Akibat grasak-grusuk yang diciptakan Raisa ketika berkendara, wanita itu menabrak pesepeda motor yang berhenti di lampu merah. Aksinya menyebabkan beberapa orang menoleh, bahkan yang ia tabrak itu sudah terkulai di jalan dan motornya menimpa sepeda motor lain membuat korban yang ada di depannya kini ada dua orang.
"Mbak, jangan lari ya!" teriak salah satu pengendara yang berhenti untuk menolong.
Raisa yang mengambil ponsel di mobil pun berdecak. "Saya mau nelpon suami saya dulu," jawabnya dengan menahan emosi.
Akhirnya Raisa menghubungi Nayaka, berharap jika pria itu belum berangkat kerja. Saat menelepon pun ia dijaga oleh tiga bapak-bapak yang menuduhnya hendak lari, sementara yang lain sibuk menolong korban yang sekarang sudah menepi.
"Halo, Nayaka. Aku nabrak orang di lampu merah. Tolong kamu ke sini, ya," kata Raisa sengaja memakai aku-kamu agar mendapat image baik di orang-orang yang ada di sini ketika mengetahui siapa suaminya.
Tak lama kemudian, Nayaka dengan setelan formalnya datang. Pria itu tidak sendirian, tetapi ditemani Arka, asisten pribadinya dari 8 tahun lalu. Mendapati sang istri yang dikerubungi, Nayaka menyeruak kemudian kerumunan dibubarkan oleh Arka.
Raisa mendekat dan memeluk lengan Nayaka dengan kepala mendongak hendak berbisik, membuat Nayaka menunduk. "Gue nggak sengaja," bisiknya. "Dia aja yang tiba-tiba berhenti pas lampu kuning, padahal masih cukup buat diterobos."
Nayaka mengatupkan bibir kemudian merangkul pundak istrinya dan mengelus pelan pipi wanita itu, menenangkan.
"Maaf kalau istri saya sudah bikin gaduh, Bapak-bapak. Saya akan tanggung jawab atas kekacauan ini," kata Nayaka kepada warga yang terkejut saat mengetahui siapa suami dari pelaku tabrakan ini.
"Maafin saya, Pak." Raisa ikut meminta maaf dengan kepala tertunduk, menahan tangis.
Dia ingin menangis bukan karena menabrak orang, tapi karena posisinya di perusahaan terancam. Ia bahkan sudah mendapat banyak pesan dari Beni dan Sanu, dan beberapa kali dihubungi langsung oleh atasannya. Terlebih lagi ketika mengetahui bagian depan mobil kesayangannya lecet. Sungguh, ini adalah pagi yang menjengkelkan.
****
Pukul delapan lewat seperempat, Raisa baru datang ke kantor. Ia menghampiri Sanu yang ternyata meeting sudah berakhir lima belas menit yang lalu. Atasan hanya menyampaikan kalau Raisa datang, suruh untuk segera menuju ruangan.
"Gue gak bakalan disantet kan?" tanya Raisa sambil merapikan rambutnya yang berantakan. "Udah bener apa belum rambut gue?"
Sanu mendongak, menatap Raisa yang berdiri di hadapannya. "Bener, tapi gak kayak biasanya."
"Iya, soalnya ini dikeringin sama Nayaka," jawab Raisa.
"Sumpah? Sampe rambut aja dikeringin, emang lo sibuk ngapain, Mbak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nayaka
General FictionAwalnya, yang paling tidak minat dengan seks adalah Raisa. Tetapi, begitu tahu nikmatnya berhubungan ranjang, gejala hypernya mendadak muncul. Hingga menyebabkan seorang Nayaka, sang pejabat negara, dengan sukarela mengikuti alur yang dijalankan ole...