CHAPTER - 19

22 5 0
                                    

Pukul lima dini hari Aklesh duduk di depan komputer mengecek CCTV di rumah pada kejadian kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul lima dini hari Aklesh duduk di depan komputer mengecek CCTV di rumah pada kejadian kemarin. Kyra tidak pulang setelah pertengkaran mereka. Aklesh khawatir di mana keberadaan ibunya sekarang yang tak kunjung pulang.

Di layar komputer menunjukkan Kyra yang keluar dari kamar Aklesh, lalu masuk ke dalam kamarnya sendiri. Setelah beberapa menit berlalu, Kyra keluar membawa koper dan masuk ke dalam mobilnya. Artinya Kyra pergi dan tinggal di suatu tempat.

Aklesh menghela napas sembari memijat pelan kepalanya yang berdenyut sakit. Harus bagaimana Aklesh hari ini? Pergi ke sekolah? Mencari Kyra? Tidak masuk sekolah sembari menunggu dia keluarkan? Atau diam saja?

"Argh!" Aklesh mengerang. Dia merasa perlu obat untuk rasa sakit kepalanya. Sungguh, sudah sangat menyiksa Aklesh hingga dia susah tidur semalaman.

•••

Aklesh menaiki motornya dan menelan satu pil yang baru dia beli di apotek. Saat memerhatikan kendaraan yang melintas di jalan, Aklesh melihat banyak anak-anak seusianya berangkat ke sekolah. Hari ini Aklesh memutuskan untuk tidak masuk tanpa keterangan. Aklesh masih tidak yakin ibunya telah mengurus kepindahannya ke sekolah lain. Saat melihat jam di layar ponsel, perhatian Aklesh tertuju pada banyaknya notifikasi yang masuk dari Tasya.

Tasya:
Waktu itu nggak bener, kan? Kamu nggak serius sama omongan kamu ke aku, kan, Aklesh?

Tasya:
Setidaknya kalau online bales dulu dong, Aklesh. Kamu kenapa, sih? Udah punya cewek, hah? Bilang aja biar kesannya aku nggak ganggu hubungan orang.

Tasya:
Kamu ke mana, sih?

Tasya:
Aklesh.

Tasya:
Kamu ingkar janji sama aku? Iya, hah?! Kan, kamu sendiri yang bilang nggak mau ninggalin aku. Gimana, sih.

Semua itu adalah pesan Tasya yang tak sempat Aklesh balas kemarin.

Mengenai Tasya—sebenarnya cewek itu baik, perhatian, dan cukup membuat Aklesh merasa nyaman di dekatnya. Satu hal yang Aklesh tidak suka dari Tasya jika tiba-tiba saja dia marah dan kesal. Aklesh bukan tipe cowok yang peka untuk memahami perasaan Tasya. Akhir-akhir ini sudah cukup banyak masalah yang menimpa keduanya. Tasya mengungkit janji, janji mana yang Aklesh ucapkan jika dia tidak akan meninggalkan Tasya? Aklesh bahkan tidak ingat persis dia pernah berjanji seperti itu. Beberapa hal yang Aklesh ingat hanya sedikit. Seperti—aku nggak mau kehilangan kamu, aku nggak akan ninggalin kamu, atau aku mau kita bareng-bareng terus. Aklesh bahkan tidak menganggap itu adalah sebuah janji, hanya sebuah ucapan yang bisa kapan saja dilupakan begitu saja. Lebih tepatnya hanya omong kosong belaka.

Lagi pula, orang mana yang percaya kata-kata semacam itu? Aklesh merasa ucapan itu tidak bisa dijadikan patokan yang menjamin orang akan setia.

Tasya termasuk orang yang percaya kalimat-kalimat itu jika Aklesh yang mengatakannya. Tasya akan berharap, mengingat, dan mengungkit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kita dan SeniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang