11. Alur

9.2K 409 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Setelah puas berkeliling mansion, Raisa memutuskan untuk duduk di tepi bangku taman belakang, dengan menikmati semilir angin siang yang benar-benar menyegarkan. Mansion Dierja sangatlah asri, cuaca panas sekalipun, di sini tetap terasa adem.

Sesuai perkataan Nayaka, Raisa tidak sendirian. Wanita itu ditemani Nagata, yang bersetelan berandalan, ripped jeans dengan atasan kemeja hitam panjang yang lengannya digulung sampai siku. Di lehernya terdapat kalung berbandul jangkar, di tangannya ada jam tangan branded, kemudian sepatu hitam gembelnya yang merupakan hadiah dari Eyang Putri terpampang nyata untuk membungkus kaki, padahal terdapat beberapa sobekan.

"Selera fashion lo patut diacungi jari tengah sih," ujar Raisa yang memakai dress panjang warna peach dengan rambut tergerai.

Nagata yang duduk di sebelahnya pun tertawa. "Biar beda dari yang lain, Mbak."

"Lo mah bukan beda lagi, tapi mencolok."

"Justru itu." Nagata menyetujui. "Keluarga Dierja butuh orang berandalan kayak saya. Bosan dong kalo isinya orang penurut semua kayak Mas Naya."

Raisa menyeruput teh hangatnya, kemudian menatap Nagata sejenak. "Lo bener. Ambil contoh di keluarga Sasongko." Wanita itu tersenyum kecil sambil menatap lurus ke depan. "Kalo gak ada yang nyeleneh kayak Kalala, nggak viral dong keluarga gue. Iya, gak?"

"Iya, betul," balas Nagata. "Tapi nggak 100% betul sih."

Raisa menautkan alis sambil memerhatikan Nagata. "Kenapa tuh?"

"Perbuatan Kalala itu kalo di keluarga Dierja, udah nggak ada yang namanya pengampunan, Mbak." Nagata memberitahu. "Makanya, saya nggak berani deketin Agni kalau enggak menikah."

"Emang kalo seks di luar nikah, hukumannya apa?"

"Mati, Mbak. Eyang Kakung sendiri yang bertindak."

Raisa menganga. "Serius lo??"

"Saya mana pernah bercanda kalau masalah begini, Mbak." Nagata menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. "Makanya keturunan Dierja, semuanya, nyaris nggak pernah berpacaran. Kecuali Daniel."

"Kalo itu mah udah pasti!" seru Raisa lalu tertawa renyah.

Nagata berdehem kecil. "Mbak, baiknya kapan saya datang ke rumah Agni?"

Raisa mengernyit. "Emangnya lo udah pernah komunikasi sama Agni?"

"Agni itu temen saya kuliah, Mbak. Bukannya Mbak Raisa udah dikasih tau Mas Naya kalau saya emang ngincer Agni?" tanya Nagata yang langsung diangguki Raisa.

"Tapi lo nggak ada niatan buat ninggalin Agni setelah bokap dia lo tangkep, kan?" Raisa bertanya dengan raut cemas.

"Nggak kok, Mbak."

NayakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang