16. Perkara Novel

7.5K 367 3
                                    

Sudah satu minggu lebih Raisa tinggal di mansion keluarga Dierja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah satu minggu lebih Raisa tinggal di mansion keluarga Dierja. Ia bahkan sudah melaksanakan rutinitasnya di pagi hari, yakni berjemur bersama Eyang Putri, setelah itu sarapan makanan bergizi buatan Mama Arini, kemudian melakukan kesibukan lain sesuai dengan apa yang ia inginkan dengan ditemani oleh Argani.

Kalau perihal muntah, biasanya terjadi ketika ia baru bangun tidur, jadi semuanya diurus oleh Nayaka. Pria itu dengan sabar mengurus semua kebutuhannya sebelum berangkat kerja, dari memilihkan baju longgar karena Raisa tipikal wanita brutal yang selalu mengenakan pakaian mini ketika di rumah.

"Aku mau martabak telur tapi dalemnya itu dikasih oreo."

Nayaka yang baru duduk di kursinya setelah melaksanakan pertemuan dengan para menteri pun memejamkan matanya sejenak.

"Nayaka? Kok nggak jawab? Kamu nggak mau beliin aku martabak?"

"Nanti saya belikan, sebentar ya."

"Kamu udah mau pulang?"

"Iya. Ini siap-siap." Nayaka menunduk, menatap jam tangannya. "Kamu sedang bersama siapa?"

"Argani," jawab Raisa. "Dari tadi aku ditemenin dia, ke mana-mana diikutin. Tapi dia takut pas aku marahin."

"Kamu marahin Gani?"

"Iya."

"Karena apa?"

"Karena dia pelit. Dia gak mau aku baca novel yang dia beli, padahal kelihatannya bagus."

"Novel apa memangnya?"

"Laut bercerita. Rencananya mau aku baca besok seharian."

Nayaka tidak bodoh. Ia jelas tahu seperti apa isi novel Laut Bercerita itu, di mana ada beberapa mahasiswa yang dihilangkan karena menentang rezim orde baru. Kalau Raisa membaca novel tersebut, bisa dipastikan moodnya akan rusak dalam waktu sekejab. Dan itu akan berimbas kepadanya yang selalu menangani wanita itu setiap malam.

"Kamu nggak mau novel yang menyenangkan seperti karya Tere Liye atau yang lain? Bukan gimana-gimana, tapi Laut Bercerita itu alurnya terlalu berat buat kamu yang kondisinya sedang hamil. Atau nanti malam saya ceritakan bagaimana isi novelnya saja, mau?" Nayaka mencoba membujuk istrinya dengan kalimat yang tidak menyakiti.

"Aku bisa baca sendiri. Lagian aku gabut gak ngapa-ngapain." Raisa menjawab. "Jangan mentang-mentang aku hamil, kamu larang aku ini itu, ya? Ini cuma baca buku loh, masa kamu permasalahkan?"

"Tapi janji enggak nangis?"

"Emangnya kamu nggak mau ngelihat aku nangis? Kalo ceritanya sedih, ya kali aku ketawa?"

"Maka dari itu saya nggak menganjurkan kamu buat baca novelnya karena nanti pasti kamu nangis."

"Dan kamu nggak mau ngehibur, iya?"

NayakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang