Bible tidak bisa menahan senyuman di wajahnya melihat pria yang baru ia temui beberapa jam itu sedang sibuk menata makanan di atas meja makan. Seharusnya Bible tidak sesantai ini, harusnya Bible takut mengingat pria manis di depannya itu baru saja menculiknya semalam, dan kalau Bible tidak salah ingat, Biu berencana membunuh ayahnya. Tapi Bible justru nampak santai bahkan dia bisa tidur dengan nyenyak semalam.
"Waaw aku sudah lama sekali tidak makan masakanmu," ucap si pria dewasa antusias. Bible belum mengetahui namanya dan dia juga tidak berani menanyakannya, menurutnya pria itu terlihat lebih menyeramkan daripada Biu.
"Berlebihan. Kau yang lebih suka beli daripada masak," ucap Biu sarkastik.
"Kan kita juga jarang ada di tempat ini, jadi wajar saja kalau aku lebih suka beli. Hm? Kenapa kau menatapku seperti itu?"
Tubuh Bible menegang saat pria itu tiba-tiba menatapnya tajam, salah Bible memang karena sejak tadi dia mengamati pria di depannya itu.
"Namanya Arm," ucap Biu yang langsung mendapatkan protes dari pria bernama Arm itu.
"Kau benar-benar membeberkan identitas kita di depan anak itu," omelnya.
"Kenapa? Kalau dia membongkar identitas kita, kan kita bisa membunuhnya."
"Ao, kau benar juga."
Bible menelan salivanya berat, kenapa dua pria dewasa itu sejak tadi nampak mudah sekali mengucapkan kata 'bunuh' seperti itu adalah sebuah ajakan untuk bermain bersama.
"Heyy anak kecil, cepat habiskan makananmu," tegur Arm yang membuat wajah tampan Bible memberengut seketika.
"Uhhh aku tidak suka paman itu," gumamnya.
***
Sudah dua hari berlalu, Bible masih tinggal bersama Arm dan Biu. Sebenarnya Arm sudah memaksa Biu untuk memulangkan Bible, tapi entah kenapa Biu masih menahannya di sini.
"Nanti malam ayahnya pulang, kamu harus memulangkannya. Dan lagi, dia sudah menghilang selama dua hari, bisa jadi masalah nantinya," ucap Arm. Bible hanya duduk manis mengamati perdebatan dua pria dewasa di depannya. Tidak, hanya Arm karena sejak tadi Biu asyik dengan bukunya.
"Oh ayolah , Bii. Jangan diam saja," rengek Arm yang mulai lelah diabaikan.
"Dasar kau ini, berisik sekali. Iya iya, nanti malam aku akan mengantarkannya pulang."
"Benarkah? Aku ikut yaaa, aku harus memastikan kau benar-benar mengantarnya pulang."
"Kau pikir aku pedofil? Aku tidak akan menculiknya, dan masih ada pekerjaan yang harus kau selesaikan untuk misi kita besok. Dasar pemalas."
"Apa? Kau yang pemalas! Hihhh kesal sekali aku."
Biu menatap Bible sebentar sebelum dia beranjak berdiri dan pergi masuk ke kamar mandi.
.
.
.Sesuai rencana, mereka berangkat sesaat setelah langit mulai gelap. Kali ini mereka berangkat hanya berdua dan menggunakan mobil yang berbeda dari sebelumnya, Bible tebak ini adalah mobil pribadi Biu. Pria itu menyetir dengan santai melintasi hutan seolah dia sudah sangat hapal dengan daerah itu. Memang ada jalan untuk mobil melintas tapi medannya sangat jelek dan berbatu, belum lagi akar-akar pohon yang memanjang hingga memperburuk kondisi jalan. Kalau lewat sini saat hujan pasti akan sangat susah. Sejak tadi Bible nampak asyik mengamati sekitar. Di sini sangat gelap, penerangan hanya dari cahaya bulan dan lampu mobil saja. Kalau Bible nekat keluar sendiri dia pasti akan tersesat.
"Kenapa melihat keluar terus?" tanya Biu yang memecahkan keheningan di antara mereka.
"Di luar gelap sekali, kalau kita jalan kaki di luar sana, apakah kita akan hilang? Apakah di sini banyak hewan buas?" tanya Bible, netranya nampak asyik mengamati suasana di luar sampai dia tidak sadar kalau Biu sudah menghentikan mobilnya. Tubuh Bible menegang saat tangan Biu terulur untuk membuka pintu di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bloody Daisy
FanficBuild Jakapan Puttha Harusnya aku tidak membawanya masuk ke dalam duniaku. Kami berbeda. Terlalu banyak darah yang tertumpah karena kehadiranku dalam hidupnya. Bible Wichapas Sumettikul Aku tidak pernah menyangka kalau mencintai seseorang akan me...