Bab 2. Kedatangan di Akademi

37 7 0
                                    

        Kereta yang membawa Voya melaju cepat, melintasi hutan-hutan gelap dan padang rumput yang luas, hingga akhirnya berhenti di depan gerbang besar yang terbuat dari batu berukir dan logam bercahaya. Di atas gerbang, terpampang lambang The Enchanted Academy of Elementals sebuah lingkaran yang dibagi menjadi empat bagian, masing-masing melambangkan elemen tanah, air, api, dan udara. Hati Voya berdebar-debar saat dia turun dari kereta, merasakan campuran antara kegembiraan dan rasa takut akan yang tak dikenal.

"Astaga, aku sungguh sudah sampai di sekolah ini?" katanya tak percaya. "Indah sekali, megah, dan sangat besar. Apa aku tidak akan tersesat saat berjalan nanti?" gumamnya sedikit konyol.

     Pemandangan di depannya adalah pemandangan yang luar biasa. Bangunan-bangunan megah dengan menara-menara yang menjulang tinggi, taman-taman yang indah penuh dengan tumbuhan langka dan eksotis, serta siswa-siswa yang bergerak dengan penuh semangat di sekitar kampus. Angin sejuk membawa harum bunga dan suara burung-burung yang berkicau, memberikan suasana yang tenang dan damai.

     Voya merasa sedikit terintimidasi oleh kemegahan akademi ini, tetapi dia tidak membiarkan rasa takutnya menghalangi langkahnya. Dia melangkah maju dengan keyakinan, membawa tas kecilnya dan semua harapan dari desanya.

     Di depan pintu masuk utama, seorang wanita berusia paruh baya dengan rambut pirang keemasan dan mata biru cerah menyambutnya dengan senyum hangat. Wanita itu mengenakan jubah panjang berwarna ungu yang dihiasi dengan simbol-simbol elemen.

"Selamat datang di The Enchanted Academy of Elementals, Voyager," kata wanita itu dengan suara lembut namun penuh wibawa. "Saya Profesor Liana, dan saya akan menjadi mentor mu selama belajar di sini."

Voya membalas senyumnya, merasa sedikit lebih tenang. "Terima kasih, Profesor Liana. Saya merasa sangat terhormat bisa berada di sini."

Profesor Liana mengangguk. "Mari, saya akan mengantar ke kamar asrama dan memperkenalkan mu kepada teman-teman baru."

       Mereka berjalan melewati taman-taman yang penuh dengan bunga-bunga yang mekar dan air mancur yang berkilauan di bawah sinar matahari. Voya tidak bisa berhenti mengagumi keindahan dan kedamaian tempat ini. Mereka akhirnya tiba di sebuah gedung besar yang tampak ramah dengan jendela-jendela besar dan balkon yang menghadap ke taman.

"Apakah di sini ada seorang murid yang tidak pandai dalam sihir, Prof?" tanyanya sembari berjalan kaki.

"Ada beberapa. Mereka yang datang ke sini tentu akan mendapatkan bimbingan yang cukup serius," ujar Profesor Liana.

"Bimbingan seperti apa itu?" Voya kembali bertanya.

"Haha, sepertinya jiwa dan tekad ingin tahu mu cukup besar ya, Voy!" sahut Profesor Liana sambil tertawa mendengar ucapan Voya.

       Akhirnya mereka telah sampai di dalam asrama, suasana terasa hangat dan penuh keceriaan. Siswa-siswa sibuk dengan kegiatan mereka, beberapa belajar, beberapa bermain, dan beberapa bercakap-cakap dengan teman-teman mereka. Profesor Liana memimpin Voya ke sebuah ruangan di lantai atas, sebuah kamar yang cukup besar dengan dua tempat tidur, meja belajar, dan lemari pakaian.

"Ini adalah kamar mu," kata Profesor Liana. "Kamu akan berbagi kamar dengan Nea, salah satu siswa terbaik kami. Dia akan tiba sebentar lagi."

     Tidak lama setelah itu, pintu kamar terbuka dan seorang gadis dengan rambut panjang berwarna biru gelap masuk. Matanya berwarna biru laut yang dalam, mencerminkan kedalaman dan ketenangan air.

"Nea, ini adalah Voya, teman sekamar baru mu," kata Profesor Liana. "Voya, ini Nea, ahli elemen air."

Nea tersenyum hangat dan mengulurkan tangan. "Senang bertemu denganmu, Voya. Saya harap kita bisa menjadi teman baik."

Voya menjabat tangan Nea dengan senang hati. "Senang bertemu denganmu juga, Nea. Saya berharap hal yang sama."

      Setelah Profesor Liana meninggalkan mereka, Nea membantu Voya mengatur barang-barangnya dan memperkenalkan dirinya lebih lanjut. Mereka berbicara tentang asal-usul mereka, alasan mereka datang ke akademi, dan harapan mereka untuk masa depan.

"Nea, mengapa kamu ingin datang ke akademi?" tanya Voya yang cukup penasaran.

"Aku, hanya ingin memperkuat sihir ku dan ingin mendapatkan teman yang banyak," jawabnya sedikit melemah.

"Memang kenapa?" Voya mengerutkan keningnya.

"Sebab, aku di anggap aneh oleh lingkungan ku." Begitu jawaban Nea yang mulai merasa nyaman dengan Voya. "Lalu, kalau kamu kenapa ke akademi?" Nea bertanya balik ke Voya.

"Aku, bertekad untuk memperkuat sihir dan menambah pengetahuan sihir. Aku ingin bisa menguasai semua elemen sihir yang ada di sini. Semua ini untuk desa ku," jawab Voya yang terlihat yakin.

"Tapi, Voy. Tidak ada yang pernah dan tidak ada yang bisa untuk menguasai semua elemen itu dalam satu waktu. Bahkan yang ahli sihir pun tidak akan mampu." Penjelasan Nea untuk tekad itu.

"Aku tau. Justru itu aku harus bisa dan aku pasti bisa." Keyakinannya membuat Nea terheran.

      Setelah merapikan barang-barang, mereka beristirahat untuk meregangkan otot dan pikiran. Berharap esok akan mulai hal yang baru dan terbaik.

***

       Keesokan harinya, Voya bergabung dengan Nea untuk sarapan di aula besar. Aula itu dipenuhi dengan siswa-siswa dari berbagai latar belakang, semuanya berkumpul untuk memulai hari mereka dengan makanan lezat dan percakapan yang hangat. Nea memperkenalkan Voya kepada dua temannya, Shen dan Ignis.

       Shen adalah seorang pemuda dengan rambut cokelat gelap dan mata hijau zamrud. Dia memiliki aura yang tenang dan bijaksana, mencerminkan kekuatan elemen tanah yang ia kuasai. "Senang bertemu denganmu, Voya," kata Shen dengan senyum ramah. "Aku ahli elemen tanah. Jika kau butuh bantuan atau hanya ingin berbicara, jangan ragu untuk mencariku."

        Ignis, sebaliknya, adalah seorang gadis dengan rambut merah terang dan mata yang bersinar seperti api. Dia memiliki semangat yang berapi-api dan energi yang menular. "Hei, Voya! Aku Ignis, ahli elemen api. Mari kita bersenang-senang dan belajar banyak hal bersama!"

       Voya merasa diterima dengan hangat oleh teman-teman barunya. Mereka berbicara tentang pengalaman mereka di akademi, pelajaran yang mereka pelajari, dan tantangan yang mereka hadapi. Voya merasa bahwa dia akhirnya menemukan tempat di mana dia bisa belajar, tumbuh, dan mungkin suatu hari nanti melindungi desanya dari kekuatan gelap yang mengancam.

       Hari-hari pertama di akademi terasa seperti mimpi bagi Voya. Dia mengikuti kelas-kelas yang menakjubkan, belajar tentang berbagai elemen dan cara mengendalikannya. Dia menemukan bahwa akademi ini bukan hanya tempat untuk belajar sihir, tetapi juga tempat di mana dia bisa menemukan dirinya sendiri dan mempersiapkan diri untuk tantangan besar yang menunggunya di masa depan.

The Enchanted Academy of Elementals ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang