14. Suasana Hati

8.6K 406 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Raisa hamil.

Wanita itu pingsan karena perubahan kondisi tubuh, merasakan sedikit pening dan kurang sehat akibat gejala orang hamil. Terlebih lagi saat  trimester pertama kehamilan atau sekitar satu sampai tiga belas minggu, dilarang melakukan seks, guna menghindari keguguran.

Nayaka langsung mengabari keluarga Dierja mengenai kehamilan Raisa. Bahkan Mama Arini sudah memesankan varian susu untuk ibu hamil, sementara Eyang Putri sudah berencana untuk mengadakan acara setiap empat bulan dan tujuh bulan yang akan dihadiri oleh keluarga Dierja saja. Namun Nayaka belum mengabari keluarga Sasongko, mengingat bahwa Kalala menginginkan cucu pertama harus dari rahim wanita itu.

Begitu Raisa bangun, yang ia inginkan pertama kali adalah dipeluk oleh Nayaka. Nayaka langsung memeluknya, mengelus pelan punggungnya dan sesekali mengecup kepalanya.

"Perut gue rasanya nggak enak," kata Raisa dengan mata menyipit. "Pengin muntah."

"Muntah saja nggak apa-apa di sini," jawab Nayaka sambil menunjuk lantai samping ranjang. "Biar kamu nggak pusing harus bolak-balik kamar mandi."

Raisa menggeleng dengan memeluk erat pinggang Nayaka. "Gue hamil, ya?"

"Iya."

Suasana hening sesaat. Pikiran Raisa benar-benar berkecamuk. Semua asumsinya mengarah ke bagaimana reaksi Kalala ketika tahu bahwa nanti anak mereka akan seumuran. Pelukannya pada pinggang Nayaka semakin mengerat, membuat Nayaka seketika paham dengan apa yang dipikirkan Raisa tanpa wanita itu memberitahu apa yang ada di pikirannya.

"Nggak ada yang bisa nyakitin kamu selama masih ada saya, Raisa. Sudah menjadi tanggung jawab saya untuk memastikan kamu baik dan bahagia. Jadi, saya dengan sangat keras melarang kamu untuk memikirkan apa yang membuat kamu down, biar saya saja yang ambil alih semuanya."

"Fokus kamu sekarang hanyalah meminta semua hal yang kamu pengin. Mintanya ke saya loh ya, bukan ke yang lain."



****




Pukul 7 pagi, Mama Arini sudah datang ke rumah bersama dengan putra bungsu keluarga Dierja, Argani. Mereka membawa banyak sekali papperbag yang mana berisi susu ibu hamil serta salad buah yang sehat dan aman dikonsumsi.

Untungnya Raisa sudah bangun dan sedang duduk manis di kursi, menunggu Nayaka menyiapkan roti bakar dioles oreo yang memang permintaan dari wanita itu.

"Saladnya Mama taruh di kulkas," kata Arini dengan memasukkan lima kotak salad ke dalam kulkas. "Sama susu ibu hamil ada di dalam nakas samping kulkas. Oke?"

"Oke, Mama," jawab Raisa dengan mengacungkan jempol membuat Arini mendekat dan mengecup pelan kepalanya.

"Ini apa, Mas?" tanya Argani ketika melihat Nayaka yang memoles rempahan oreo di atas roti. "Bubuk kopi?"

NayakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang