24. Anak

68 18 5
                                    

"Dia anakku." 

Bible mempererat pelukannya pada tubuh kekasih manisnya itu. Begitu sampai di rumah aman, setelah selesai makan siang dan mandi, mereka memutuskan untuk langsung ke kamar saja. Bible tau kalau suasana hati kekasihnya sedang tidak baik-baik saja. Begitu sampai di dalam kamar, Biu tidak mau melepaskan diri darinya, pelukannya benar-benar erat. Bible tidak keberatan, tentu saja. Melihat bagaimana sang kekasih sangat manja padanya membuatnya benar-benar senang. Saat ini mereka hanya berbaring santai dengan Biu yang berbaring di dada kanannya. Bible hanya diam sambil mengelus surai lembut Biu sambil menunggu kekasihnya itu bercerita. 

"Venice adalah anak dari mantan kekasihku. Kami berpisah jauh dari sebelum Venice lahir. Aku tidak pernah berniat untuk jadi laki-laki tidak bertanggung jawab, tapi saat itu aku tidak tau kalau dia tengah mengandung. Kami harus berpisah karena keadaan. Aku baru tau saat anak itu sudah lahir, kami tidak menikah, tapi kami memutuskan untuk tinggal bersama, dengan adikku juga. Setidaknya dengan begitu, aku bisa menjaganya dan anak kami. Sampai tragedi itu terjadi. AKu mendapat serangan dari orang tidak dikenal. Che dan Venice berhasil menyelematkan diri, tapi tidak dengan dirinya. Aku gagal menolongnya. Sejak itu hidupku selalu penuh dengan penyesalan. Dream, aku menyesal karena tidak tau tentang kehamilannya, aku menyesal karena membiarkannya menderita sendirian. Aku menyesal karena aku tidak bisa jadi ayah yang baik untuk Venice." 

Bible tidak bisa melakukan apapun kecuali memeluk kekasih manisnya itu. Melihat kedua bahu yang bergetar, dia tau kalau Biu pun menderita. Biu tidak bermaksud untuk tidak bertanggung jawab. Tapi begitulah Biu, dia memang selalu lebih memikirkan orang lain daripada dirinya sendiri. 

"Kamu sudah berjuang, Bii. Kamu sudah melindungi mereka dengan baik." 

"Aku tau anak itu ulang tahun, aku tidak pernah melupakan hari lahirnya, Bib. Tapi aku takut, aku takut tidak bisa jadi ayah yang baik untuknya," ucap Biu lagi. 

"Tidak, sayang. Kamu sudah jadi yang terbaik untuknya." 

*** 

"Berikan ponselmu," pinta Biu saat mereka sudah sampai di sebuah gedung apartemen sederhana. Bible agak bingung juga saat Biu tiba-tiba mengajaknya untuk pergi menemui anak dan adiknya. Ponsel Bible dibawa olehnya karena ponsel milik Biu dibawa oleh adiknya untuk melacak lokasi. 

"Ayo masuk," ajak Biu. Seperti biasa, sebelum keluar, mereka harus memakai topi dan masker. Biasanya yang seperti ini hanya Biu, tapi sekarang dirinya pun harus berpenampilan seperti itu. 

Bible tersenyum tipis melihat pacar manisnya menggandeng tangannya erat. Bahkan saat mereka sudah ada di depan unit milik adiknya itu pun, Biu sama sekali tidak melepas gandengan tangannya. Bible hanya diam saja melihat pemuda bernama Che itu menatapnya tajam, lebih tepatnya menatap kedua tangan mereka yang masih saling bergandengan. 

"Kenapa Phi membawanya?" tanya Che tajam. 

"Namanya Bible," jawab Biu. 

Mereka duduk di ruang keluarga, BibleBiu duduk bersampingan, sedangkan Che dan Venice duduk berdampingan di depan mereka. 

"Jadi? Apa yang mau kalian bicarakan?" tanya Biu dan hening, baik Che maupun Venice tidak ada yang menjawab pertanyaan si manis. Biu terlihat menarik napas panjang lalu menghela napas kasar. 

"Begini ya, aku tidak melarang kalian untuk melakukan apapun. Tapi sudah pernah bilang, kan. Kita tidak bisa bertemu. Ini terlalu berbahaya." 

Venice kecil beranjak berdiri, ia terlihat mengambil sesuatu dari dalam nakas lalu berjalan mendekati Biu. Ia memberikan sebuah buku sketsa pada Biu yang langsung Biu buka isinya. Hati Bible menghangat melihat apa yang tergambar di dalam sana. Venice kembali duduk di sebelah Che dan memeluk pemuda itu. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Bloody DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang