8

2.5K 270 2
                                    

⚠No plagiat and Remake⚠
-Vote and Komen-



Sentuhan jemari yang terasa begitu dingin menyengat pipi hangat Rucas. Kelopak matanya perlahan terbuka, menampilkan dua pasang manik hitam.

Lucas tersenyum tipis, tatapannya terlihat begitu teduh saat Rucas menatapnya takut. Tangannya yang dingin terangkat dan mengusap kembali pipi hangat kembarannya.

"Tidak perlu takut, aku tidak marah. Hanya kesal," ujar Lucas dengan bisikan batin di akhir kalimatnya agar tidak dipikirkan adik kembarnya.

Mengangguk perlahan sembari bergumam kata 'Ya', Rucas mengedarkan pandangannya. Ini bukan ruangan adik bungsunya, apakah Lucas membawa dirinya ke ruangan lain?

Melirik tangan yang terasa kebas juga perih, di punggung tangan kirinya ternyata terdapat infus. Sakit, tapi ini salahnya. Tubuhnya lemah tapi berjalan dan menabrakkan diri pada gerimis hujan.

"Jika ingin bertemu Athala, kamu bisa memberitahuku, kan? Kenapa langsung membolos tanpa memberi kabar, hm?" Lucas bertanya dengan nada lembut dan tidak bermaksud untuk memojokkan Rucas.

Memainkan jari jemari Lucas yang terasa begitu dingin, Rucas menjawab dengan suara kecil hingga terdengar seperti bisikan. "Maafkan aku. Aku hanya tidak bisa berpikir jernih.."

Lucas mengangguk paham dan mencium tangan Rucas yang sedari tadi memainkan jarinya dengan begitu lembut juga hati-hati. "Aku memaafkanmu karena aku tidak akan bisa marah kepadamu. Lucas selalu untuk Rucas," ungkapnya penuh kasih pada kembarannya dan mulai mencium kembali tangan Rucas.

Sedangkan di sisi lain, 004 telah sadar dan hanya melamun dan menatap langit-langit. Tubuhnya yang lemah hingga bergerak saja tidak bisa membuatnya teringat jika di masa lalu, dirinya juga seperti ini setelah tersadar dari pingsan saat terkena setruman kalung elektrik.

Mati, dirinya menginginkan kematian saja. Karena kematian tidak akan membuatnya sakit kembali. Walau kehidupan saat ini lebih baik, tapi tetap saja ingatan tentang masa lalu masih menghantuinya.

Terikat, ingatan itu mengikat kuat hingga membuatnya hidup dengan bayangan ketakutan. Mau seindah apapun kenangan yang tercipta di depan, bayangan ketakutan tidak akan pernah tertutupi.

Trauma tetaplah trauma. Respons emosional tubuh terhadap peristiwa mengerikan yang pernah dialami.

Menyerahkan diri dalam pikiran yang seakan bisa menyeretnya lebih dalam, 004 tidak menyadari ada seseorang yang mendekat padanya. Sampai sebuah jemari menyentuh pipinya dengan lembut.

Dingin menusuk begitu terasa hingga 004 terkejut tapi tidak ada ekspresi di wajahnya. Pelaku pengejutan 004 adalah seorang pemuda dengan senyum yang selalu menyebalkan bagi 004 sendiri, Lucas.

"Sudah lebih baik? Maaf baru datang." Lucas mengecup kening hangat adik bungsunya. Dirinya menghampiri si bungsu setelah kembarannya tertidur akibat obat resep dokter.

Duduk di kursi samping brankar pasien milik adiknya, Lucas terkekeh kecil melihat raut datar 004 yang agaknya terganggu oleh dirinya. Namun, apa peduli Lucas? Dirinya hanya ingin berkunjung.

Memandang wajah adik bungsunya, Lucas pun membandingkannya dengan wajah adiknya sebelum diculik. Memang sama saja tapi terasa berbeda. Aura juga tentang segalanya tentang si bungsu Athala rasanya berbeda.

"Apakah ini benar dirimu, Athala?" Lucas menyangga kepalanya menggunakan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya dirinya gunakan untuk mengusap pipi Athala yang lembut. "Aku jarang memperhatikan dirimu tapi segalanya tentangmu terasa berbeda."

004: Give Me A LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang