Akhirnya project Raisa dalam memotret behind the scence film layar lebar yang hendak tayang dua bulan lagi sudah selesai. Ia diberikan waktu luang untuk me time oleh sutradara, mengingat atasannya sedang berada di luar negeri.
Dengan menenteng banyak produk yang hendak dibawa ke ruang tengah untuk dipakai, Raisa mengumpat kala ponselnya yang ada di saku berdering. Setelah meletakkan perlengkapan pembersih badan di meja, ia melihat layar ponselnya.
Nayaka menelepon.
"Halo, kenapa?"
"Kamu sedang di mana?"
"Di rumah," jawab Raisa dengan berkacak pinggang. "Ada apa? Mau lo ajak acara pesta pejabat lagi kayak dulu?"
"Bukan."
"Terus?"
"Nagata ada di depan rumah. Kamu temuin gih."
Raisa menganga. Ia berlari menuju depan, mengintip sedikit lewat jendela yang mana benar adanya. Seorang laki-laki berperawakan tinggi dengan rambut mullet dan tatto yang menghiasi lengan itu berdiri di teras rumah dengan kedua tangan yang berkutat pada ponsel.
"Dia ngapain???" tanya Raisa, berbisik.
"Tadinya mau konsultasi sama saya masalah percintaan, tapi saya alihkan ke kamu saja."
"Gue nggak kenal sama dia, Nay. Lo jangan gila."
"Makanya kenalan. Nagata itu pengin banget disapa Kakak iparnya loh."
Raisa mendelik. Ia mengumpat sebentar sebelum akhirnya memutus sambungan. Tatapannya tertuju pada baju, sudah sopan. Ia mengenakan legging panjang dengan atasan kaos oblong putih oversize. Rambutnya juga masih rapi, meski tadi sempat ia acak-acak.
"Santai, Raisa. Nagata itu manusia biasa," ujarnya menyemangati dirinya sendiri.
Tak lama kemudian, ia membuka pintu, membuat laki-laki dengan ciri khas rambut mullet itu menoleh ke belakang. Benar-benar Nayaka versi berandalan.
Nagata Hastungkara Dierja, putra kedua keluarga Dierja yang powernya lebih mengarah ke arah penyelidikan kasus korupsi dan satu-satunya Dierja yang berani menggerebek kediaman salah satu anggota dewan yang tersangka melakukan penggelapan dana, yang pada akhirnya menjadi terdakwa.
"Duduk, Ta," kata Raisa mempersilahkan Nagata untuk duduk di sofa single teras, sementara dirinya ada di kursi tanpa sandaran yang berada di samping pintu masuk.
Raisa tersenyum canggung saat Nagata memerhatikannya dengan detail. "Nayaka bilang lo perlu konsultasi masalah percintaan, ya?"
"Mbak Raisa udah ngisi, kah?" tanya Nagata yang benar-benar di luar dugaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nayaka
General FictionAwalnya, yang paling tidak minat dengan seks adalah Raisa. Tetapi, begitu tahu nikmatnya berhubungan ranjang, gejala hypernya mendadak muncul. Hingga menyebabkan seorang Nayaka, sang pejabat negara, dengan sukarela mengikuti alur yang dijalankan ole...