[4] Klien #2: Mercure Grand Mirama Surabaya

77 8 0
                                    

Biasanya Freya memercayakan sesi persiapan dan make-up kepada kru pilihannya. Dia akan bergabung menjelang prosesi temu manten atau sebelum upacara keagamaan klien. Namun, pagi ini, dia sengaja hadir sejak dini hari untuk memberi dukungan pada Windy dan keluarganya.

Sejak menerima berita wafatnya papa Windy, Freya berusaha untuk tetap berkomunikasi dengan Windy dan Stephen, sang mempelai laki-laki. Mengingat nasihat Mami Giok, Freya hadir untuk menunjukkan dukungan dan simpati bagi keluarga yang berduka. Namun, sebagai EO, dia juga harus mendapat kepastian acara pernikahan –yang hanya berjarak beberapa hari– agar dapat memberikan layanan yang optimal bagi Windy dan Stephen.

"Mama dan keluarga sudah sepakat acara pernikahan tetap jalan, Ce. Papa juga pasti nggak setuju kalau mundur lagi," kata Windy ketika ditemui Freya dan Edwin di rumah duka.

Freya menyaksikan sendiri bukti kesungguhan Windy dan keluarganya untuk melanjutkan rencana pernikahan ini. Masa persemayaman yang biasanya dilakukan dalam tiga hingga lima hari, hanya dilakukan satu hari saja. Dan setelah upacara perabuan jasad papa Windy, keluarga langsung berfokus pada persiapan pernikahan.

Alih-alih mengirimkan pengumuman penundaan acara, Freya memberi tugas bagi beberapa anggota timnya untuk mengirimkan reminder kepada tamu undangan, sebagai berita bahwa pernikahan akan tetap berjalan. Technical meeting tidak jadi diadakan sesuai rencana awal, tetapi diganti dengan pertemuan virtual dua hari menjelang acara.

Beberapa acara yang tak terlalu signifikan dicoret dari rundown. Sebagai gantinya Freya mengusulkan beberapa tambahan detail sebagai penghormatan kepada mendiang papa Windy yang tak sempat menyaksikan pernikahan putri satu-satunya. Salah satunya ada penempatan foto papa Windy di kamar hotel tempat sang mempelai perempuan bersiap.

Sejak sesi make-up dimulai, pada pukul 04.00 dini hari, Freya melihat wajah Windy penuh ketenangan. Tak ada halangan bagi Amy, make-up artist yang sudah sering bekerja sama dengan Freya, untuk memoles wajah Windy. Proses make-up bahkan berjalan lebih cepat dari biasanya.

Freya mendekati Amy yang sedang membereskan berbagai perlengkapannya. Dia menyerahkan sebotol air kemasan kepada Amy.

"Minum dulu, Ci. Thank you banget Ci Amy sudah siapin satu asisten buat stand by sepanjang hari."

Amy menerima botol itu dan meminum airnya. "No problem, Frey. Kalau kamu nggak info, aku juga mungkin nggak bakal aware kalau Windy baru mengalami kedukaan. Dia tenang banget. Nggak gampang menghadapi kematian orang terdekat dan pernikahan dalam waktu yang berdekatan begini."

Freya mengangguk. "Iya, Ci. Makanya aku langsung kontak Cici minta asisten buat tetap di sini. Kadang kita sudah berusaha tabah, tapi tetap saja masih terasa sedihnya, kan?"

"You are always so thoughtful. Kalau saja aku nggak ada job lain, aku juga bersedia stand by, Frey," ujar Amy yang menepuk pundak Freya hangat. "Semoga acaranya lancar ya."

"Thanks again, Ci. I'll see you at touch up later?"

Amy melambaikan tangan dan meninggalkan suite diikuti oleh asisten pribadinya yang menyeret sebuah koper besar. Begitu Amy hilang dari pandangan, mata Freya menangkap Michelle yang mendampingi mama Windy.

"Freya," panggil mama Windy yang mendekat ke arahnya. "Tante terima kasih banget Freya dan teman-teman sudah bantu banyak. Maaf ya, kami jadi merepotkan kalian."

Freya menangkup kedua tangan mama Windy yang menjabat erat tangannya. "Sama sekali nggak merepotkan, Tante. Kami senang sudah dipercaya jadi bagian hari bahagia Windy. Kami sudah janji akan berikan yang terbaik, jadi kami pasti akan lakukan yang terbaik."

Blossom in the LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang