Setelah kembali dari Hutan Terlarang dengan artefak kuno, Voya dan teman-temannya merasa lebih siap untuk menghadapi tantangan yang akan datang. Meskipun demikian, Voya tahu bahwa dia masih harus menguasai elemen terakhir udara.Pada pagi yang cerah, Voya bergegas menuju ruang latihan yang dikhususkan untuk mempelajari elemen udara. Ruangan itu berada di puncak menara tertinggi di akademi, dengan jendela-jendela besar yang memungkinkan angin sepoi-sepoi masuk. Suasana di sana terasa ringan dan penuh dengan energi yang bergerak bebas.
Profesor Liana, yang mengajarkan elemen udara, sudah menunggu di sana. Dia menyambut Voya dengan senyum hangat. "Selamat datang, Voya. Hari ini kita akan memulai perjalananmu dalam menguasai elemen udara. Elemen ini membutuhkan keseimbangan, meditasi, dan konsentrasi yang tinggi."
Voya mengangguk, merasa bersemangat tetapi juga sedikit gugup. Dia duduk di atas tikar yang sudah disiapkan, dan Profesor Liana mulai memandu dia dalam latihan pernapasan dan meditasi. Mereka duduk diam, membiarkan angin sepoi-sepoi mengelilingi mereka, dan Voya mencoba merasakan energi udara di sekitarnya.
"Rasakan aliran udara di sekitarmu," kata Profesor Liana dengan lembut. "Biarkan pikiranmu tenang dan fokus pada setiap tarikan napas. Udara adalah elemen yang tidak terlihat, tetapi sangat kuat. Untuk mengendalikannya, kamu harus benar-benar terhubung dengan dirimu sendiri dan alam semesta."
Awalnya, Voya merasa kesulitan. Setiap kali dia mencoba fokus, pikirannya malah berkelana ke berbagai hal ancaman Ven Nocturne, latihan sebelumnya, dan kekhawatirannya tentang masa depan. Dia merasa frustrasi karena tidak bisa merasakan udara seperti yang diharapkan.
Melihat kegelisahan Voya, Profesor Liana memberinya saran. "Voya, jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Menguasai elemen ini membutuhkan waktu. Ingatlah bahwa elemen udara adalah tentang kebebasan dan keluwesan. Cobalah untuk tidak memaksakan diri, biarkan dirimu mengalir dengan angin."
Voya mencoba mengikuti saran itu. Dia menutup matanya dan bernapas dalam-dalam, membiarkan pikirannya mengalir bebas seperti angin. Perlahan-lahan, dia mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Ada perasaan ringan yang mengalir di dalam dirinya, seolah-olah dia menjadi satu dengan udara di sekitarnya.
Dengan bimbingan Profesor Liana, Voya mulai mempelajari teknik dasar untuk menggerakkan udara. Dia belajar menciptakan angin sepoi-sepoi dengan gerakan tangannya, membuat bulu-bulu yang tergeletak di lantai terbang melayang. Meskipun hasilnya masih tidak sempurna, Voya merasa ada kemajuan.
Namun, latihan ini juga membawa tantangan baru. Mengendalikan udara membutuhkan tingkat konsentrasi yang tinggi, dan Voya sering merasa lelah dan kewalahan. Ada kalanya angin yang dia ciptakan terlalu kencang, membuat benda-benda di ruangan terlempar dan menyebabkan kekacauan.
"Tenang, Voya," kata Profesor Liana setiap kali ini terjadi. "Udara bisa menjadi sahabat atau musuh, tergantung pada bagaimana kamu mengendalikannya. Tetaplah fokus dan jangan biarkan emosimu mengambil alih."
Hari-hari berlalu, dan Voya terus berlatih dengan tekun. Dia menghabiskan banyak waktu di ruang latihan, bermeditasi, dan mencoba berbagai teknik untuk mengendalikan udara. Teman-temannya, Nea, Shen, dan Ignis, sering datang untuk mendukungnya dan memberikan semangat.
"Semuanya butuh waktu, Voya," kata Shen suatu hari. "Kau sudah menunjukkan kemajuan yang luar biasa. Kami percaya padamu."
Dengan dukungan teman-temannya dan bimbingan Profesor Liana, Voya perlahan-lahan mulai menguasai elemen udara. Dia belajar bagaimana menciptakan pusaran angin kecil, mengangkat benda ringan dengan aliran udara, dan bahkan membuat dirinya melayang sedikit di atas tanah.
Meskipun perjalanan ini masih panjang, Voya merasa lebih percaya diri. Dia tahu bahwa dengan latihan dan ketekunan, dia akan bisa menguasai elemen udara sepenuhnya. Dan dengan setiap elemen yang dia kuasai, dia semakin siap untuk menghadapi Ven Nocturne dan melindungi akademi dari ancaman kegelapan.
Voya terus berlatih, membiarkan angin membawa harapan dan kekuatan baru dalam dirinya. Dengan tekad yang semakin kuat, dia bersiap untuk tantangan berikutnya, tahu bahwa apapun yang terjadi, dia tidak sendirian.
Keesokan harinya, Voya mulai berlatih di tempat favoritnya. Saat sedang memunculkan elemen udara dengan gerakan tangannya, Derek, si pemuda perusuh, muncul dan berkata, "Kau tidak akan bisa membunuhnya dengan elemen apa pun!"
"Kenapa? Apa kau takut?" balas Voya dengan nada menantang.
Derek mendekat, matanya tajam menatap Voya. "Bukan soal takut atau tidak, Voya. Musuh yang sebenarnya tidak bisa dikalahkan hanya dengan kekuatan sihir biasa. Kau harus memahami kelemahan mereka dan menggunakan strategi yang tepat."
Voya mengepalkan tangannya, menahan amarah. "Dan menurutmu, apa kelemahannya?"
Derek mendesah. "Bukan hanya elemen yang kau butuhkan, tapi juga ketenangan pikiran dan keberanian hati. Kau harus siap menghadapi ketakutanmu sendiri sebelum bisa mengalahkan musuh."
Voya terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Derek. "Mungkin kau benar. Tapi aku tidak akan mundur. Aku akan terus berlatih dan menemukan cara untuk mengalahkan mereka."
Derek tersenyum tipis. "Itu semangat yang bagus. Tapi ingat, jangan biarkan amarah menguasaimu. Ketenangan adalah kunci untuk mengendalikan kekuatanmu."
"Hei, kau akhir-akhir ini sering memberiku saran. Kenapa? Apa kekuatanku mengalahkanmu waktu itu membuatmu bungkam?" sindir Voya dengan nada menantang.
"Hei, bodoh! Sekarang yang kupikirkan bukan tentang kebencianku padamu, tapi tentang mengalahkan Ven Nocturne," balas Derek dengan tegas.
"Benarkah?" Voya meledek dengan menaikkan sedikit ujung bibirnya.
"Ya, benar. Ven Nocturne bukan musuh biasa. Jika kita tidak bersatu dan menggunakan semua kekuatan yang kita miliki, kita tidak akan pernah bisa mengalahkannya," kata Derek dengan serius. "Aku tidak ingin akademi ini hancur, dan untuk itu, aku rela bekerja sama dengan siapa pun, termasuk kamu."
Voya terdiam sejenak, merasakan ketulusan dalam kata-kata Derek. "Baiklah. Jika kita memang harus bekerja sama untuk mengalahkan Ven Nocturne, aku akan menerimanya. Tapi ingat, aku masih tidak suka dengan sikapmu yang sok tahu."
Derek tersenyum tipis. "Begitu juga denganku. Tapi untuk sekarang, kita punya musuh yang lebih besar untuk dihadapi."
Dengan kesepakatan yang tak terucap, mereka melanjutkan latihan bersama, menyatukan kekuatan dan strategi demi menghadapi ancaman yang lebih besar. Voya dan Derek tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang dan penuh rintangan, tetapi dengan kerja sama, mereka yakin bisa menghadapi apa pun yang datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Enchanted Academy of Elementals ( END )
FantasíaDi dunia yang dipenuhi dengan keajaiban dan sihir, terdapat sebuah akademi legendaris yang mendidik para penyihir muda untuk menguasai elemen-elemen alam. Voya, seorang gadis berusia 15 tahun dari desa kecil, memiliki kemampuan alami yang luar biasa...