Blossom in the Light

[31] Klien #10: Dyandra Convention Center

"Saya, Eric Lianggono, mengambil engkau, Nadya Ita Tjuanta, sebagai istriku yang sah dan satu-satunya. Aku berjanji untuk melindungimu dan selalu mendukungmu, terbang tinggi bersamamu melewati semua musim kehidupan. Aku akan terus mencintaimu, bahkan dalam kematian ikatan kita akan tetap utuh dan jiwa kita selamanya bersatu."

Freya tertegun mendengar janji pernikahan yang sedang diikrarkan oleh mempelai laki-laki hari ini. Dengan suara yang tegas, tanpa setitik pun ragu, dia menjabat tangan mempelai perempuannya dan menyatakan kesungguhannya.

Keduanya berdiri di antara dua pilar yang dihias penuh dengan bunga beraneka warna. Replika kupu-kupu dipasang di antara bunga-bunga itu, bahkan di berbagai sudut ruangan.

Sejak awal menyusun konsep pernikahan, Eric dan Nadya dengan sangat yakin ingin mengusung tema The Butterfly Lovers. Nadya –yang sejak kecil sering mendengar kisah ini dari Popo, neneknya– terinspirasi oleh cinta sehidup-semati dari Liang Sanbo dan Zhu Yingtai. Karena itu, dia sangat menyukai kupu-kupu dan memiliki koleksi benda-benda dengan gambar atau motif kupu-kupu.

"Waktu Eric melamar, aku baru tahu bahwa marganya Liang, sama dengan marga Liang Sanbo. Margaku Zhu, sama dengan Zhu Yingtai. Di situlah aku merasa bahwa kami ditakdirkan untuk bersama, membuat kisah The Butterfly Lovers dengan happy ending," terang Nadya di pertemuan awal dengan Freya dan Edwin.

Freya hanya terdiam dan mencatat semua keinginan Nadya, walau dalam hatinya dia masih menyimpan keraguan mengapa kliennya ingin mengusung konsep dari kisah yang begitu tragis. Cinta Liang Sanbo dan Zhu Yingtai terhalang restu keluarga, bahkan dipisahkan maut ketika Liang Sanbo meninggal. Mereka akhirnya dapat bersatu lewat jalan kematian, ketika Yingtai masuk ke dalam kubur Sanbo di tengah perjalanannya dinikahkan dengan laki-laki pilihan keluarganya.

Romantis? Tidak menurut Freya. Bukankah kisah ini begitu menyayat hati?

"Sanbo dan Yingtai harus jadi kupu-kupu untuk hidup dalam cinta. Kalau aku, nggak perlu begitu. Cinta itu akan kubuktikan dengan membuat gadis kupu-kupu ini hidup bahagia sama aku," sahut Eric tanpa ragu.

Lambang cinta dalam gambaran kupu-kupu itu disematkan tidak hanya pada elemen dekorasi pernikahan mereka. Mereka membuat sebuah monogram, logo berbentuk kupu-kupu yang disusun oleh dua huruf dari inisial nama mereka. Ekor gaun pengantin Nadya –yang panjangnya mencapai lima meter– dihias dengan bordir dan payet kupu-kupu. Eric juga tak keberatan merogoh kocek demi mematri kupu-kupu pada headpiece berbentuk tiara, satu set perhiasan yang dikenakan Nadya, serta penjepit dasi dan kancing manset miliknya.

Hasilnya, pernikahan mereka seperti sedang dilakukan di tengah taman bunga dengan ribuan kupu-kupu. Kedua mempelai itu bertukar janji sehidup-semati disaksikan oleh ratusan tamu undangan. Semuanya berjalan sesuai dengan apa yang dibayangkan dan diinginkan oleh Eric dan Nadya.

Semarak perayaan pernikahan Eric dan Nadya berlanjut hingga resepsi di malam hari. Gedung yang dihias dengan begitu indah seakan disempurnakan menjadi taman penuh keajaiban dengan permainan tata cahaya. Lampu-lampu sorot bergerak harmonis hingga membuat dekorasi yang ada makin berkilau.

Freya duduk di sudut area front of house. Dia melihat Edwin sedang melakukan koordinasi untuk grand entrance, barisan keluarga inti dan mempelai akan segera memasuki area resepsi. Pencahayaan dalam gedung diredupkan agar perhatian terpusat pada kedua mempelai dan keluarga yang disorot lampu pentas.

Remang itu mengantar Freya kembali pada malam ketika dia mengemudi dan mengantar Ray ke rumah sakit. Karena tak memungkinkan untuk Ray menunggu di IGD rumah sakit yang penuh dengan pasien Covid, mereka memutuskan untuk tetap berada dalam mobil sembari menunggu antrean.

Napas Ray berat. Posisi kursi sudah direbahkan untuk membuat Ray lebih nyaman. Matanya terpejam tetapi kelopaknya terus bergerak tak tenang.

"Masih pusing, Ray?" tanya Freya sembari mengusap dahi Ray yang dipenuhi keringat dingin.