[3] Mami Giok

111 8 4
                                    

Dengan mulut penuh, Edwin mengacungkan dua ibu jarinya. Dia menunjuk sepiring tumis sayur asin yang ada di tengah meja. Begitu selesai menelan, dia berkata, "Wak, ini enak pol! Rasanya aku sudah lama nggak makan sayur asin buatan Wak."

Pujian Edwin membuat sang tante semringah. Mami Giok langsung berdiri dan menyendokkan lagi ham choi kon, tumis sawi asin kering dengan daging bagian perut babi, ke piring Edwin.

"Makan yang banyak. Nanti Wak bungkuskan buat bawa pulang ya." Mami Giok kembali duduk, tetapi tak langsung melanjutkan makan. Dengan senyum puas, beliau menatap Edwin dan Michelle yang duduk berdampingan dan makan dengan lahap.

"Cik, ini siomai sebagian gua simpan ya." Suara lantang Ik Hong, adik Mami Giok yang juga mama Edwin, terdengar dari dapur. Tak lama, Ik Hong sudah duduk di antara Edwin dan Mami Giok, dan meletakkan sepiring siomai di tengah meja.

Mami Giok mengangguk. "Sekalian lu bungkus ini ham choi kon. Edwin doyan."

Sementara mulutnya mengunyah makanan, mata Freya menatap sekeliling meja makan bundar. Mami Giok dan Ik Hong yang duduk berdampingan terlihat begitu kontras. Walau sama-sama mengenakan daster batik, Mami Giok terlihat mungil di samping Ik Hong yang tubuhnya lebih tinggi dan berisi. Namun, Freya tahu selama ini Mami Giok-lah yang merawat dan memanjakan adiknya itu.

Setiap hari, Ik Hong akan diantar Edwin –yang keluar untuk bekerja– ke rumah Mami Giok dan menghabiskan sepanjang hari di sini hingga putranya itu menjemput di sore atau malam hari. Rasanya Ik Hong lebih banyak berada di rumah kakak tertuanya itu ketimbang berada di rumah sendiri.

Entah sejak kapan kebiasaan itu dimulai, tetapi ketika Ray pertama kali membawa Freya untuk dikenalkan pada keluarganya, Ik Hong ada di sana. Menurut Ray, tantenya selalu menemani Mami yang memang sudah lama menjanda. Bahkan Ray pernah bergurau mengatakan Ik Hong sebenarnya tinggal di rumah mereka tetapi menumpang tidur di rumah beliau sendiri.

Pandemi tak mengubah kebiasaan Ik Hong. Walau awalnya Ray menegur sang tante, beliau berdalih bahwa kehadirannya pasti tak berbahaya. Dari rumah, beliau tak pernah mampir ke tempat lain dan langsung menuju rumah Mami. Kesempatan menjadi pembawa virus rendah sekali menurut beliau.

Memang, Freya mengakui bahwa Ik Hong cukup ketat menahan diri tidak pergi ke tempat umum. Ik Hong dan Mami Giok tidak pernah lagi pergi keluar untuk belanja ke pasar atau berjalan-jalan di pusat perbelanjaan seperti yang biasa mereka lakukan. Namun, ada kebiasaan baru yang dilakukan Ik Hong dan Mami Giok selama pandemi. Mereka jadi keranjingan memesan makanan dari teman-teman dan kenalan yang mendadak menerima pesanan makanan.

"Cobain ini, Win. Ini siomai pesan di anaknya teman Mama," kata Ik Hong yang mengambil sebuah siomai dan menaruhnya di piring Edwin.

Freya melirik ke arah Ik Hong. Rasanya setiap hari selalu ada menu baru yang beliau pesan, dengan persetujuan Mami Giok. Dan tentu saja, dengan bantuan Freya yang membayarkan semua pesanan itu.

Minggu lalu, Ik Hong memesan kepiting telur dengan saus butter caramel yang sempat dipromosikan oleh seorang influencer. Padahal, Mami Giok alergi pada kepiting. Beberapa hari kemudian, bertepatan dengan kedatangan Freya, datang pula kurir yang mengantarkan puding yang menurut Freya terlampau manis. Padahal, Mami Giok harus menghindari makanan tinggi gula.

Hari ini siomai. Entah apa lagi makanan yang akan datang esok hari. Walau terkadang Mami Giok juga memesan untuk Freya, tetap saja Freya tak habis pikir bagaimana Mami Giok dan Ik Hong bisa menghabiskan semua makanan yang hampir setiap hari mereka pesan.

"Hong, bungkus ham choi kon juga buat Nik. Siomai yang satu bungkus itu kasih Nik juga."

Freya melihat ada masam yang muncul di wajah Ik Hong. Sejak pertama kali Ray mengenalkan Freya pada keluarga besarnya, dia menyadari bahwa Ik Hong tidak terlalu suka pada dirinya. Beliau selalu bicara dengan nada ketus pada Freya. Sering juga Freya mendapati Ik Hong melirik ke arahnya dengan pandangan yang tajam. Dan Freya tidak tahu apa yang membuat Ik Hong bersikap demikian.

Blossom in the LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang