12

2.3K 213 22
                                    

Singapura 2 jam lalu,

Jinan berjalan dengan tas selempang disisi kanannya, tersenyum sambil menyapa beberapa suster yang cukup mengenalnya.

"Dokter anin" Panggil jinan kepada dokter anin yang baru saja keluar dari lift.

Dokter anin tersenyum lalu memeluk jinan dengan lembut.

"Loh kok kamu disini? Nggak ngabarin lagi" ujar dokter anin yang membuat jinan tersenyum.

"Tadi ketemu prof, ini mau ketemu kamu sebenarnya" dokter anin menggeleng lalu menarik jinan untuk ikut berjalan dengannya.

"Pasti mau nanyain keadaan adel, kan" tebak dokter yang diangguki oleh jinan.

"Bagaimana perkembangannya?"

Dokter anin terlihat sedih, dia sebenarnya tidak mau mengatakannya tapi jinan harus tau.

"Leukimia adel sudah sangat parah, bahkan sekarang alat-alat itu tidak bisa membantu adel lebih lama, nan" jelasnya yang membuat jinan menatap kearah balik kaca.

Ada adel yang terbaring dengan bantuan alat-alat di tubuhnya. Jinan menghapus airmatanya melihat kondisi sang adik yang tidak ada perubahan.

"Sekarang beberapa dokter sudah mengusulkan untuk mencabut alat-alat di tubuh adel, nan" ujar dokter anin yang membuat jinan menatapnya tajam.

"Kenapa?" Dokter anin menggeleng.

"Dokter menyerah, hanya menunggu keputusan dari pihak keluarga saja" jinan menggeleng

"Nggak, aku tidak akan membiarkan kalian melepasnya, biarkan adel tetap hidup walaupun dengan alat-alat itu" ujar jinan dengan tegas "bahkan jika itu membutuhkan beberapa tahun" lanjutnya menatap kedalam ruangan adel.

Dokter anin mengangguk mengerti lalu ikut menatap kedalam, kearah adel yang terlihat sudah sangat berbeda dari saat mereka pertama kali bertemu.

Kembali di saat ini,

Surabaya, INDONESIA.

"Gue mau ke kamar, ci shani" ujar flora yang berdiri sambil menatap member yang saat ini ada didalam kamarnya.

"Gue ikut, flo" ujar olla sambil menghapus airmatanya.

Sedangkan di kamar shani, dia sedang menelfon jinan yang beberapa menit tadi menelfonnya.

"Kenapa nan? Kok telfon cici?" Tanya shani sambil menatap keluar jendela.

"Ci, datang sekarang, ci! Jinan tidak bisa ci kalau sendiri" ujar jinan dengan suara tangis disana "ci, tolong segera datang"

"Kamu kenapa? Kenapa nangis gitu?" Tanya shani yang ikut khawatir.

"Adel ci, adell" teriak jinan yang membuat shani membeku.

Saat itu, shani tidak tau harus melakukan apa, dia hanya berdiri dengan air mata yang jatuh seiring mendengar ucapan jinan kepadanya.

Ceklek

"Ci?" Panggil flora yang membuat shani menatap kearah flora dengan mata yang telah merah menangis.

"Ci, kenapa?" Tanya flora dengan khawatir mendapati shani yang seperti orang linglung.

Shani mengabaikan flora, lalu meraih tasnya dengan cepat dia keluar kamar.

HUG ME "Jiwaru Days" ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang