[20] The 10th Anniversary: Kantor Blossom

51 8 0
                                    

"Nggak. Aku nggak setuju, Win."

Edwin menggeser tempat duduk lebih dekat dengan Freya. "Coba pikir lagi, Frey. Idealis boleh, tapi kita mesti lihat situasi. EO sebelah banting harga. Servis premium tapi mereka kasih diskon gede-gedean. Kalau kita nggak bisa kasih paket atau harga bagus di expo nanti, susah untuk deal sama klien."

Freya masih menggeleng. "Biar aja. Itu bisnis mereka. Jadi mereka bisa lakukan apa aja. Blossom punya keyakinan yang berbeda."

Berdecak sebal dan menyugar rambutnya, sejenak Edwin mengarahkan pandangan keluar jendela. Setelah beberapa detik hening, dia kembali menatap Freya dan berkata, "Frey, kamu mesti pikirin masa depan Blossom. Expo ini kesempatan untuk kita dapat lebih banyak klien. Kita harus punya sesuatu untuk menarik mereka."

Dengan melipat lengan di depan dada, Freya menatap Edwin tanpa berkedip. "Itu aku setuju. Kita harus cari cara yang menarik klien. Tapi bukan dengan asal banting harga." Mata Freya kini menatap pada lukisan Plum Blossom di dinding. "Kita mesti yakin dengan kualitas kita, Win. Nggak perlu banting harga, klien pasti datang ketika melihat siapa kita."

Tangan Freya menggenggam cangkir teh yang masih setengah terisi. Hangatnya masih terasa. Dia menyesap teh itu perlahan. Dan setelah meletakkannya kembali ke atas meja, Freya kembali menatap Edwin.

"Nanti aku akan lihat lagi hal-hal yang bisa dikurangi dari set standar yang kita kasih ke klien. Tapi, kita nggak akan ikut-ikutan banting harga." Freya berdiri tanpa melepaskan perhatiannya dari Edwin yang masih bergeming. "Kita punya cara sendiri. Nggak harus sama dengan yang lain."

Setelah menghela napas panjang, Freya memunculkan seulas senyum di wajah dan menepuk tangannya. "Dah, yuk! Sekarang, kita ke bawah. Anak-anak pasti sudah banyak yang ngumpul. Tamu-tamu juga mungkin sudah pada datang."

Tangan Freya dengan cekatan memotong tumpeng yang dimasak sendiri oleh Mami Giok. Untuk syukuran ulang tahun Blossom kali ini, Freya mengundang para kru dan beberapa keluarga dekat Ray. Mami Giok tentu saja dengan senang hati memasak untuk acara ini.

Beliau sendiri yang mengusulkan membuat tumpeng sebagai doa bagi Blossom. Yen metu kudu mempeng, sebuah usaha harus dilakukan dengan segenap hati dan kekuatan. Dan Mami Giok memberikan sentuhan istimewa dengan membuat tumpeng nasi hainan beserta tujuh jenis masakan Cina sebagai lauknya.

Setelah mengisi piring dengan semua lauk yang ada, Freya menyerahkan piring itu kepada Mami Giok. Para kru yang mengelilingi mereka bertepuk tangan dan bersorak heboh. Beberapa di antara mereka mengusap air mata yang mewarnai senyum bahagia hari itu.

Ketidakhadiran Ray meninggalkan ruang kosong di tengah luapan kegembiraan mereka. Mami Giok memeluk Freya dan mengusap lembut lengan menantunya itu.

"Kamu pasti bisa, Nik," bisik beliau yang dibalas dengan anggukan Freya.

Setelah mengurai pelukan mereka, Mami Giok berseru lantang, "Ayo, semua makan. Harus dihabiskan, ya!"

Sekali lagi, para kru Blossom bersorak gembira. Rasanya tidak ada kru Blossom yang belum pernah mencicipi masakan Mami Giok. Ketika kantor masih aktif, Mami Giok sering membawakan makanan pada Ray dan Freya. Tak jarang beberapa kru –terutama yang masih berstatus mahasiswa– mampir untuk mengisi perut dengan makanan enak di akhir bulan.

Beberapa kru perempuan yang mengenal Mami Giok mendekat pada beliau dan bersalaman, bahkan berpelukan. Sedang yang lain mengantre untuk mengucapkan selamat pada Freya dan Edwin.

Freya sempat bertemu dengan beberapa kru yang sekarang sudah tidak aktif karena kesibukan masing-masing. Dia memang sengaja mengundang semua kru yang sempat bergabung dengan Blossom. Mereka adalah bagian dari perjuangan panjang EO milik Ray yang kini diteruskan oleh Freya dan Edwin.

Blossom in the LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang