⚠No plagiat, No remake⚠
-Ini buatan Aku, Athala-♪Awali membaca dengan vote♪
•
•
•Sudah berhari-hari 004 menjalani perawatan hingga 004 sendiri tidak tahu berapa lama dirinya dirawat. Yang dirinya lakukan seperti pasien biasa dan bedanya adalah dia VVIP.
Semakin hari luka yang didera 004 membaik, membuatnya bisa langsung di terapi untuk bisa kembali berjalan. Terapi berbicara juga dilakukan walau 004 enggan dan tetap tak kunjung berbicara.
Tiga pria yang pernah mengunjungi 004 tidak lagi muncul, entah karena mereka datang saat dirinya tidur atau memang tidak pernah datang lagi. Namun, Ravael selalu mengatakan jika ketiga orang itu selalu berkunjung setiap harinya.
Aneh, katanya tidak dipedulikan tapi kenapa selalu mengunjungi.
004 tidak mengerti.
Mata yang selalu menatap kosong kini sedikit berkilau, memperhatikan setiap ujung lorong rumah sakit saat Ravael mendorong kursi rodanya untuk menuju taman. Rasa senang muncul tapi tidak ada ekspresi di wajahnya.
Hanya binar mata kelam itulah yang perlahan terlihat.
"Tuan muda, kita sudah sampai di taman rumah sakit," ujar Ravael yang menghentikan lamunan 004.
Banyak pepohonan juga tumbuhan yang tertata rapi. Indah sekali. Cuaca cerah karena berawan tapi tidak menimbulkan kesan suram dan sinar matahari juga tidak terlalu terik membuat semuanya sempurna.
Mata 004 melirik semangat semua hal yang terbentang di hadapannya. Sekarang dirinya bisa keluar dari lorong bawah tanah itu. Cahaya hangat kini melingkupinya, bukan lagi rasa dingin.
Ravael, pria bertubuh jangkung itu kembali mendorong kursi rodanya perlahan menuju pohon yang lumayan besar. "Anda bisa menikmati suasana di bawah pohon ini karena tidak akan terkena panas matahari," ujar Ravael dengan lembut, senyumnya pun juga tidak mau kalah lembut.
Hanya melirik tapi tidak ayal mengangguk samar. 004 menikmati suasana dengan bernaung di bawah pohon ketapang kencana.
Semilir angin mengelus pelan tubuh 004 yang tengah terduduk di kursi roda seolah menyambutnya untuk bernaung. Kicauan burung pun mulai terdengar dari atas yang menandakan terdapat adanya sarang burung tersebut.
004 menyukainya.
Begitu menikmati suasana yang tercipta, suara derap langkah mendekat membuat 004 mau tidak mau melirik sosok yang kini berada di hadapannya.
Remaja yang menggunakan pakaian tidak rapi dan menenteng tas di salah satu tangannya. Rambut hitamnya bergerak karena angin. Mata hitamnya menatap tajam ke arahnya.
"Tuan muda Lucas." Ravael menyapa seraya membungkuk hormat tapi tidak dihiraukan oleh bocah yang bernama Lucas itu.
Salah satu alis 004 terangkat tanpa sadar, risih ditatap Lucas. Sedangkan Lucas, bocah itu perlahan mengangkat tangannya, gerakannya seakan hendak mengelus pucuk kepala 004 tapi segera terhenti karena sadar akan gengsi.
"Kenapa di luar?" tanya Lucas pada Ravael tanpa menatapnya dan hanya fokus pada 004.
Ravael menjawab dengan tegas tapi juga lembut. "Tuan muda Athala perlu menghirup udara luar agar tidak stres, itu dianjurkan dokter."
Mengangguk paham, Lucas meraih tasnya dan memberikan sesuatu pada 004. Setelah memberikan sebuah 'Benda' pada adiknya, ia langsung berjalan pergi tanpa sepatah kata.
Ravael terkekeh, sedangkan 004 menatap bingung pada benda di tangan kanannya itu. Matanya perlahan melirik Ravael, meminta penjelasan.
"Ini permen kesukaan anda dulu, mau memakannya?" Usai menjelaskan, Ravael menawarkan untuk membukakan pembukus permen lolipop.
KAMU SEDANG MEMBACA
004: Give Me A Life
Teen FictionJangan sia-siakan makanan atau akan ada sosok yang memakanmu.