Bab 8. Hutan terlarang

11 4 0
                                    


Setelah mengungkap identitas Ven Nocturne di Ruang Memori, Voya, Nea, Shen, dan Ignis tahu bahwa mereka harus bertindak cepat. Profesor Liana memberi tahu mereka tentang sebuah artefak kuno yang tersembunyi di Hutan Terlarang yang mungkin bisa membantu mereka melawan Ven.

"Hutan Terlarang adalah tempat yang berbahaya," kata Profesor Liana dengan nada serius. "Makhluk-makhluk magis yang kuat melindungi hutan itu. Kalian harus berhati-hati dan bekerja sama untuk menemukan artefak tersebut."

Dengan persiapan yang matang dan semangat yang tinggi, Voya dan teman-temannya berangkat ke Hutan Terlarang. Hutan itu terletak di luar perbatasan akademi, dipenuhi dengan pepohonan raksasa dan tumbuhan merambat yang tebal. Suasana di dalam hutan terasa misterius dan sedikit menakutkan.

Saat mereka memasuki hutan, udara terasa dingin dan lembap. Cahaya matahari hampir tidak menembus kanopi tebal di atas kepala mereka. Mereka berjalan dengan hati-hati, memperhatikan setiap suara dan gerakan di sekitar mereka.

"Profesor Liana bilang artefak itu terletak di dalam kuil kuno di tengah hutan ini," kata Shen, mencoba mengingat arah yang diberikan oleh profesor.

Setelah berjalan beberapa saat, mereka tiba di sebuah sungai yang berkilauan dengan cahaya magis. Di seberang sungai, mereka melihat bayangan-bayangan yang bergerak di antara pepohonan.

"Kita harus menyeberangi sungai ini," kata Ignis. "Tapi hati-hati, airnya penuh dengan makhluk air yang bisa berbahaya."

Nea, yang ahli dalam elemen air, maju ke depan. "Biarkan aku menenangkan airnya," katanya sambil mengangkat tangannya. Dengan gerakan halus, dia melantunkan mantra yang membuat air sungai menjadi tenang dan jernih. Mereka menyeberangi sungai dengan aman, berkat bantuan Nea.

Namun, tak lama setelah menyeberangi sungai, mereka disergap oleh sekelompok makhluk magis berbentuk serigala besar dengan mata bercahaya. Makhluk-makhluk itu menggeram, menunjukkan taring mereka yang tajam.

"Persiapkan diri kalian!" seru Voya. "Kita harus bekerja sama untuk mengalahkan mereka!"

Voya memanggil elemen api, menciptakan lingkaran api untuk melindungi teman-temannya. Ignis juga mengeluarkan kekuatan apinya, membuat makhluk-makhluk itu mundur sejenak. Nea menggunakan elemen air untuk menciptakan gelombang yang menghalangi serangan mereka, sementara Shen memanggil elemen tanah untuk membuat penghalang kuat.

Pertarungan berlangsung sengit, tetapi dengan kerjasama dan keahlian mereka, Voya dan teman-temannya berhasil mengalahkan makhluk-makhluk itu. Mereka melanjutkan perjalanan mereka, semakin dekat dengan tujuan.

Akhirnya, mereka tiba di sebuah kuil kuno yang tersembunyi di tengah hutan. Kuil itu terbuat dari batu yang ditumbuhi lumut, dengan patung-patung kuno yang mengelilingi pintu masuknya. Suasana di sekitar kuil terasa magis dan penuh misteri.

"Kita harus masuk ke dalam dan mencari artefak itu," kata Voya dengan tekad.

Mereka memasuki kuil dengan hati-hati, menyusuri lorong-lorong gelap yang dihiasi dengan ukiran-ukiran kuno. Di dalam ruangan utama kuil, mereka menemukan sebuah altar dengan sebuah artefak yang bersinar di atasnya. Artefak itu berbentuk kristal besar dengan cahaya biru yang memancar dari dalamnya.

"Inilah yang kita cari," kata Voya dengan penuh kemenangan.

Namun, saat mereka mendekati artefak itu, mereka merasakan kehadiran yang kuat dan jahat. Bayangan besar muncul di depan mereka, menghalangi jalan mereka. Itu adalah roh penjaga kuil, makhluk magis yang kuat dan berbahaya.

"Kalian tidak akan mengambil artefak ini tanpa melewati ujian terakhir," kata roh penjaga dengan suara yang menggetarkan ruangan.

Voya dan teman-temannya menyiapkan diri mereka untuk pertarungan terakhir. Dengan kekuatan elemen yang mereka miliki, mereka menghadapi roh penjaga kuil dengan tekad yang bulat. Pertarungan itu sulit dan penuh tantangan, tetapi dengan kerjasama dan keberanian, mereka akhirnya berhasil mengalahkan roh penjaga dan mengambil artefak kuno.

Dengan artefak di tangan, mereka merasa lebih siap untuk menghadapi ancaman Ven Nocturne. Mereka tahu bahwa pertempuran yang lebih besar masih menunggu, tetapi dengan kekuatan baru yang mereka miliki, mereka yakin bisa melindungi akademi dan mengalahkan penyihir gelap itu.

Mereka semua kembali ke akademi untuk menyerahkan batu permata biru kepada Profesor Liana. Saat tiba di sana, mereka bertemu dengan Derek. Voya berpapasan dengannya, namun kali itu Derek tidak mencoba mengganggu Voya seperti biasanya. Dia hanya memandang lalu pergi, tanpa melakukan apa pun.

"Tumben, si perusuh tidak buat rusuh?" celetuk Ignis.

"Mungkin dia sudah jadi senior yang baik?" sahut Nea.

"Atau dia sedang tidak ada sihirnya, hahaha!" balas Shen dengan tawa.

"Hentikan! Ini semua tidak benar. Seharusnya dia mengumpat dengan hebat denganku. Pasti dia akan berkomentar yang menyakitkan. Ini tidak beres, aku merasa dia bukan Derek!" kata Voya.

"Lalu siapa?" tanya Nea.

Tak lama mereka berjalan, mereka bertemu dengan Profesor Liana. Shen memberi permata biru kepada Profesor Liana. Namun, Voya menghentikan itu dan berkata, "Tunggu dulu! Kau bukan Profesor Liana, bau tubuhmu tidak seperti manusia. Siapa kau?"

"Apa maksudmu, Voy? Aku Profesor Liana."

"Iya, benar! Dia adalah Profesor, kenapa Voy?" tanya Ignis.

"Bukan, bau mu tidak seperti manusia, bau mu busuk seperti seorang yang telah mati!" ucap Voya.

Profesor Liana yang dihadapan mereka tiba-tiba berubah wujud, menunjukkan bentuk asli seorang makhluk jahat. "Kau benar, Voya. Aku bukan Liana," kata makhluk itu dengan suara mengerikan. "Sekarang, kalian semua akan menyesal karena menyadarinya!"

Nea, Shen, dan Ignis segera bersiap siaga, sementara Voya menatap makhluk itu dengan tekad kuat. Mereka tahu bahwa pertempuran ini akan sulit, namun bersama-sama mereka akan menghadapinya.

Tubuh Voya memerah bagai api yang berkobar. Tangan kanannya mengeluarkan elemen tanah dan tangan kirinya mengeluarkan elemen air. Semua itu sihir yang dia pelajari, keluar begitu saja dengan amarah yang Voya rasakan. Sekejap mata makhluk itu di serang Voya dengan bertubi-tubi. Tubuhnya terbelah menjadi butiran batu bara yang kecil. Setelah mengalahkan makhluk itu, tubuh Voya lemas dan dia tersungkur dengan lututnya.

Nea, Shen dan Ignis berlari mendekatinya. "Voya, kau tidak apa-apa?" tanya Ignis dengan khawatir.

"Aku ... aku baik-baik saja," jawab Voya dengan suara lemah. "Hanya kelelahan."

Tiba-tiba situasi berubah, ternyata mereka masih berada di hutan terlarang. Kemudian, mereka kembali menggunakan sihir telefortasi agar segera sampai ke akademi. Profesor Liana muncul di balik pintu dengan cemas. "Apa yang terjadi?"

Voya mengangkat kepalanya dan menjelaskan secara singkat apa yang terjadi. Profesor mendengar dengan seksama lalu dia meminta mereka untuk beristirahat dan memulihkan tenaga.

The Enchanted Academy of Elementals ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang