"Kenapa Jonathan tidak bilang padaku kalau dia membawa Bible?! P'Mile! Dia anak buah phi kan? Awasi dia!"
"Biu, tenanglah," tegur Arm.
"Mana bisa aku tenang. Ini sudah malam."
Biu menundukkan kepalanya ketika Apo mendekat dan menggenggam kedua tangan kecil Biu. Pemuda itu berjongkok di depan Biu, wajah manisnya nampak teduh tersenyum pada Biu.
"Aku tau kalau Biu cemas, tapi percayalah mereka akan baik-baik saja. Jo hanya menemani Bible mengambil buku di rumah. Jo adalah pengawal Bible, dan mereka bersahabat kan? Aku yakin Jo pasti akan menjaga sahabatnya itu."
Kedua mata sipit Biu berkaca-kaca. Dia benar-benar kalut. Melihat bagaimana Kai sampai nekat masuk ke wilayah mereka dan menyerang Bible membuat dia sangat ketakutan. Bahkan kalau bisa, dia ingin anak kecil itu bersama dengan dirinya 24 jam.
"Biu, hentikan. Bible baik-baik saja. Jo itu salah satu anggota terbaikku. Dia pasti bisa menjaga Bible dengan baik. Dan benar kata Apo, mereka bersahabat, sudah pasti Jo akan melindungi sahabatnya itu."
Akhirnya Biu hanya bisa diam dan mengalah, benar kata mereka semua, Bible dan Jo bersahabat.
"Sudahlah, bagaimana Arm? Kau sudah menyelidiki tentang perkumpulan itu?"
Biu meraih map coklat yang diserahkan oleh Arm. Dibacanya setiap informasi yang ada di dalam sana dengan seksama.
"Sudah kuduga," ucap Biu pelan.
"Kita harus memberitahu Bible," ucap Arm.
"Jangan sekarang, anak itu belum stabil," sambung Mile.
"Tapi ini berbahaya," ucap Apo, Biu setuju dengan perkataan Apo barusan, ini memang berbahaya. Tapi benar juga kata Mile kalau Bible belum stabil. Emosi anak itu masih mudah berubah, tidak sekali dua kali juga Biu melihat Bible menangis dalam tidurnya.
"Aku akan memberitahu anak itu, tapi tidak sekarang," putus Biu. Menurutnya ini adalah keputusan paling baik saat ini, Biu hanya perlu menjaga Bible semakin ketat. Biu langsung menyimpan kembali berkas itu ke dalam map dan mengembalikannya pada Arm saat ia mendengar suara mobil terparkir di depan rumah. Tak lama kemudian terdengar derap langkah bersamaan munculnya wajah sumringah Bible.
"Hay, boy," sapa Biu sambil tersenyum tipis. Bible pun langsung menyusul duduk di sebelah Biu.
"Maaf aku keluar tidak pamit dengan Biu dulu, aku tidak mau mengganggu Biu bekerja tadi."
Biu ingat kalau tadi dia sedang memeriksa beberapa dokumen tentang perkumpulan yang sedang ia selidiki. Biu memang tipe orang yang akan sulit diganggu bila sedang fokus. Biu lalu mengulurkan tangannya untuk merapikan surai hitam Bible. Melihat wajah polos anak itu, kemarahannya tiba-tiba menguap entah kemana.
"Sudahlah, kita masuk saja. Percuma tadi repot-repot menenangkan si manusia bucin ini," ucap Arm sambil beranjak berdiri. Begitu juga dengan Mile dan Apo.
"P'Mile, ayo kita pergi makan es krim."
"Ayo, honey."
"Mereka kenapa, sih?" tanya Bible yang membuat Biu justru tertawa kecil.
"Lupakan mereka. Kamu sudah dapat apa yang kau butuhkan?"
"Mmm, dapat. Aku hanya mengambil beberapa buku saja, karena besok aku ada ujian."
"Ao, lalu tidak belajar?"
"Tidak perlu, Bii. Kan aku pintar."
Biu mencelos mendengar perkataan Bible barusan. Memang sih, kalau dilihat dari kemampuannya meretas jaringan mafia, kecerdasan Bible pasti ada di atas rata-rata. Tapi tidak disangka anak sepolos dia bisa berkata sesombong itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bloody Daisy
FanfictionBuild Jakapan Puttha Harusnya aku tidak membawanya masuk ke dalam duniaku. Kami berbeda. Terlalu banyak darah yang tertumpah karena kehadiranku dalam hidupnya. Bible Wichapas Sumettikul Aku tidak pernah menyangka kalau mencintai seseorang akan me...