Chapter 23

1.6K 106 4
                                    

   Beberapa tahun lalu terlihat sebuah mobil mewah berhenti didepan seorang pria dan anak kecil yang terlihat sudah sangat depresi.

   "ini uang untuk biaya rumah sakit Karin." ujar pria dari dalam mobil sambil menyodorkan amplop berwarna coklat kepada pria diluar.

   "jangan seenak kau kaparat!!" sarkas pria itu, dia adalah Danuar suami sah dari Karin.

   "karna kau adalah orang kaya! Bukan berarti bisa bertindak semau lo!!" teriak Danuar murka.

   Pria di dalam mobil itu membuang muka ke arah lain, ia menambahkan beberapa helai uang lagi dan melempar tepat ke wajah Danuar.

   "cukup?" tanya pria dalam mobil itu sombong.

   "jangan pernah ganggu keluarga saya lagi!" peringat nya, kemudian pria itu melajukan mobil meninggalkan Danuar bersama anak kecil tadi.

   "kenapa om Onel kasi ayah uang?" tanya anak kecil itu polos.

   Danuar hanya diam tak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan putranya.

   Dia adalah Danuar ayah Theo, sedangkan didalam mobil mewah itu juga ada seorang anak kecil yang memandang lurus kedepan dengan wajah datar terkesan dingin enggan menatap Theo.

   "Jevan.." lirih Theo dengan raut wajah bingung.

   Sampai sekarang Theo masih berurusan dengan pria itu, tapi dalam bentuk tujuan yang berbeda pastinya.

***

   "besok sekolah kamu kemah bukan?" tanya Lionel sembari merapikan dasi didepan kaca.

   Jevan hanya diam tak menjawab, ia berdiri di belakang Lionel memperhatikan pria itu bersiap untuk berangkat ke kantor.

   Lionel menoleh kebelakang, "Jevan!" bentak pria itu.

   "dengarkan saya berbicara!" titah Lionel.

   Mereka berjalan keluar rumah menuju mobil yang sudah siap bersama sopir pribadi disana.

   "batalin perawatan Theo diluar negri pah!" pinta Jevan.

   Sebelum masuk mobil, Lionel mengusap kepala Jevan singkat, "pastikan nilai kamu baik kali ini!" ujar papa Jevan.

   Lionel pergi bersama sopir pribadinya, Jevan mengacak rambut frustasi, Theo benar-benar menghilang sekarang.

***

   "gue denger ada anak baru dateng ke sekolah kita." sahut Jaka semangat.

   Hari ini adalah jadwal kemah SMA Noesantara, Jevan dan Jaka sedang berjalan menuju bus yang sudah di tentukan oleh wali kelas mereka masing-masing.

   Jevan yang mendengar ucapan Jaka tadi memasang wajah datar, "gue udah mutusin pertemanan kita, kenapa lo masih ngomong sama gue?" dingin nya.

   Jaka menaik turunkan kedua alisnya, "gue tau lo Jevan, dan lo juga tau gue." ujarnya tak bersalah.

   Tak dihiraukan Jevan, laki-laki itu menaiki bus meninggalkan Jaka lebih dulu.

   "Van! Tungguin gue..." teriak Jaka.

   "bosen gue liat lo." tolak Jevan.

END : Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang