11. Pemakaman

71 21 1
                                    

"Sudah tidur?" 

Biu mengangguk lemah. Setelah menangis dua jam lebih akhirnya Bible tertidur karena kelelahan. 

"Bagaimana dua pria itu?" tanya Biu. 

"Yang besar masih kritis, yang kecil baru saja sadar tapi dia masih sangat lemah."

Biu menyandarkan tubuhnya pada tembok sambil menutup pelan pintu kamarnya. 

"Lalu bagaimana dengan Korn?" tanya Biu lagi. 

"Sudah dibersihkan, kami akan bersiap untuk memulai pemakamannya." 

Biu mengangguk mengerti. 

"Kita lakukan itu setelah Bible bangun. Aku mau menemui pria kecil dulu." 

Biu dan Arm berjalan menyusuri koridor, di sepanjang perjalanan itu banyak orang yang menunduk hormat pada mereka berdua. Langkah Biu terhenti sejenak di depan seorang pemuda yang memiliki tinggi kurang lebih sama sepertinya. 

"Jo, jaga Bible di dalam kamar. Segera hubungi aku kalau dia bangun." 

"Baik, tuan." 

"Apa tidak apa membiarkan Jo bertemu dengan Bible?" tanya Arm pelan. 

"Hidup anak itu sudah penuh kejutan, mendapat kejutan kecil seperti itu kurasa tidak masalah." 

Mereka tiba di ruang rawat pribadi milik Mile. Di sana terbaring dua orang pria yang tadi mereka tolong. Off dan Gun. Biu mengenal mereka. Yahh, dulu mereka sering bertemu ketika Biu masih kecil. Biu berjalan mendekati Gun yang baru saja sadar. 

"Paman," sapanya lembut. Pria bernama Gun itu tersenyum. 

"Kamu sudah besar, nak," ucapnya pelan. Biu tersenyum tipis lalu mendudukkan dirinya di pinggiran tempat tidur. 

"Bagaimana kondisi paman?" 

"Maafkan paman, nak." 

Biu menggeleng lemah. Menurutnya tidak ada yang bersalah dalam hal ini. Melihat kenyataan mereka melindungi Bible dari dirinya pun adalah sebuah fakta yang tidak bisa disalahkan. Meskipun pada awalnya Biu tidak menyangka kalau Bible adalah anak  dari orang itu. 

"Aku tidak akan menyakiti anak itu, paman. Aku akan menjaganya," ucap Biu sambil menggenggam tangan Gun. Terlihat mata bulat Gun mulai berkaca-kaca. 

"Korn selalu hidup dalam rasa bersalah. Dia tidak pernah berniat untuk meninggalkan sahabatnya, apalagi sampai membuat sahabatnya terbunuh. Semua di luar kendalinya." 

Biu mengangguk paham, dulu memang dia sangat membenci orang yang menjadi sahabat ayahnya itu. Tapi semakin bertambahnya usia, semakin banyak hal yang dihadapi, Biu semakin mengerti siapa yang harus disalahkan dan apa yang harus dia lakukan.

Bertemu dengan Bible memang jauh di luar perkiraannya. Pantas saja Biu merasa seperti mengenal Bible saat melihat foto kecilnya. Wajah Korn pun nampak familiar untuknya, takdir memang benar-benar mempermainkannya. 

"Maaf paman, maaf karena Biu sempat membenci kalian semua." 

Hidup dalam kebencian membuat Biu memilih jalan hidup yang salah. Biu tidak pernah menyesali pilihan hidupnya, tapi terkadang rasa bersalah selalu menghinggapi hatinya ketika dia harus membunuh orang yang tidak seharusnya dia bunuh.  Mata Biu memanas ketika Gun mengelus punggung tangan kecilnya. 

"Kamu harus baik-baik saja, kalian harus tetap hidup," ucapnya pelan. 

Bersamaan dengan itu, alat medis yang menopang hidup Off tiba-tiba berbunyi nyaring, tidak lama kemudian Mile datang dengan wajah paniknya. Biu bangkit berdiri dan menghampiri Mile. Jantungnya berdegup kencang melihat Mile yang berusaha membuat jantung Off kembali berdetak. Biu buru-buru menghampiri Gun yang sudah terduduk lemah sambil menangis. Dipeluknya tubuh rapuh yang sedang terguncang itu. 

The Bloody DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang