus istirahat dulu yah! Kamu tidak boleh kecapean" adel pun menatap sang kakak yang juga mengangguk membenarkan ucapan ibu mereka.
"Ci, adel ada jadwal minggu ini kan? Adel tidak bisa libur" ujar adel yang masih saja memikirkan tentang jadwalnya di JKT48.
Yah, adel adalah seorang idol. Sama seperti Kakaknya, Shani Indira Natio.
"Tidak papa, cici bisa izinin kamu" adel menggeleng dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Tidak ci, minggu ini jadwal STS flora, adel tidak mau buat flora sedih" ujar adel dengan mata yang hampir saja meneteskan air mata.
Shani pun tidak bisa berkata apapun lagi, dia hanya bisa menatap ibunya dan juga Jinan di Sampingnya. Shani tau bagaimana adel dan flora, mereka sangat dekat hingga keduanya tidak mau melihat salah satu diantara mereka ada yang bersedih.
"Flora akan lebih sedih jika tau kamu memaksakan untuk datang di STS nya, dek" ujar jinan yang di angguki shani.
Tapi adel tetaplah adel, anak bungsu yang harus mendapatkan yang di inginkannya.
"Adel tidak tau, apakah tahun depan adel bisa datang di sts flora atau tidak, adel tidak mau menyia-nyiakan kesempatan adel di waktu yang singkat ini, ci" ujarnya lemah yang membuat shani dan jinan tanpa sadar telah meneteskan air matanya "Ci, ka? Izinkan adel yah, adel janji tidak akan kecapean"
Shani dan jinan pun saling menatap lalu menatap kedua orangtua mereka, sang ibu hanya mengangguk sedangkan ayahnya hanya diam sejak tadi.
Ayah mereka mendekat disamping adel, memegang tangan sang anak bungsu lalu mengelus kepala adel yang kini menatap ayahnya.
"Kapan adel grad?" Tanya sang ayah yang membuat shani terkejut.
"Pa?" Panggil shani yang membuat sang ayah menatapnya, shani menggeleng.
Pria paruh baya itu terdiam lalu menatap sang anak bungsu yang kini menatapnya tersenyum.
"Adel akan grad, pah! Tapi janji jangan beritahu flora mau pun teman-teman adel tentang penyakit adel?" Ujarnya.
Shani yang sudah tidak tahan pun keluar dari kamar adel, jinan menyusulnya karena khawatir dengan kakak sulungnya itu.
Jinan dapat melihat bagaimana shani yang sedang menangis di sana, jinan juga sedih tapi dia mencoba untuk kuat demi kakak dan adeknya.
"Ci?" Panggil jinan sambil memegang bahu shani.
"Aku tidak bisa dek, aku tidak bisa liat adel sehancur ini" ujar shani sambil menghapus air matanya yang belum berhenti keluar "adel masih bisa sembuhkan, dek? Bilang sama cici jika adel masih punya kemungkinan itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
HUG ME "Jiwaru Days" ✅️
FanfictionJika memiliki satu permintaan, mungkin dia akan memilih untuk tidak pernah berada ditempat ini. Tempat yang membuat mimpinya menjadi kabur, membuatnya harus melihat kedua saudaranya harus menangis, membuat sang mama yang tidak berhenti membujuknya d...