16

1.1K 113 6
                                    

⚠No Plagiat and Remake⚠
-Awali dengan vote, akhiri dengan komentar-
Semakin banyak komen and vote, semakin cepet up (kayaknya)



Tiga hari berlalu dan dalam waktu yang begitu singkat itu, setiap ujung kediaman Bimantara tercium bau anyir darah. Bergerak perlahan untuk menghilangkan mata-mata yang ada.

Seorang pemuda yang seharusnya berseragam layaknya siswa tapi justru memakai pakaian kerja itu melihat pantulan dirinya di sebuah cermin. Tampan, pikirnya. Namun, tidakkah ia berpikir jika memakai pakaian kerja tidak cocok pada dirinya?

Mendengar sebuah langkah kaki juga melihat pergerakan di belakangnya dari pantulan cermin membuat Lucas menyeringai tipis. Tepat saat sosok di belakangnya hendak melakukan pergerakan lebih, Lucas segera berbalik dan mengangkatnya seolah bukan apa-apa.

"Ingin mengejutkanku, hm?"

Bukan sebuah jawaban yang terdengar tapi hanya suara tawa dari kembarannya. Dari catatan diary, berat badan Rucas seharusnya lebih berat darinya tapi di tangannya saat ini Rucas begitu ringan.

"Balaslah ucapanku, Ruu," ujar Lucas dengan begitu lembut seraya menurunkan tubuh Rucas yang dirinya angkat secara perlahan.

Tawa Rucas yang semulanya begitu keras mulai terdengar pelan. Mengangguk, Rucas pun membalas pertanyaan dari saudara kembarnya sebelumnya. "Iya.." ujarnya pelan.

"Kau ingin pergi? Kemarin saja baru pulang." Rucas berbicara sembari menatap lantai. Nada bicaranya pun terdengar untuk enggan ditinggalkan.

Menangkup dagu Rucas dan mengangkatnya perlahan agar mata mereka saling bertemu pandang, Lucas membalas ucapan kembarannya dengan begitu lembut.

"Dengar, hm?" Memastikan adiknya benar mendengarkannya, Lucas melanjutkan perkataannya. "Aku akan bekerja untuk menyelesaikan pekerjaan Ayah yang ditinggalkan agar kita bisa bersama-sama menjemput adik manis kita."

"Dan kali ini aku benar-benar akan pulang cepat."

Menggigit bibir bagian dalamnya, Rucas mencoba merayu kakak kembarnya. "Aku, aku akan menemanimu. Aku akan membantumu, boleh?"

Gelengan adalah jawaban Lucas. "Tidak mungkin aku membuat adik kembar ku ini stres dengan mengerjakan pekerjaan kantor," tolak Lucas dengan halus, tidak ingin Rucas tersinggung.

"Istirahatlah atau mungkin belajar dengan membaca buku di rak milikku. Di rak itu ada buku yang memfokuskan untuk kejuruan tinggi," lanjut Lucas yang kemudian setelah menyelesaikan ucapannya perlahan beranjak pergi.

"Orang milikku akan menjagamu. Jadilah anak baik, oke?" Kecupan ringan Lucas layangkan pada kening Rucas yang terdiam dengan perkataannya dan langsung pergi begitu saja.

Rucas memegang keningnya yang telah dicium Lucas dengan frustasi. Aneh, perlakuannya juga tutur katanya lembut tapi jarak mereka seakan terkikis.

"Orangnya sama, sikapnya sama ... Tapi, kenapa rasanya begitu berbeda?"



"Tangan."

Walau berbicara dengan nada perintah, seorang remaja yang duduk pada kursi plastik kecil di samping bathup tetap menarik langsung tangan sosok yang dirinya suruh.

Digosoknya tangan itu dengan perlahan juga hati-hati karena mengetahui luka di sekujur tubuh sosok di dekatnya itu. Ayasha, sang Tuan muda kediaman Johannes merawat secara langsung mainannya walau mainannya sendiri memiliki pengasuh.

"Kenapa juga selama ini kau hanya diam saat dipukuli? Lihat, tubuhmu begitu banyak memiliki bekas luka," ujar Ayasha pada 004 sembari menunjukan bekas luka maupun luka yang belum sembuh.

004: Give Me A LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang