5. Mengalah 🔞

184 31 4
                                    

BRAK!!

"Jakapan!!! Ini terakhir kali aku memperingatkan untuk tidak membanting barang. Aku benar-benar lelah mendengarnya."

Biu mengabaikan teguran sahabatnya dan memilih langsung berbaring di atas ranjang empuknya. Moodnya sedang tidak baik sekarang. Sejak pagi, pria manis itu lebih banyak uring-uringan.

"Kamu kenapa sih?" tanya Arm yang sudah berdiri di samping ranjang. Biu melirik sahabatnya itu sebentar lalu kembali beralih menatap langit-langit kamar.

"Pergilah, Arm. Aku lelah."

"Kamu butuh laki-laki? Mau aku yang pesan?"

Biu kembali melirik sahabatnya itu.

"Kalau kau saja bagaimana?"

Biu beranjak duduk, matanya menatap Arm penuh minat sampai tiba-tiba sebuah jaket melayang ke arahnya yang langsung membuatnya terkekeh.

"Cukup sekali aku berbuat hal bodoh dan aku tidak akan membiarkan diriku terjebak manusia laknat sepertimu."

"Oh ya? Bahkan saat itu kau sangat menikmatinya, Arm. Aku bisa tau itu dari desahanmu."

Biu tidak akan bisa melupakan kejadian konyol di antara mereka berdua tahun lalu. Saat itu mereka sama-sama mabuk berat. Semua terjadi begitu cepat, tiba-tiba saja mereka berdua ada di atas tempat tidur dalam kondisi naked. Saat itu Biu lah yang memimpin permainan mereka dan Arm tidak keberatan. Bahkan mereka bercinta semalaman. Lucunya, ketika terbangun di pagi hari, mereka hanya tertawa dan memutuskan untuk melupakan kejadian itu.

Biu memang cukup hyper dalam urusan seks, dan Arm adalah orang yang selalu membantunya untuk menemukan pria yang bisa memuaskannya. Karena Biu tidak ingin berhubungan dengan sembarang orang, mengingat posisi dirinya yang bisa terancam kapanpun.

"Ada nih, usia 37 tahun, tapi dia top. Kamu mau?" tawar Arm yang langsung membuat wajah manis Biu cemberut.

"Aku tidak mau."

"Ao, memang kenapa? Kamu kan juga bisa ditusuk."

"Tapi tidak dengan sembarang orang. Dasar gila. Ah, sudahlah. Aku jadi tidak mood."

Biu menggeram kesal mendengar Arm tertawa kencang saat ia masuk ke kamar mandi. Biu membasuh wajahnya kasar, netranya menatap lekat pantulan paras manisnya di cermin.

"Aku membencimu, Jakapan."

***

"Apa yang kulakukan di sini." Biu membenturkan keningnya di roda kemudi. Setelah berkendara tidak tentu arah, tiba-tiba saja Biu membelokkan mobilnya ke universitas Bible. Sudah sepuluh menit Biu memarkirkan mobilnya tapi pemuda itu tidak kunjung keluar. Dia hanya diam sampai netranya tidak sengaja menangkap sosok pria yang tempo hari ia lihat sedang berduaan dengan Bible.

Melihat pria itu, entah mengapa Biu refleks keluar dari mobil, dia merasa pria itu akan menemui Bible. Dan benar saja, setelah mengikutinya, Biu melihat pria tampan itu sedang bersama dua pria yang Biu tidak tau namanya. Biu tidak tau mereka bicara apa karena jaraknya yang cukup jauh, hingga tanpa sadar kedua kaki kecilnya melangkah makin dekat.

"Phi tidak kerja?"

"Aku bisa shift malam."

Kedua tangan kecil Biu mengepal melihat Bible yang tersenyum ketika tangan lancang pria itu mengelus puncak kepalanya.

"Tidak perlu. Biar aku yang membawanya pulang."

Hening, ketiga pasang mata itu langsung menatap Biu namun tidak satupun dari mereka ada yang bersuara. Biu langsung menarik lengan Bible, mengisyaratkan pemuda itu untuk segera berdiri.

The Bloody DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang