Cahaya pagi menyinari Akademi, semua memulihkan kehangatan yang hilang selama pertempuran. Meskipun Ven Nocturne telah dikalahkan, jejak pertempuran masih terlihat jelas di seluruh akademi. Dinding-dinding yang retak, aula yang porak-poranda, dan pohon-pohon yang terbakar menjadi saksi bisu dari kekacauan yang baru saja terjadi.Voya berdiri di tengah-tengah aula utama, di mana pertempuran terakhir melawan Ven berlangsung. Dia melihat sekeliling, merasakan beratnya kerugian yang mereka derita. Teman-temannya terluka, beberapa siswa mengalami luka yang cukup parah, dan beberapa staf akademi gugur dalam perjuangan melawan kegelapan.
Dengan hati yang penuh kesedihan, Voya berjalan keluar aula dan melihat Profesor Liana yang sedang merawat beberapa siswa yang terluka. Nea, Shen, dan Ignis juga ada di sana, membantu sebisa mungkin meskipun mereka sendiri terluka.
"Profesor Liana, aku merasa bersalah," kata Voya dengan suara gemetar. "Aku berhasil mengalahkan Ven, tetapi banyak yang terluka dan akademi kita hancur. Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Profesor Liana menghentikan sejenak pekerjaannya dan menatap Voya dengan lembut. "Voya, kau telah melakukan hal yang luar biasa. Kau telah menyelamatkan kita semua dari ancaman besar. Kerugian ini memang menyedihkan, tetapi ini adalah bagian dari perjuangan kita. Yang terpenting sekarang adalah kita harus bersatu untuk memulihkan akademi dan menghormati mereka yang telah gugur."
Voya mengangguk perlahan, merasakan beban di hatinya sedikit berkurang. Dia tahu bahwa tanggung jawab untuk memulihkan akademi tidak hanya berada di pundaknya, tetapi juga di pundak semua orang yang ada di sana.
Selama beberapa minggu berikutnya, seluruh komunitas akademi bekerja sama untuk memulihkan kerusakan yang ada. Siswa dan staf bergotong-royong, membersihkan puing-puing, memperbaiki bangunan, dan menanam kembali pohon-pohon yang rusak. Meskipun prosesnya lambat, semangat kebersamaan mereka membuat semuanya terasa lebih ringan.
Nea, Shen, dan Ignis selalu berada di sisi Voya, memberikan dukungan dan semangat. Mereka saling membantu dalam mengatasi kesedihan dan trauma yang mereka alami. Voya merasa beruntung memiliki teman-teman yang setia dan kuat seperti mereka.
Suatu hari, Voya berjalan menuju taman akademi yang telah pulih sebagian. Di sana, dia melihat sebuah monumen yang didirikan untuk menghormati mereka yang telah gugur dalam pertempuran melawan Ven. Monumen itu dihiasi dengan bunga-bunga dan cahaya magis yang berkelap-kelip.
Voya berdiri di depan monumen itu, mengenang wajah-wajah yang kini hanya tinggal dalam ingatan. Dia merasakan campuran rasa kehilangan dan kebanggaan. Kehilangan teman-teman dan guru-guru yang berharga sangat menyakitkan, tetapi mereka semua telah berjuang dengan gagah berani untuk melindungi akademi.
Saat Voya berdiri di sana, Profesor Liana datang menghampirinya. "Voya, kita harus terus maju," katanya dengan suara lembut. "Mereka yang telah gugur tidak ingin kita terpuruk dalam kesedihan. Kita harus menjaga semangat mereka tetap hidup dengan terus melanjutkan perjuangan kita."
Voya mengangguk, merasa semangat baru menyala di dalam hatinya. "Aku akan terus berjuang, Profesor. Aku akan melakukan yang terbaik untuk melindungi akademi ini dan semua orang yang ada di sini."
Profesor Liana tersenyum penuh bangga. "Aku tahu kau bisa melakukannya, Voya. Kau adalah harapan baru bagi kita semua."
Dengan tekad yang kuat, Voya kembali ke akademi, siap untuk menghadapi tantangan berikutnya. Dia tahu bahwa perjalanan ini belum berakhir, tetapi dengan teman-teman yang setia dan semangat yang tak pernah padam, dia yakin bisa mengatasi segala rintangan.
Meskipun luka-luka akibat pertempuran masih terasa, Voya dan seluruh komunitas akademi menemukan kekuatan dalam persatuan dan harapan. Mereka telah mengalahkan kegelapan, dan sekarang mereka berkomitmen untuk membangun masa depan yang lebih terang dan lebih kuat.
Tetapi ketika dirinya berkeliling membantu sebisanya untuk mengobati beberapa siswa, dia tiba-tiba lemas. Dadanya terasa sakit, napas tersengal-sengal. Nea melihat itu dan langsung menopang tubuh Voya, membaringkannya di atas tempat perawatan. Profesor Liana melihat keadaan Voya dan ingin menyembuhkan lukanya, tetapi dia tidak mengizinkannya, justru dia meminta mereka untuk segera keluar dan menjauh darinya.
"Aku bisa menyembuhkan diriku sendiri. Tolong, menjauhlah," pinta Voya dengan suara lemah namun tegas.
"Voya, kami hanya ingin membantu," kata Profesor Liana cemas.
"Tidak. Ini adalah sesuatu yang harus kulakukan sendiri," jawab Voya sambil menahan rasa sakit.
Dengan enggan, Nea, Profesor Liana, dan yang lainnya keluar dari ruangan, memberi Voya ruang untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Voya mulai mengeluarkan sedikit energi penyembuhan untuk tubuhnya. Cahaya biru di ujung jarinya muncul kembali, kali ini lebih lembut namun tetap berkilauan. Dia menempatkan tangannya di dadanya, membiarkan energi penyembuhan mengalir ke seluruh tubuhnya.
Meskipun lelah, Voya terus berkonsentrasi. Perlahan-lahan, rasa sakit di dadanya mereda dan napasnya mulai stabil. Energi penyembuhan itu tidak hanya menyembuhkan luka fisiknya tetapi juga memulihkan kekuatan magisnya yang terkuras.
Di luar, teman-temannya menunggu dengan cemas. Nea berbisik kepada Profesor Liana, "Apakah dia akan baik-baik saja, Profesor?"
Profesor Liana mengangguk perlahan, "Voya adalah penyihir yang kuat. Dia memiliki kekuatan yang luar biasa. Kita harus percaya padanya."
Setelah beberapa saat, Voya membuka matanya. Tubuhnya terasa lebih ringan, dan kekuatan magisnya kembali penuh. Dia bangkit dengan perlahan dan berjalan keluar ruangan, disambut oleh teman-temannya yang menunggu.
"Aku baik-baik saja sekarang," kata Voya dengan senyum lemah.
Teman-temannya mengangguk dan merasa lega. Betapa besar kekuatan Ven Nocturne waktu itu. Tetapi dengan hebatnya mereka dan bahkan Voya bisa mengalahkannya
KAMU SEDANG MEMBACA
The Enchanted Academy of Elementals ( END )
FantasyDi dunia yang dipenuhi dengan keajaiban dan sihir, terdapat sebuah akademi legendaris yang mendidik para penyihir muda untuk menguasai elemen-elemen alam. Voya, seorang gadis berusia 15 tahun dari desa kecil, memiliki kemampuan alami yang luar biasa...