Chapter 18

1.3K 100 2
                                    

Warning⚠️
Gue nggak tau ini informasi penting buat kalian apa enggak, mungkin satu minggu ini gue gabisa Up karna ada pelatihan secata, tapi hari ini gue langsung Up beberapa chapter lebih banyak, jadi kalian pelan-pelan aja baca nya dulu sambil nunggu gue balik.
Cimiw guys, kalian kalau mau bantu promosiin cerita gue juga makasi banget😭

______________________________

"coba perlahan aja nerima orang yang sayang sama lo."
"jangan katakan hal yang nggak mungkin gue lakuin."

   "kenapa kak Vanya cari Theo malam-malam begini?" tanya Theo hati-hati saat mereka sudah sampai di taman yang sepi tak ada orang karna sudah terlalu larut.

   "maaf udah buat kamu keluar malam dalam keadaan sakit." ujar Vanya tak enak.

   "gapapa kak, Theo pakai baju tebal kok." yakinnya.

   "aku mau cerita." imbuh Vanya.

   "kak Vanya gak salah orang?" heran Theo.

   "iya Theo.. Cerita sama kamu." tegas Vanya, ia susah sendiri karna Theo masih tidak percaya padanya.

   "ada apa kak?" akhirnya Theo mencoba untuk bertanya.

   "sebenarnya aku sama Jevan gak beneran pacaran." terang gadis itu.

   "ini cuma sebatas perjanjian tiga bulan sebelum aku berangkat ke U.S" imbuh Vanya.

   Theo tersenyum mendengar penjelasan dari kakak kelas itu, "Theo udah tau kok kak." ujarnya.

   "kamu tau?" Vanya memandang Theo tak kalah bingung, terbukti dari rautnya yang meminta kejelasan.

   Menganggukkan kepala, "Theo gak sengaja dengar waktu kak Vanya ngancam Jevan." tutur laki-laki itu.

   "dan kamu gak marah Theo? Kenapa?" tanya Vanya tak percaya.

   "semua orang bisa berubah kapan aja kak." sanggah Theo.

   Vanya yang kembali mendengar kalimat itu setelah beberapa waktu lalu juga mendengarkan kaliamat yang sama tertawa miris.

   "ada orang yang nggak percaya sama pepatah itu Theo." Ujar Vanya.

   "siapa kak?" Theo menegakkan kepala menunggu Vanya melanjutkan kalimat nya.

   "Jevan.. Dia marah ke aku karna ngira yang bilang ke anak Trovero soal penyakit kamu itu aku." tutur Vanya.

   "kenapa kakak gabilang kalau itu salah?" heran Theo.

   "awalnya Theo juga ngira kalau Jevan yang kasi tau mereka, tapi Theo gak percaya karna Jevan gabakal lakuin itu sama Theo." imbuh nya lagi.

   "mungkin ini karma buat aku karna sering bully kamu di sekolah. Aku.. Udah terlanjur sayang sama Jevan." sesal gadis itu.

   "kenapa bisa Jevan kak? Kenapa bukan kak Sean? Padahal Jevan kasar sama kakak, kak Sean juga keliatan sayang banget sama kakak." serbu Theo dengan banyak penjelasan yang ingin ia mengerti.

END : Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang