Pagi harinya setelah memberikan tanda kepemilikan pada Raisa, Nayaka masuk kerja seperti biasa. Ia bahkan berkunjung ke Bandung, menemui rekan kerjanya yang sedang dinas di sana untuk membahas kebijakan terbaru yang diusulkan salah satu menteri negara.
Setelah membahas banyak hal dengan rekan, Nayaka duduk di balkon privat caffetaria bersama Arka. Kenyataan bahwa Raisa meminum pil kontrasepsi terus berputar-putar di kepalanya. Mulanya Nayaka melarang, namun Raisa ngamuk dan menuduhnya patriarki karena melarang ini itu, membuatnya harus menuruti apapun yang wanita itu lakukan. Kini, ia akan merencanakan strategi baru, yang membuat Raisa tunduk kepadanya, dan mau menjadi ibu dari anak-anaknya.
"Bini lo gak masalah, kan, lo ke sini tanpa ijin?" tanya Arka lalu menyesap rokoknya.
Nayaka yang bersandar pun menggeleng kecil. "Nggak masalah."
"Dia masih kerja di MN Entertainment, kan? Kenapa gak lo suruh berhenti, Nay?" Arka menoleh penasaran. "Lo tau sendiri, kan, gimana hebohnya media pas tau istri pejabat masih kerja jadi photographer begitu."
"Gue bebasin dia," jawab Nayaka. "Untuk saat ini."
Arka terkejut bukan main. "Jangan bilang lo mau ngelakuin rencana yang itu?"
"Ya."
"Anjir! Kasian istri lo, Nay. Lo jangan gila!"
Nayaka diam sejenak. "Kayaknya lo salah paham sama rencana gue, Ar. Perlu lo tau, di rencana gue ini, gue sama sekali nggak nyentuh Raisa. Bukannya gue bilang kalo gue membebaskan dia?"
"Tapi gak seharusnya lo manfaatin dia kayak gitu, Nay. Iya, gue paham kalo lo butuh dia buat ngelakuin hal yang membuat lo beruntung di kemudian hari, tapi kasian dia, Bos!" papar Arka dengan menaruh empati pada Raisa. "Bini lo itu baru berproses jadi dewasa setelah nikah sama lo, anjir! Lo gak mikir sampe ke sana?"
"Nay, gue mohon, kalo lo gak punya pandangan buat hidup selamanya sama Raisa, tolong jangan bersikap seolah-olah lo cinta sama dia," kata Arka.
"Siapa yang bilang kalo gue gak punya pandangan buat hidup selamanya sama Raisa?" Nayaka bertanya dengan alis terangkat satu. "Gue butuh dia, Ar."
****
Sebelum menikah, hidup Raisa penuh kebebasan. Bebas bukan berarti bergaul dengan siapapun, karena dalam pergaulan, wanita itu selalu memilih. Tidak pernah terlintas di benaknya kalau ia harus menikah dengan Nayaka, pria yang bahkan usianya saja enam tahun di atasnya. Awalnya memang sudah diumumkan ke keluarga Sasongko jikalau Raisa hendak dijodohkan, tapi siapa sangka Nayaka yang jadi calonnya.
Raisa memiliki 1001 alasan untuk menolak. Tetapi 1 alasan kuat yang membuatnya tak mampu menolak adalah Mama yang sampai sujud di hadapannya, alasannya adalah keluarga Dierja bisa menopang karier yang dibangun oleh keluarga Sasongko di pemerintahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nayaka
General FictionAwalnya, yang paling tidak minat dengan seks adalah Raisa. Tetapi, begitu tahu nikmatnya berhubungan ranjang, gejala hypernya mendadak muncul. Hingga menyebabkan seorang Nayaka, sang pejabat negara, dengan sukarela mengikuti alur yang dijalankan ole...