DIA ARJUNA

98 47 17
                                    

Pria  dengan rahang tegas dan belahan di dagunya yang memiliki postur tinggi dan gagah yang baru saja turun dari motor custom keren warna hitam itu adalah Arjuna, Arjuna Xaduan Elgard. Siswa dari SMA N 1 Bandung.

Dia diberi julukan oleh Guru dan teman-temannya sebagai si pembuat onar di sekolah.

Mengapa tidak? dia sering menggemparkan sekolah akibat ulahnya.

Meskipun dia di cap sebagai pembuat onar di sekolah tetapi dia adalah si pembuat onar yang tau aturan!

Arjuna tau batasan-batasan dalam perbuatannya, dia juga senang menjahili teman-temannya di sekolah.
Bisa dibilang dia anak yang Extrovert.

Arjuna sangat gemar dengan otomotif, dia juga menjadi ketua anak motor Bandung ADVOKA yang cukup disegani.

Dia juga suka balap motor bersama anggota ADVOKA. Mereka sering diamankan pihak kepolisian karena balap liar di jalanan.

Ibunya kerap kali bolak-balik ke kantor polisi untuk menjemput Putranya itu. Dikantor polisi dia kerap diminta untuk membuat surat perjanjian untuk tidak mengulangi perbuatannya.

Tetapi itu hanya perjanjian di atas kertas saja bukan?

Arjuna tetap saja mengulanginya. Walaupun seperti itu Ibunya berusaha untuk memaklumi perbuatan Arjuna.
Dia selalu mendukung kegiatan Arjuna selama itu dalam batas wajar.

Wulan Sari Ibu Arjuna, tidak ingin nasib Putranya seperti almarhum Ayahnya dulu.

Wijaya Santosa Ayah Arjuna mempunyai masa muda seperti Arjuna, Ayahnya juga salah satu anak motor waktu itu, dia juga gemar melakukan balap motor bersama teman-temannya seperti yang dilakukan Arjuna sekarang.


Tetapi waktu itu Nenek dan Kakek Arjuna sama sekali tidak menyukai hobi Ayah Arjuna itu, apapun yang dilakukan Wijaya saat itu selalu salah di mata kedua Orang Tuanya, dia sama sekali tidak mendapat dukungan dari Orang Tua yang seharusnya mendukung hobi Putranya.

Hal itu menyebabkan Wijaya menjadi anak yang selalu menentang perkataan kedua Orang Tuannya dan dia melakukan semua hal yang dia inginkan tanpa mendengar perkataan Ayah dan Ibunya saat itu.

Wulan Sari tidak ingin Arjuna merasakan apa yang dirasakan oleh Ayahnya dulu, jadi dia mendidik Arjuna dengan cara yang berbeda, di sela-sela kegiatannya bekerja mengurus perusahaan peninggalan keluarganya, dia tetap mengutamakan Putranya itu, dia pelan-pelan membimbing Arjuna untuk hal-hal yang lebih baik.

Menjadi Orang Tua tunggal bagi Arjuna tidak membuat Wulan Sari merasa kesulitan, dia tetap dengan sabar dan ikhlas  merawat Putranya itu dengan penuh kasih sayang, dia selalu membebaskan Arjuna untuk melakukan hal-hal yang ingin dia lakukan.

Walaupun hanya dibesarkan oleh Orang Tua Tunggal tidak membuat Arjuna merasa sedih karena dia mendapat kasih sayang yang cukup dari Ibunya.

Di rumah Arjuna pagi ini sebelum dia berangkat sekolah dan Ibunya yang akan berangkat bekerja mereka melakukan sarapan bersama, seperti biasa, Wulan Sari memasak menu favorit Putra semata wayangnya itu, nasi goreng dengan telur mata sapi di atasnya.

Arjuna berjalan dari dalam kamarnya menuju ke ruang makan dengan berpakaian yang berantakan, kemeja seragamnya yang sengaja dia keluarkan dan tidak memakai atribut lengkap.

‘’Sarapan apa pagi ini Bu?’’

‘’Ibu memasak nasi goreng favoritmu’’

‘’Asik nih’’

‘’Cepat makan, kenapa pakaianmu seperti itu?’’

‘’Biasanya juga seperti ini Bu’’

HELIANTHUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang