Bab 18. Kedekatan Yang Tumbuh

5 1 0
                                    

Setelah kembali dari petualangan mereka di hutan dan menemukan artefak kuno, Voya dan teman-temannya merasa hubungan mereka semakin kuat. Pengalaman mereka bersama telah membentuk ikatan yang dalam, didasarkan pada kepercayaan, pengertian, dan dukungan satu sama lain. Di akademi, mereka melanjutkan pelatihan mereka dengan semangat baru dan rasa kebersamaan yang lebih dalam.

Pada suatu pagi yang tenang, Voya, Nea, Shen, dan Ignis berkumpul di halaman akademi. Matahari bersinar cerah, dan udara segar membawa aroma bunga-bunga yang sedang mekar. Mereka duduk melingkar, berbagi cerita dan tertawa bersama.

"Siapa sangka, kita bisa sejauh ini," kata Shen dengan senyum. "Ingat saat kita pertama kali bertemu? Rasanya seperti seumur hidup yang lalu."

"Benar," tambah Nea. "Kita telah melalui banyak hal bersama. Aku merasa kita bukan hanya teman, tapi juga keluarga."

"Betul sekali," balas Voya. "Bahkan aku merasa tidak akan bisa hidup tanpa kalian. Kekuatan yang kita miliki tidak akan bertambah kuat jika kita tidak saling terikat dalam sebuah persahabatan ini."

"Hm, apakah kita bisa selamanya seperti ini?" tanya Nea.

"Tentu, aku yakin kita akan selamanya berteman dan bersahabat seperti ini," ujar Voya dengan yakin.

Selama beberapa minggu berikutnya, mereka dihadapkan pada berbagai masalah yang menguji kemampuan dan kerja sama mereka. Salah satu tantangan terbesar datang ketika sebuah wabah magis menyebar di hutan sekitar akademi, menyebabkan tanaman menjadi layu dan makhluk-makhluk hutan menjadi agresif.

Voya dan teman-temannya bekerja sama untuk menemukan sumber wabah tersebut. Mereka menjelajahi hutan, mengumpulkan sampel, dan menganalisis efeknya. Dengan memanfaatkan keahlian masing-masing, mereka berhasil menemukan bahwa wabah tersebut disebabkan oleh sihir gelap yang digunakan oleh pengikut Ven yang masih tersisa.

"Ini lebih rumit dari yang kita kira," kata Ignis sambil memeriksa tanaman yang terinfeksi. "Kita harus menghentikan ini sebelum menyebar lebih jauh."

Untuk mengatasi wabah tersebut, mereka merencanakan sebuah strategi yang melibatkan penggunaan sihir dari semua elemen. Voya memimpin tim dengan kepercayaan diri yang baru, memberikan instruksi dan memastikan semua orang tahu peran mereka.

"Nea, kau bisa menggunakan air untuk menyucikan tanah ini," kata Voya. "Shen, bantu Nea dengan menstabilkan tanah setelah disucikan. Ignis, kita akan membakar tanaman yang sudah terlalu terinfeksi. Aku akan menggunakan angin untuk menyebarkan partikel penyembuh yang kita buat."

Mereka bekerja bersama dengan harmonis, saling mendukung dan mengatasi rintangan yang muncul. Setiap kali salah satu dari mereka merasa lelah atau putus asa, yang lain akan memberi dorongan dan semangat.

Salah satu momen paling menentukan terjadi ketika mereka menghadapi makhluk hutan yang terinfeksi. Makhluk itu, yang dulu adalah pelindung hutan, sekarang menjadi ancaman besar. Dengan hati-hati dan koordinasi yang baik, mereka menggunakan kombinasi elemen untuk menenangkan makhluk tersebut dan menyembuhkannya dari pengaruh sihir gelap.

Setelah berjam-jam bekerja keras, mereka berhasil menghilangkan wabah dari hutan. Tanaman mulai pulih, dan makhluk hutan kembali tenang. Mereka kembali ke akademi dengan perasaan bangga dan puas.

Di malam hari, mereka duduk di sekitar api unggun di halaman akademi. Api yang menyala memberikan kehangatan, sementara mereka merenungkan semua yang telah mereka lalui bersama.

"Ini adalah pelajaran penting," kata Shen. "Kita tidak bisa mengatasi semua ini sendirian. Kita butuh satu sama lain."

"Setuju," tambah Nea. "Kita kuat karena kita bersama."

Voya tersenyum, merasakan kehangatan persahabatan yang mendalam. "Kita telah menjadi lebih dari sekadar teman. Kita adalah keluarga, dan bersama-sama, kita bisa menghadapi apa pun."

Dengan semangat baru dan ikatan yang lebih kuat dari sebelumnya, Voya dan teman-temannya siap untuk menghadapi petualangan dan tantangan di masa depan. Mereka tahu bahwa, apa pun yang terjadi, mereka memiliki satu sama lain untuk diandalkan dan didukung.

"Kalian tau tidak? awal bertemu dan berteman kita semakin akrab saat kalian membantuku ketika, aku bertengkar dengan Derek." Voya mengingat masa keakraban mereka.

"Betul, waktu itu seakan aku melihat seorang yang bukan dirimu," jawab Nea.

"Tapi, Derek sekarang sudah berubah kan?" ujar Ignis.

"Iya. Di balik kesombongannya, dia pemuda yang baik dan perhatian," puji Voya.

"Cie, kamu suka sama di ya, Voy?" tanya Nea.

"Ya, tidaklah! Aku cuma sedikit respect sama dia, karena dia bisa sedikit halus sama orang," ucap Voya.

"Hati-hati, Shen nanti kebakar api cemburu, hahaha." Ledek Ignis sambil melihat ekspresi wajah Shen yang nampak sedikit cemberut.

"Dia selalu bantu aku di sela-sela latihan. Susah untuk di mengerti bukan? Seorang Derek bisa care sama orang lain?" kata Voya.

"Haha, iya juga sih? Hm, apakah dia menyukaimu, Voy?" tanya Nea.

"Tidak mungkin! Menurut dia kita ini adalah junior yang bodoh, haha!"

Tiba-tiba kepala Voya di pukul dengan tongkat sihir oleh seseorang. Ignis, Shen dan Nea terkejut ketika melihat orang itu adalah Derek.

"Hei, Kalian!"

"Haaa!" Ignis dan Nea terkejut.

"Apa kalian mau aku sihir jadi pohon disini?" kata Derek sambil matanya melotot tajam. Sedangkan, Voya tertunduk dan tidak berani melihat kebelakang.

"Voya, ikut aku!" Lanjutnya berbicara.

Voya pun di tarik menjauh dari semua teman-temannya. Dia di bawa ke tempat dimana sering melakukan latihan. Derek pun berkata, "Kau tau, kau itu siapa?"

"I-iya!" ucapnya ragu.

"Berani-beraninya kamu berkata seperti itu?"

"Maaf-maaf! Aku tidak bermaksud. Tapi memang kenyataannya kan kalau kamu sering bilang kita orang-orang bodoh." Voya membela diri.

"Hm!" Derek menghela napas. Dia mulai sedia untuk posisi menyerang. Voya yang siaga langsung mengulurkan tangannya. Sedangkan teman-temannya yang mengintip pun siaga untuk hal yang akan terjadi. Saat Derek mulai berlari dengan cepat, hingga mata tak bisa menangkap pergerakannya. Teman-temannya langsung muncul untuk menghalang. Namun, dugaan mereka telah salah. Derek memeluk Voya dan Berkata, "Mana mungkin aku menyakiti wanita sepertimu. Terima kasih sudah memaafkan aku dan mau menjadi temanku. Kamu ... Mengingatkan ku dengan seorang yang pernah ada di hidupku. Mulai sekarang apa pun bahaya yang mengintaimu, aku akan menjagamu walau harus mengorbankan diriku sendiri."

Mendengar itu, Voya terkejut. Dia tidak menyangka akan mendengar hal seperti itu dari mulut seorang yang angkuh seperti Derek. Teman-temannya pun ikut terkejut dan terhenti untuk mendekat ke arah mereka.

"Apakah, Derek menyatakan cinta?" tanya Nea.

"Aku rasa iya?" sahut Ignis.

Pelukan itu di lepas oleh Derek. Dia memberi sebuah kalung permata biru di leher Voya. Tentu hal itu mengejutkannya untuk kesekian kalinya.

"Untuk apa ini?" tanya Voya.

"Jagalah baik-baik kalung itu. Itu kalung berharga buatku, dan aku pikir kamu orang yang tepat untuk memilikinya, sebab kamu mirip dengan dia." Derek sedikit melow.

"Dia? Dia siapa?" tanya Voya.

"Victoria, dia adalah adik kesayanganku. Kebodohanmu membuat aku mengingatkan kembali tentang dia," jawab Derek.

"Lalu, dia dimana sekarang?"

"Dia telah lama meninggal, dan itu karena diriku yang tidak bisa melindunginya." Derek menundukkan kepalanya, air mata sedikit mengalir ke pipi.

Dengan ucapan Derek, Voya kembali sedikit mengetahui sikap dari Derek yang dia kenal sebelumnya. Mungkin hanya sebagian tetapi dia paham akan rasa sebuah kehilangan

The Enchanted Academy of Elementals ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang