CHAPTER - 06

51 11 0
                                    

Althar tidak tahu harus bagaimana dia memperbaiki sesuatu hal yang terlanjur terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Althar tidak tahu harus bagaimana dia memperbaiki sesuatu hal yang terlanjur terjadi. Ia melibatkan Selena dalam masalahnya dan meminta bantuannya secara sadar. Althar terpaksa, ia merasa tidak ada pilihan lain kecuali menyeret Selena masuk ke dalam masalahnya. Dengan mengumpulkan tekad penuh Althar menyusul Selena ke UKS untuk tahu keadaan cewek itu sekarang. Di sana terlihat Selena tengah berbaring pada salah satu ranjang di UKS. Tidak ada orang di dalam selain Selena.

Menyadari ada orang lain yang masuk, Selena menoleh hingga menemukan Althar berdiri diam di sana.

"Lo nggak apa-apa?"

Yang perlu dikhawatirkan justru keadaan Althar. Selena sama sekali tidak terluka. Sementara Althar terluka di bagian sudut bibirnya, matanya, wajahnya, dan tubuhnya. Seberapa sakit yang kini Althar rasakan, Selena tahu dia menyembunyikan itu seolah baik-baik saja. Saat ini pertanyaan Althar tak kunjung dijawab. Selena mengalihkan perhatiannya pada hal lain. Althar pun menghampiri dan duduk di kursi yang tersedia dekat ranjang Selena.

"Maaf untuk kejadian tadi." Dengan tulus Althar meminta maaf. "Um, itu—Bima jadi tahu lo, gue itu—anu, takut lo nantinya itu—" Althar kesusahan untuk menjelaskan apa yang kini terlintas dipikirannya.

Ekspresi wajah Selena berubah. Dia menunjukkan sesuatu dari wajahnya bahwa dia bingung. Selena pun mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. "Kenapa?"

"Gue takut lo diganggu dia."

"Mending lo khawatirin diri lo sendiri aja." Selena beranjak dari tempatnya untuk mengambil P3K, kemudian dia menyerahkannya pada Althar untuk mengobati lukanya sendiri.

Althar tak kunjung menerima. Akhirnya cewek itu yang berbuat baik untuk mengobati luka di wajah Althar. Dia memerhatikan Selena dimulai dari matanya, bulu matanya yang lentik, hidung mancungnya, bibirnya, lalu juga rambut panjang lurusnya yang tergerai dengan jepitan rambut sebagai aksesoris pelengkap. Tak lupa Althar membaca name tag yang tertera pada seragam sekolah Selena.

Selena Annalise. Ini baru pertama kali Althar tahu nama lengkap cewek itu. Anehnya, sekarang jantung Althar berdetak abnormal. Dia merasakan suatu sensasi yang beda karena ada di dekat Selena.

"Akh." Althar mengerang. Rasanya perihnya dua kali lipat dari sebelumnya. Spontan Althar menahan tangan Selena untuk berhenti melakukannya.

"Mau sok jagoan di sekolah apa gimana? Kena obat kesakitan, pas berantem saling tonjok lo kayak nggak ada sakit-sakitnya sama sekali." Selena heran sekaligus menyindir.

"Siapa duluan yang mulai jir, bukan gue."

"Lo ganggu hubungan orang lain, gimana dia nggak kesel?"

Althar mendengus senyum sinis. "Asal lo tahu, gue korbannya. Andai aja Tari nggak sama si bajingan itu, hidup gue nggak akan kayak gini. Gue diselingkuhi, dituduh mau ngambil pacar orang, di ajak berantem mulu, terus gue harus diem aja? Lama-lama gila gue kalau mau dituduh terus." Althar kesal. Sebab begitulah kenyataannya dan alasan dibalik pertengkarannya dengan Bima dari jurusan musik kelas 3-B.

Kita dan SeniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang