2

4.6K 465 14
                                    

⚠No plagiat!⚠

-Pokoknya no no plagiat-



Luka yang memenuhi tubuh barunya mulai membaik. Namun, luka bagian perutnya masih basah dan jahitannya rentan kembali terbuka jika terlalu banyak bergerak.

Dalam masa pemulihan, banyak sekali orang-orang silih berganti menemuinya untuk bertanya tentang perasaannya. Terganggu, itu perasaan 004 saat ditanyai berbagai pertanyaan membuatnya teringat tentang para peneliti juga sering menanyai berbagai pertanyaan.

Menjatuhkan atau melempar barang sebagai tanda pengusiran tanpa mengeluarkan berbagai emosi menimbulkan kritikan untuknya dari orang-orang itu saat keluar ruangan.

004 dapat mendengar mereka memaki dirinya. Dia tidak tuli ataupun bisu tapi dia hanya tidak peduli dan trauma untuk berbicara.

Seperti yang baru saja terjadi, seorang yang mirip sosok dokter yang merawatnya baru saja keluar setelah dirinya melempar gelas kaca ke lantai untuk bentuk pengusiran hingga makian terdengar saat orang itu keluar ruangan.

Ravael segera masuk saat suara benda pecah terdengar dari ruangan sang Tuan muda bersamaan dengan keluarnya psikiater yang tampak lelah dan kesal. Khawatir dan cemas kembali melingkupi hatinya.

Semengerikan itukah siksaan dari penculik itu membuat Tuan mudanya begitu ketakutan?

"Tuan muda, tolong jangan melempar-lempar barang. Bagaimana jika anda kembali terluka?" permohonan itu tidak digubris oleh 004 yang memilih memalingkan wajah.

Menundukkan wajahnya sedih, Ravael memilih membersihkan kekacauan yang dibuat 004. Pecahan-pecahan kaca ia bersihkan dengan hati-hati juga teliti.

Hening melanda setelah Ravael membersihkan kekacauan yang dirinya perbuat. Manik kembar berwarna hitamnya terus menatap langit biru yang telah berubah warna menjadi jingga terbentang di luar sana.

Selama ini dirinya hanya berada di kegelapan dan langit cerah di luar sana begitu menarik perhatiannya. Hingga seekor burung berbulu kuning mengalihkan perhatiannya.

004 melebarkan matanya tidak percaya, seekor hewan yang bisa terbang mendarat di beranda ruangan tepat dirinya dirawat. Mata yang sebelumnya tidak terlihat hidup, sekilas berkilau.

Ravael terperangah dan tersenyum kecil. "Burung kenari nya cantik ya, Tuan muda," ujarnya pelan agar Tuan mudanya tidak terkejut akan perkataannya.

Melirik sekilas pada Ravael, 004 tersenyum tipis. Sangat tipis. Burung kenari, ya? Cantik sekali. Dia sangat menyukainya.

Mencoba meraih tapi nihil, jaraknya begitu jauh untuk bisa digapai hingga tanpa sadar bibirnya mengerucut kesal. Kekehan gemas terdengar dari Ravael membuat 004 langsung mendatarkan ekspresinya kembali.

"Maafkan saya, Tuan muda," sesal Ravael yang menyadari ketidaksopanannya.

Melirik jam tangannya, Ravael mendekat untuk membenarkan selimut 004 dengan ditatap waspada oleh Tuan mudanya. "Sudah saatnya istirahat. Jika anda sembuh dalam waktu cepat, saya berjanji akan membawa anda untuk melihat-lihat berbagai burung," ujar Ravael dengan nada membujuk.

Tertarik, 004 perlahan mengangguk. Memejamkan mata secepat mungkin, berharap dirinya capat sembuh agar janji yang dibuat Ravael benar-benar terjadi.

Tapi, apakah itu akan benar-benar janji?

Tunggu, janji itu apa?



Cahaya di ruangan milik 004 begitu redup agar si pemilik bisa tertidur lebih nyaman. Walau begitu tidak mengganggu tiga orang yang kini hanya memperhatikan 004 dari jauh.

004: Give Me A LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang