CHAPTER - 18

18 3 0
                                    

Selama perjalanan pulang yang Pak Asep lihat dari raut wajah Selena seperti orang kebingungan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama perjalanan pulang yang Pak Asep lihat dari raut wajah Selena seperti orang kebingungan. Setelah pulang dari Art Shop dan membeli beberapa kebutuhan menggambar tidak ada yang Selena katakan di dalam mobil. Selena terus memerhatikan iPad yang ia bawa sembari menghela napas beberapa kali. Selena bingung harus mengembalikan iPad itu sekarang atau besok pada Aklesh. Cowok itu mungkin lupa jika iPad-nya masih ada di tangan Selena, atau bahkan Aklesh tidak tahu sama sekali dan menganggap iPad-nya hilang. Sebab setelah mereka keluar dari ruang seni, Aklesh tidak mempertanyakan mengenai iPad itu yang Selena pinjam.

"Kenapa, Non?" Pak Asep membuka topik. Beliau sesekali melihat Selena dari kaca spion mobil.

"Pak, puter balik dulu, ya. Aku mau balikin iPad ke temen. Kasihan, takutnya sekarang dia bingung iPad-nya di mana." Akhirnya Selena menentukan pilihannya bahwa dia akan ke rumah Aklesh malam ini walaupun sudah jam delapan malam.

"Oke, boleh. Lebih baik juga bilang Pak Angga kalau Non Selena bakal telat pulang, takutnya Pak Angga khawatir."

Selena mengangguk pelan. "Iya, Pak."

•••

Selena berdiri tepat di depan pintu rumah Aklesh yang terbuka. Terbuka sedikit hingga Selena bisa mengintip keadaan di dalam rumah yang tidak ada orang.

"Permisi." Selena menekan bel dan mengetuk pintu beberapa kali tetap tidak ada jawaban. Mencoba untuk menelepon Aklesh juga tidak ada jawaban sama sekali. Pintu rumah terbuka seolah ada orang di dalam, tetapi tidak ada yang membukakan pintu itu dengan layak untuk menyambut kedatangannya sebagai tamu.

Selena terbelalak, tiba-tiba dia berpikir satu hal. "Jangan-jangan rumah Aklesh kemalingan? Masa, sih? Ah, nggak mungkin. Tapi kalau bener gimana?" Dia berkelahi dengan pikirannya sendiri dan khawatir jika sudah terjadi sesuatu yang buruk di rumah itu.

Sembari meneguk ludah dengan susah payah, Selena memberanikan masuk ke dalam. Jika benar terjadi kemalingan, artinya Selena bisa meminta bantuan pada warga sekitar.

Sorry, Aklesh, gue harus masuk tanpa izin.

Selena menggigit bibir dan mendekap iPad-nya erat-erat. Jantungnya berdebar tanpa henti. Rumah semegah itu tak terlihat satu orang pun sama sekali. Tempat pertama yang Selena datangi adalah kamar Aklesh. Pintunya juga terbuka sedikit tak tertutup rapat dengan baik. Ragu-ragu Selena membuka pintu kamar Aklesh dan melihat ada seorang cowok duduk di lantai menyandar ke ranjang dengan mata terpejam. Dia tidak lain adalah Aklesh Jaevandra si pemilik kamar tersebut.

"Aklesh." Selena menghampiri dan mengecek keadaan Aklesh untuk memastikan dia baik-baik saja. Waktu itu saat Selena datang, kamar tersebut begitu rapi, semua benda-benda tertata dengan baik dan layak di atas meja belajar. Kini semuanya kacau. Selena melihat betapa berantakannya kamar itu seolah sudah terjadi sesuatu pada Aklesh. Banyak lukisannya yang rusak, kertas-kertas tergeletak berantakan, cat tumpah, kuas patah, dan buku yang rusak seperti sengaja di robek.

Kita dan SeniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang