6. Posesif

100 24 4
                                    

"Apa?" tanya Bible bingung. Pasalnya Bible sedang duduk santai di taman universitas sambil membaca buku, lalu tiba-tiba Jonathan datang dan duduk tepat di hadapannya. Matanya menatap Bible tajam.

"Kau sudah membaik? Wajahmu cerah sekali. Siapa pria kemarin? Dia terlihat lebih tua darimu. Kau tau? Gara-gara kejadian itu, p'Jess jadi badmood. Wajahnya terlihat kesal sekali."

"Bisakah kau bertanya satu persatu? Dia kerabatku."

"Ao, dari sekian banyak pertanyaanku, yang kau jawab cuma satu."

"Hahahaha, lalu mana p'Jess?"

"Dia sedang ikut bertanding dengan tim basket. Kau mau nonton?" 

Bible mengangguk antusias, ia lalu beranjak berdiri dan menggandeng tangan besar Jo agar sahabatnya itu lekas berdiri. Mereka berlari kecil memasuki lobi dan menuju lapangan indoor. Di dalam sana sudah riuh terdengar suara sorakan para mahasiswi yang sedang menonton jalannya pertandingan. 

"Huwaaaaa p'Jess!!!" Begitu seruan yang terdengar, karena rata-rata yang datang untuk memberi semangat pada Jess. Bible tersenyum bangga melihat kakak tingkat kesayangannya itu menjadi pujaan banyak orang. 

"P'Jess tampan sekali ya," ucap Jo yang membuat Bible langsung bergidik ngeri. "Apa?" tanyanya. 

"Aku tidak masalah dengan orientasimu, kita sama. Tapi kau yakin dengan p'Jess? Dia punya banyak sekali penggemar," ucap Bible horor. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana sahabatnya itu akan diserang oleh banyaknya penggemar Jesse. 

"Ai Bible! Dasar gila! Kau kira aku laki-laki apa? Aku masih normal. Aku hanya mengagumi sebagai sesama ciptaan Tuhan."

Bible tergelak mendengar perkataan Jo barusan. Padahal dia sama sekali tidak keberatan kalau sahabatnya itu memiliki orientasi yang sama dengannya. 

"Padahal aku tidak keberatan, mungkin suatu hari kau bisa mencoba bermain denganku, Jo." 

Bible bisa melihat Jo bergidik ngeri, bahkan wajah tampannya itu sudah memucat, membuat dia tidak tahan untuk tidak tergelak. Baginya itu sangat lucu. 

"Berhentilah tertawa, Bib. Kau benar-benar menyebalkan." 

"Hahahahaha." 

Mereka terlalu sibuk dengan candaan mereka sampai tidak sadar sudah terjadi keributan di tengah lapangan. Suara peluit panjang membuat perhatian mereka teralih ke lapangan. Dilihatnya Jesse sudah tergeletak di lapangan dengan wajah kesakitan. Bible dan Jo langsung bergegas berlari ke lapangan saat Jesse sudah dipindahkan ke pinggir lapangan. 

"Phii," seru Bible panik. Terlihat kakak kesayangannya itu sedang meringis kesakitan saat petugas kesehatan memeriksa kaki kanannya. 

"Aku baik-baik saja," ucap Jess dengan suara sedikit bergetar. 

"Tidak perlu sok keren, padahal jelas-jelas kau sedang kesakitan," ucap Jo yang langsung mendapatkan cubitan keras di pinggang dari Bible. 

"Dia baik-baik saja, hanya sendi yang sedikit bergeser, aku sudah membenarkannya tapi untuk beberapa hari ke depan Jess akan kesulitan berjalan," jelas si petugas kesehatan saat dia sudah selesai membalut kaki kanan Jess. 

"Jess, aku akan mengantarkanmu pulang," tawar salah satu teman timnya. 

"Tidak perlu, ada adikku yang akan membantuku." 

Bible dan Jo saling berpandangan sejenak lalu mereka bergegas membantu Jess untuk duduk di bangku pemain sedangkan yang lain sudah kembali melanjutkan pertandingan. 

"Memang sejak kapan phi punya adik?" tanya Bible polos. 

"Kau," jawab Jo dan Jess berbarengan. Bible tersenyum tipis, dia melupakan fakta bahwa dia lah yang sudah dianggap adik sendiri oleh Jess. Ia lalu berjongkok di hadapan Jess, memandangi kaki kakaknya yang sudah dibalut erat itu. 

The Bloody DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang