CHAPTER - 01

128 18 4
                                    

Hari kelima di Athena Arts High School

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari kelima di Athena Arts High School.

Kini Selena mengamati sekelilingnya. Mereka ada di satu ruangan dan ditugaskan untuk melukis buah-buahan yang diletakkan ditengah yang telah guru persiapkan. Buah-buahan itu terdiri dari buah pisang, apel, anggur, jeruk, dan alpukat yang diletakkan di suatu wadah. Semua murid kelas 2-A harus melukis buah-buahan itu menggunakan cat acrylic di kanvas. Mereka duduk melingkar menghadap pada buah tersebut. Setiap orangnya mempunyai pandangan sisi yang berbeda untuk melukisnya. Selena melirik kanvas di depannya—milik temannya. Sedetik kemudian belah bibirnya terbuka, mengatakan, "Wow."

Selena akui semua teman-temannya memiliki skill melukis yang keren dengan art style mereka masing-masing. Sejak masuk ke Athena Arts High School, Selena merasakan perbedaannya jika harus membandingkan antara ia sekolah di Yogyakarta. Dulu Selena ada di jurusan IPS yang tentunya berfokus pada pembelajaran sosial. Ada pelajaran seni rupa, tetapi tidak sekental di DKV yang benar-benar memfokuskan di bidang tersebut dan lebih mendalam.

Kini pandangan Selena beralih pada Aklesh yang duduk di seberang sana menghadap ke arahnya. Dia menyisir rambutnya ke belakang menggunakan tangan membuat rambut yang tertata rapi itu menjadi sedikit berantakan. Ekspresi wajahnya datar, tampak tenang, dan dia tak banyak melakukan pergerakan selama melukis selain tangannya yang bergerak lihai di kanvas.

Pesona Aklesh Jaevandra dari segi fisik memukau dan cukup mampu menarik perhatian. Rahang tegasnya, hidung mancungnya, bibir tipisnya, dan style dari ujung kaki sampai kepala sempurna. Terbilang masuk ke dalam kriteria yang cewek-cewek suka. Selain tampan, Aklesh juga tinggi. Mungkin ini cowok fiksi-fiksi yang wujudnya nyata Selena lihat. Sebab ketika melihat Aklesh, terkadang Selena berpikir jika dia adalah karakter fiksi yang keluar dari sebuah buku novel.

Lima hari belakangan ini Selena bisa sedikit menilai karakter Aklesh meskipun ini belum tentu akurat dan terbukti benar. Aklesh bukan tipe orang yang cerewet, bukan juga terlalu dingin. Begitulah yang Selena tahu meskipun mereka tidak dekat. Duduk di belakangnya tak menjamin mereka akan akrab. Mereka tidak ada komunikasi apa pun selama lima hari ini.

"Kayaknya lo suka banget merhatiin orang-orang, ya."

Selena menoleh pada timbulnya suara tersebut. Pelan, tidak nyaring, tetapi Selena dengar dengan jelas. Sebab yang mengatakan itu adalah Rakha. Dia duduk di sebelahnya hanya berjarak dua langkah dari tempat Selena duduk.

Meskipun mereka masih belum berteman dekat, setidaknya Rakha memerhatikan Selena akhir-akhir ini. Caranya bersikap, berperilaku, dan caranya menatap seseorang maupun sekitarnya menyiratkan arti bahwa ada yang Selena pikirkan. Tipe-tipe pengamat yang baik dan teliti. Dia juga seakan menilai sesuatu dari hal yang tertangkap oleh netranya.

Selena tidak menjawab. Dia meluruskan pandangannya dan kembali melukis meskipun ia masih membagi fokusnya untuk mendengarkan ucapan Rakha.

"Kalau butuh sesuatu bilang aja. Nggak usah canggung," ucap Rakha. Dia peka bahwasanya Selena masih merasa canggung dengan teman-temannya. Yang terlihat akhir-akhir ini Selena tidak bergaul dengan mereka. Dibeberapa kesempatan Rakha melihat Selena bersama dengan siswa dari jurusan lain—Jihan Darleena. Ketika mereka bersama terlihat begitu akrab, tanpa harus canggung satu sama lain. Akan berbeda ketika Selena masuk ke dalam kelas, dia menjadi banyak diam dan diam saja.

Kita dan SeniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang