Prolog

4.2K 220 5
                                    

"kenapa menjauh?"
"bukannya lo yang jauhin gue duluan?"
"jangan menyangkal fakta!"
"kalau gitu stop datang ke hidup gue! Jangan balik lagi!!"

_______

   Jevan Sanandika, ia menundukkan kepala dan mengeluarkan ponsel dari saku celananya, membuka laman twitter dan memposting sesuatu.

  "Harusnya lo lebih tau apa yang gue mau" begitu kalimat yang dibuat oleh jevan.

   Tak selang beberapa lama, sebuah notifikasi terdengar, melihatkan pula sebuah postingan dari salah satu pengikutnya. "Jevan udah janjikan sama Theo, kalau Jevan gabakal ninggalin Theo" Theo Genandra.

   Jevan mematikan ponsel dan memejamkan matanya, ia terkekeh miris melihat kalimat yang di posting Theo barusan.

                                       ***

   "Jevan.." sahut Theo
Tak ada jawaban, Theo kembali bersuara dan melontarkan pertanyaan kepada laki-laki disampingnya itu.

   "temenin Theo ke perpus, mau pinjem buku buat UTS besok. Jevan mau ya?" kali ini memberikan tatapan penuh harap.

   "lo gak punya temen?" tanya laki-laki itu datar.
   "kan yang mau temenan sama Theo cuma Jevan."

   Kembali tak ada sahutan dari laki-laki yang bernama Jevan itu. Tak menyerah begitu saja, Theo kembali memanggil Jevan.

   "Jevan.."
   "apa?" namun kali ini ditanggapi dengan baik hati.

   "tadi Theo liat Jevan, waktu Theo disiram pakai air kotor di lapangan."
   "terus?" tanya Jevan singkat.
   "kenapa Jevan gak bantuin Theo? Banyak yang lewat, tapi pura-pura galiat."
   "buat apa?"
  Theo menatap Jevan ramah. "cuma Jevan temennya Theo disini."

   Jevan menghela nafas dalam, ia memutar badan agar sepenuhnya menghadap ke arag Theo. "sorry theo, kadang gue juga suka liat lo di bully" ujar laki-laki itu tanpa rasa bersalah, ia menepuk singkat bahu Theo sebelum berlalu pergi meninggalkan anak itu.

                                      ***

   "DIMANA!! JAWAB ANJING!" Jevan menggenggam ponselnya erat, setelah panggilan tersambung, laki-laki itu langsung berteriak kepada orang diseberang sana.

   "Jevan jangan teriak, Theo di gudang." sementara itu, theo terus mengusap air mata yang tak henti keluar dari matanya, "Jevan gak boleh liat Theo nangis.. Tolong jangan nangis.." menarik nafas dalam.

   "KENAPA LO GAK BILANG KE GUE! Kenapa gak ngelawan theo.. Harusnya bilang ke gue..." Jevan berusaha menahan emosinya agar tidak berteriak lagi.

   "Theo gapapa Jevan, Theo udah biasa di bully mereka.

   "lo mau mereka semua gue bunuh!?"
   "janga Jevan! Nanti mereka makin marah sama Theo"
   "lo pikir gue peduli?"
Theo tersenyum paksa dibalik telfon itu, "bukannya Jevan juga suka waktu Theo di bully sama mereka?"




Happy reading guys, jangan lupa tinggalin jejak, dan semoga kalian suka😉

END : Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang