Bab 5. Pelajaran Elemen Air

11 4 0
                                    


Hari itu langit cerah, dan suasana di Akademi terasa lebih tenang setelah insiden di perpustakaan. Voya bangun dengan semangat baru, siap untuk pelajaran hari ini yang berfokus pada elemen air. Ini adalah elemen yang penuh dengan misteri dan ketenangan, berbeda dengan elemen tanah yang kokoh dan stabil.

Di lapangan latihan yang luas, Voya bergabung dengan siswa-siswa lainnya, termasuk Nea yang merupakan ahli elemen air. Profesor Liana, dengan senyum ramahnya, berdiri di depan mereka, siap memulai pelajaran.

"Hari ini kita akan mempelajari elemen air," kata Profesor Liana dengan suara lembut namun penuh wibawa. "Air memiliki kekuatan yang unik. Ia bisa lembut seperti aliran sungai yang tenang, tetapi juga bisa kuat dan tak terhentikan seperti badai."

Voya mendengarkan dengan penuh perhatian, merasa sedikit gugup namun antusias. Dia tahu bahwa menguasai elemen air akan menjadi tantangan baru baginya, tetapi dia siap untuk belajar.

"Mulailah dengan merasakan aliran energi di sekitarmu," lanjut Profesor Liana. "Bayangkan dirimu sebagai bagian dari air, mengikuti alirannya dan merasakan kekuatannya."

Voya menutup matanya, berusaha fokus pada instruksi Profesor Liana. Dia membayangkan dirinya menjadi satu dengan air, merasakan kesejukan dan kelembutannya. Perlahan-lahan, dia merasakan energi yang mengalir melalui tubuhnya, mulai menyatu dengan elemen air.

Nea, yang berdiri di sebelahnya, tersenyum melihat usaha Voya. "Jangan terburu-buru, Voya. Biarkan dirimu menyatu dengan air. Rasakan setiap aliran dan gerakannya."

Dengan bimbingan Nea, Voya mulai merasa lebih percaya diri. Dia merasakan aliran air di tangannya, membentuk bulir-bulir air kecil yang melayang di udara. Semakin lama, bulir-bulir air itu semakin banyak dan mulai membentuk aliran yang mengalir di sekitar Voya.

Sementara itu, Shen yang merupakan ahli elemen tanah, memperhatikan Voya dengan kagum. Meskipun elemen mereka berbeda, Shen merasa terinspirasi oleh semangat dan ketekunan Voya.

Selama pelajaran, Voya dan Shen semakin dekat. Mereka berlatih bersama, saling mendukung dan memberikan semangat. Shen mengajarkan Voya cara menjaga keseimbangan antara elemen tanah dan air, sementara Voya membantu Shen memahami fleksibilitas dan kelenturan air.

Saat latihan berlanjut, Voya semakin mahir mengendalikan elemen air. Dia belajar bagaimana membentuk gelombang, menciptakan pusaran air, dan mengendalikan arusnya dengan presisi. Profesor Liana mengamati kemajuan Voya dengan bangga, mengetahui bahwa Voya memiliki potensi besar.

"Dia benar-benar menakjubkan. Menguasai dengan segala kemampuan fokusnya sangat membuahkan hati. Tapi, dengan kejadian di perpustakaan seperti itu bukan dirinya." bergumam hebat di dalam pikirannya.

Suatu hari, saat mereka berlatih di tepi danau kecil di akademi, Voya dan Shen memutuskan untuk mencoba teknik baru. Voya menciptakan aliran air yang mengalir dari danau, sementara Shen menggunakan kekuatan tanahnya untuk membuat jembatan dari bebatuan yang muncul dari dasar danau.

"Kerja bagus, Voya," kata Shen dengan senyum lebar. "Kau semakin mahir mengendalikan air."

"Terima kasih, Shen. Aku tidak bisa melakukannya tanpa dukunganmu," balas Voya dengan tulus.

Mereka melanjutkan latihan mereka dengan semangat, menciptakan kombinasi teknik yang menggabungkan elemen air dan tanah. Voya merasa beruntung memiliki teman seperti Shen, yang selalu ada untuk mendukungnya dan membantu mengatasi tantangan.

Hubungan Voya dan Shen semakin kuat, tidak hanya sebagai teman latihan tetapi juga sebagai sahabat. Mereka saling memahami dan melengkapi satu sama lain, menciptakan harmoni yang indah antara elemen tanah dan air.

Hari demi hari, Voya semakin menguasai elemen air, merasa lebih percaya diri dengan kemampuannya. Dia tahu bahwa perjalanan ini masih panjang, tetapi dengan teman-temannya di sisinya, Voya siap menghadapi setiap tantangan yang datang. Bersama-sama, mereka akan tumbuh dan menjadi penyihir yang lebih kuat, siap melindungi dunia dari ancaman yang mungkin muncul.

Tiba-tiba, di gedung perlengkapan sihir terjadi suatu ledakan yang cukup besar, membuat semua orang terperangah. Nea, Shen, dan Ignis terkejut. Mereka segera melihat sekeliling dan mencari Voya.

"Voya mana?" tanya Shen dengan cemas.

"Tidak tahu, tadi dia ada di sini?" sahut Nea.

"Ayo, lebih baik kita cari dia, aku takut dia terlibat dalam permasalahan," saran Ignis.

Mereka berpencar mencari Voya. Mereka menanyakan keberadaan Voya kepada siswa-siswa yang mereka temui, tetapi tidak ada yang melihatnya. Hingga seorang siswa lainnya mengatakan sesuatu, "Apakah kalian sedang mencari Voya?"

"Iya, di mana dia?" seru Nea.

"Aku lihat dia berjalan ke arah gudang," kata siswa itu.

"Baiklah, terima kasih." Mereka langsung pergi ke arah gudang. Ignis sedikit melirik ke arah siswa tersebut, sambil berpikir, "Aku baru melihat siswa itu? Siapa dia? Auranya sangat aneh. Aku merasa dia berbahaya."

Saat mereka tiba di dalam gudang, mereka melihat Voya berhadapan dengan seorang musuh berjubah hitam dengan topeng. Kekuatan musuh itu sangat besar. Voya berkali-kali terjatuh dan terluka.

"Voya!" teriak Nea. "Jangan mendekati dia! Pergi dari sini!"

Voya berusaha bangkit dengan susah payah, tubuhnya penuh luka. Musuh berjubah hitam itu tertawa pelan, suaranya terdengar dingin dan mengancam. "Kalian datang tepat pada waktunya," katanya dengan nada mengejek. "Sekarang, kalian semua akan merasakan penderitaan yang sama."

Ignis maju beberapa langkah, matanya bersinar marah. "Siapa kau? Apa maumu?"

Musuh itu hanya tersenyum di balik topengnya. "Namaku tidak penting. Yang penting adalah, aku datang untuk mengambil sesuatu yang sangat berharga dari kalian."

Shen mengangkat tongkat sihirnya, siap bertarung. "Kami tidak akan membiarkanmu menyentuh Voya lagi!"

Pertarungan pun dimulai. Nea, Shen, dan Ignis bekerja sama untuk melawan musuh berjubah hitam itu. Mereka menggunakan semua sihir yang mereka kuasai, tetapi musuh itu tampak terlalu kuat. Setiap serangan yang mereka lancarkan, dia tangkis dengan mudah.

"Nea, kita harus bekerja sama!" seru Ignis. "Kita butuh rencana!"

Nea mengangguk, berusaha menenangkan diri. "Shen, gunakan sihir penghalangmu untuk melindungi kita. Aku dan Ignis akan menyerang dari dua sisi."

Shen segera membentuk penghalang sihir di sekitar mereka, sementara Nea dan Ignis mulai menyerang dengan serangan-serangan terkoordinasi. Musuh berjubah hitam itu mulai kewalahan menghadapi serangan ganda mereka.

Voya yang terluka parah, mencoba mengumpulkan kekuatannya. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, dia melantunkan mantra penyembuhan pada dirinya sendiri, berharap bisa kembali ke pertarungan.Musuh berjubah hitam itu semakin terdesak. "Kalian pikir ini sudah berakhir?" Dia melompat mundur, melepaskan ledakan sihir yang kuat ke arah mereka.

"Shen, perkuat penghalangnya!" teriak Nea.

Penghalang Shen berhasil menahan sebagian besar serangan, tetapi kekuatannya mulai goyah.

"Aku tidak bisa menahan lebih lama lagi!"

Voya yang sudah mulai pulih, bergabung kembali dalam pertarungan. "Kita harus menggabungkan kekuatan kita!" Dia berteriak. "Ayo, lakukan bersama-sama!"

Dengan sisa-sisa tenaga dan keberanian, mereka menggabungkan sihir mereka menjadi satu serangan kuat yang diarahkan ke musuh berjubah hitam itu. Ledakan cahaya menyilaukan memenuhi ruangan, dan ketika cahaya itu meredup, musuh itu sudah tidak terlihat lagi.

Mereka semua terengah-engah, tetapi merasa lega. "Apakah kita berhasil?" tanya Shen dengan suara lemah.

Ignis memandang sekeliling. "Sepertinya begitu. Tapi kita harus tetap waspada. Mungkin dia akan kembali."

Nea membantu Voya bangkit. "Kau baik-baik saja?"

Voya mengangguk pelan. "Aku akan baik-baik saja. Terima kasih sudah menyelamatkanku."

Mereka pun keluar dari gudang dengan perasaan lega, tetapi juga dengan kesadaran bahwa ancaman masih mengintai mereka. Mereka harus lebih berhati-hati dan bersiap menghadapi musuh yang lebih kuat di masa depan.

The Enchanted Academy of Elementals ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang