Matahari baru saja terbit ketika Voya bangun dari tempat tidurnya di kamar asrama. Hari ini adalah hari pertama pelatihan elemen di Akademi, dan Voya merasa campuran antara kegembiraan dan kecemasan. Dia mengenakan seragam akademinya, sebuah jubah berwarna biru gelap dengan logo akademi yang terletak di dadanya, dan berjalan keluar kamar bersama Nea yang selalu tampak tenang dan percaya diri.
Saat mereka tiba di halaman pelatihan, Voya terpesona oleh luasnya area tersebut. Tanah lapang yang luas dengan berbagai area yang disiapkan untuk pelatihan elemen-elemen alam. Di sekelilingnya, siswa-siswa lain sudah mulai berkumpul, siap untuk memulai hari pertama pelatihan mereka.
"Hai, Voya. Semangat ya!" Terdengar suara teriakan Shen. Voya membalas dengan senyum manisnya.
"Oi ... Oi ... Ku rasa dia menyukaimu Voy?" celetuk Nea.
"Agh, kamu aneh-aneh saja. Ssst, Profesor sudah datang."
Profesor Liana berdiri di depan siswa-siswa baru, tersenyum dengan penuh kebijaksanaan. "Selamat pagi semuanya. Hari ini, kalian akan memulai perjalanan panjang untuk memahami dan menguasai elemen-elemen alam. Kita akan mulai dengan elemen tanah, elemen dasar yang penting untuk memahami keseimbangan alam."
Voya berdiri di antara teman-teman barunya Nea, Shen, dan Ignis. Mereka semua tampak bersemangat, tetapi Voya merasakan kegugupan yang tidak bisa ia abaikan. Dia tahu bahwa pelatihan ini akan menjadi ujian besar pertama dalam perjalanannya di akademi.
Profesor Liana memimpin mereka ke area yang dipenuhi dengan bebatuan dan tanah liat. "Elemen tanah melambangkan kekuatan dan ketahanan. Untuk menguasainya, kalian harus belajar untuk merasakan dan memanipulasi energi yang mengalir melalui bumi. Sekarang, mari kita mulai dengan latihan dasar."
Voya mengikuti instruksi Profesor Liana, mencoba merasakan energi tanah di bawah kakinya. Dia berjongkok, menempatkan tangannya di atas tanah, dan mencoba untuk fokus. Namun, meskipun dia berkonsentrasi sekuat tenaga, dia tidak bisa merasakan apa-apa selain dinginnya tanah.
Di sebelahnya, Shen dengan mudah memanipulasi tanah, membuat batu-batu kecil melayang di udara dan membentuk pola yang indah. Voya merasa semakin tertekan melihat betapa mudahnya teman-temannya menguasai elemen ini. Nea, meskipun ahli dalam elemen air, juga menunjukkan kemajuan yang baik dalam pelatihan elemen tanah. Bahkan Ignis, yang biasanya lebih nyaman dengan api, tampak lebih berhasil dibandingkan Voya.
Setelah beberapa jam mencoba dan gagal, Voya merasa frustrasi dan kelelahan. Dia duduk di tanah, menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya. Profesor Liana mendekatinya, menatapnya dengan penuh pengertian.
"Jangan khawatir, Voya. Setiap orang memiliki ritme mereka sendiri dalam belajar. Kesulitan yang kamu hadapi sekarang adalah bagian dari proses," kata Profesor Liana dengan suara lembut.
"Tapi mengapa aku tidak bisa merasakan apa-apa? Aku sudah mencoba sekuat tenaga," balas Voya dengan nada putus asa.
"Kadang-kadang, kita terlalu fokus pada hasil hingga kita lupa untuk merasakan prosesnya. Cobalah untuk merelakan dirimu dan biarkan energi alam mengalir melalui dirimu tanpa tekanan," nasihat Profesor Liana.
Voya mengangguk, meskipun hatinya masih dipenuhi keraguan. Dia berdiri kembali, mencoba untuk mengosongkan pikirannya dari semua rasa frustrasi dan tekanan. Dia menutup matanya, menarik napas dalam-dalam, dan meletakkan tangannya di tanah sekali lagi. Perlahan, dia mulai merasakan getaran halus di bawah permukaan tanah. Getaran yang semakin kuat seiring dengan konsentrasinya yang semakin mendalam.
Tanah di bawah tangannya mulai bergerak perlahan, membentuk gumpalan kecil yang naik ke permukaan. Voya membuka matanya dengan perasaan takjub dan kegembiraan. Meskipun hanya sedikit, dia berhasil memanipulasi tanah.
"Bagus sekali, Voya! Lanjutkan seperti itu," seru Profesor Liana dengan senyuman penuh kebanggaan.
Dengan dorongan semangat dari Profesor Liana, Voya terus berlatih sepanjang hari. Meskipun rintangan dan kesulitan masih ada, dia merasa lebih percaya diri. Dia tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai, dan setiap langkah kecil adalah kemajuan menuju tujuannya.
"Haah, a-ku sudah di ambang kebatasan menguasai ini!" ucapnya dengan napas yang terengah-engah.
"Voy, usahakan kamu tidak perlu mengeluarkan tenaga lebih tapi tetap berpatok pada satu titik. Itu akan mempermudah mu untuk melakukannya tanpa kelelahan," saran Ignis.
"Ucapanmu terdengar mudah, tapi aku sulit melakukannya," balasnya sambil memukul tanah.
"Pundak mu terlalu tegang, Voy! Kamu tidak akan bisa, jika tubuh mu setegang itu!" sahut Shen yang ternyata ikut memperhatikannya.
"Aaaarrrrggghhh, baiklah!" Dia mulai membangkitkan semangatnya lagi. "Fokus ... Fokus ... Voya, kamu pasti bisa. Demi desa, demi keluarga, demi semua orang yang aku sayang!" gumamnya pelan.
Tiba-tiba seluas tanah yang dia pijak, Voya menggetarkan tanah itu dengan seluruh kekuatannya. Siswa-siswi yang sedang berlatih pun terhenti dan ikut merasakan getaran di dalam tanah. Profesor Liana terheran dengan kekuatan itu, "Haa, ini siapa yang melakukannya?" katanya dalam hati. "Mungkinkah Voya? Bagaimana bisa?" Masih tidak percaya.
Tanah itu menjadi keras dan kemudian retak. Lalu, membentuk butiran-butiran batu dan terbang melayang di langit terang. Semua mata takjub tak percaya dengan apa yang terjadi. Di saat kekuatan itu mencapai puncak kebatasan lagi. Butiran-butiran itu terjatuh dan mengenai mereka yang sedang berada di lapang luas. Dengan cepat, Profesor membuat pelindung di atas mereka. Sedangkan Voya, terlunglai lemah dan kehabisan tenaga.
"Kamu tidak apa-apa, Voy?" tanya Profesor.
"Haha, aku baik-baik saja, Prof," katanya sambil tersenyum dan mengangkat jempolnya.
***
Saat matahari mulai terbenam, Voya kembali ke asrama bersama Nea, Shen, dan Ignis. Mereka semua lelah tetapi puas dengan kemajuan yang mereka capai hari itu. Di kamar, Voya duduk di tepi tempat tidurnya, merenungkan hari yang penuh tantangan dan pelajaran berharga.
"Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Nea sambil tersenyum.
"Aku merasa lebih baik," jawab Voya. "Ini memang tidak mudah, tetapi aku tahu aku bisa melakukannya."
Shen mengangguk setuju. "Setiap dari kita punya kekuatan dan kelemahan masing-masing. Yang penting adalah kita terus berusaha dan tidak menyerah."
Ignis menambahkan dengan semangat yang menggebu. "Kita juga punya satu sama lain untuk saling mendukung. Itu yang paling penting."
Voya tersenyum, merasakan kehangatan persahabatan yang menguatkan tekadnya. Dia tahu bahwa dengan dukungan teman-temannya dan bimbingan dari Profesor Liana, dia akan mampu mengatasi setiap rintangan yang ada di depannya.
Malam itu, Voya tidur dengan perasaan tenang dan harapan baru. Dia siap untuk menghadapi hari-hari mendatang di Akademi untuk belajar, tumbuh, dan menjadi lebih kuat. Perjalanannya masih panjang, tetapi dia tidak lagi merasa sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Enchanted Academy of Elementals ( END )
FantasíaDi dunia yang dipenuhi dengan keajaiban dan sihir, terdapat sebuah akademi legendaris yang mendidik para penyihir muda untuk menguasai elemen-elemen alam. Voya, seorang gadis berusia 15 tahun dari desa kecil, memiliki kemampuan alami yang luar biasa...