Chapter 20

1.8K 117 10
                                    

Warning⚠️
Gue nggak tau ini informasi penting buat kalian apa enggak, mungkin satu minggu ini gue gabisa Up karna ada pelatihan secata, tapi hari ini gue langsung Up beberapa chapter lebih banyak, jadi kalian pelan-pelan aja baca nya dulu sambil nunggu gue balik.
Cimiw guys, kalian kalau mau bantu promosiin cerita gue juga makasi banget😭

__________________________________

"kenapa harus Theo Van? Kenapa harus dia yang bikin lo mati-matian kaya gini?" geram Jaka.

Jevan hanya menatap Jaka datar, raut wajah nya masih sama.

"lo mutusin pertemanan kita cuma gara-gara anak itu?" tukas Jaka.

"gue tekankan sekali lagi sama lo, jangan kelewatan!!" Jevan menarik kerah baju Jaka.

"gue gak salah kan?" Jaka menaikkan kedua bahu.

"Theo bukan siapa-siapa lo Van.. Lo baru ketemu sama dia disekolah ini." ujar Jaka.

Jevan tertawa remeh, "kita udah kenal lama jauh sebelum lo kenal gua!!" sarkas nya.

"maksud lo?" heran Jaka.

"gak perlu tau apa-apa! Ingat aja ucapan gue barusan." titah Jevan.

Apa sebenarnya yang disembunyikan oleh Jevan? Kenapa dia harus menjaga Theo?

***

Jevan menatap lamat wajah lemah tak berdaya Theo, sekarang ia sudah berada dirumah sakit. Setelah di hajar bokapnya, Jevan memilih untuk menginap saja dirumah sakit, ia tidak berani pulang.

"gue gak tau harus ngapain lagi, ini terlalu berat buat gue.." lemah Jevan, suaranya sangat pelan nyaris tak terdengar.

"harusnya gue nolak janji sama bunda lo Theo, gue takut gabisa jagain lo." imbuh Jevan.

Keheningan mengisi malam Jevan diruangan itu, hanya suara mesin elektrokardiograf yang setia menemani laki-laki itu, bersama Theo yang terbaring lemah didepan nya.

Hari-hari berlalu, tapi Theo tak kunjung juga membuka matanya, sesekali Jevan juga membantu suster untuk melap tubuh Theo menggunakan kain basah.

Seperti biasa Jevan kembali kerumah sakit hanya untuk bercerita hal-hal yang tidak penting kepada Theo.

"lo mau denger cerita lucu gak?" sahut Jevan bertanya pada laki-laki yang sedang tertidur itu.

Jevan memaksakan senyum nya, "kemarin gue dipaksa sekolah sama papa, lucunya gue nolak, gue gamau ninggalin lo sendirian disini, cuma karna lo Theo gue gamau sekolah!" ujar nya panjang.

Jevan asik memainkan jemari Theo yang semakin kurus dan pucat, "gue kangen senyum lo, mata lo, semua tentang lo Theo.." bisik laki-laki itu.

"kenapa lama banget tidurnya? Lo gak kangen gue?" kekeh Jevan.

Ponsel Jevan selalu bergetar terus menerus, itu notifikasi dari Vanya, sebenarnya Jevan tau kalau bukan Vanya lah yang membongkar penyakit Theo. Tapi ia sengaja agar gadis itu tidak terlanjur dalam mencintainya, ia juga tidak ingin terjebak dalam hubungan itu nantinya.

END : Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang