Chapter 8

1.2K 87 5
                                    

"Theo mau pergi ke tempat dimana tidak ada seorangpun yang kenal sama Theo."
"bisa gak usah terlalu baik? Itu yang bikin hidup lo makin sulit."
"tapi Jevan baik sama Theo."
"karna gue gabisa nolak permintaan bunda!"

_______

   "bukannya lo mau ketemu sama bunda lo? Biar kalian sama-sama ke neraka!"

   Satu tamparan mendarat di wajah Theo, membuat pandangan laki-laki itu sedikit mengabur.

   "kak Sean sakit.." lirih Theo.

   Semua anak Trovero bergantian memukul tubuh ringkih Theo, mereka menjambak bahkan mencekik leher Theo, mulut Theo di lakban dan tangannya diikat. Sean merobek paksa baju yang dikenakan Theo.

   "kak Sean dingin.. Theo mohon maafin Theo." batinnya.

   Nafas Theo terputus-putus karna lakban yang menutupi mulut laki-laki itu.

   "KARNA LO!!" Sean menarik nafas.

   "karna lo.. Nyokap gue ninggalin bokap gue!!" Sean sedikit menurunkan nada bicaranya.

   "karna bokap lo yang brengsek itu!! Juga bikin nyokap gue hampir stres!" lanjut Sean.

   Melihat Theo ingin mengatakan sesuatu, dengan kasar Sean membuka lakban di mulut Theo.

   "bukannya nyokap kak Sean yang selingkuh?" ujar Theo spontan.

   "sialan lo anjing!!" maki Sean lalu menendang tubuh Theo yang berada dibawah nya.

   "arghh.." Theo terbatuk menahan sakit di perutnya.

   "mati aja lo sekalian! Sama aja lo kaya nyokap sialan lo itu!" maki Sean.

   "jangan bawa-bawa bunda kak." ucap Theo.

   Theo terus menerima tamparan dan pukulan dari anak-anak Trovero, hidung dan bibirnya banyak mengeluarkan darah, matanya sudah membiru, dadanya sudah mulai sesak, udara dingin menyentuh langsung kulit Theo.

   "Jevan.. Theo udah gak kuat." lirih laki-laki itu, yang ia butuhkan sekarang hanyalah Jevan.

                                     ***

   "DIMANA LO VANYA!!" teriak Jevan saat sudah sampai di pesta ulang tahun Vanya.

   Semua pasang mata menatap nya heran, "jangan kacauin pesta gue!" bentak Vanya mendekati Jevan.

   "kenapa lo teriak-teriak?" tanya gadis itu.

   Jevan mencengkram kuat rahang Vanya, "Theo ada dimana? Kasi tau gue, selagi gue masih ngomong baik-baik!" sentak Jevan penuh ancaman.

   "dia sama saudaranya, kenapa lo peduli sama kutu buku itu?" tanya Vanya tak suka.

   "jangan mengalihkan pembicaraan!!" Jevan menahan dirinya agar tak berteriak.

   "gue gatau Sean bawa Theo kemana." cuek gadis itu.

   "sekali lagi gue tanya baik-baik dimana Theo!" Jevan semakin mengeratkan cengkraman nya pada dagu Vanya.

   Vanya menatap Jevan kesal, sebenarnya gadis itu menyukai Jevan sejak lama, tapi Sean lebih dulu mengajaknya pacaran, toh Sean juga tampan dan penurut.

   "bukan berarti rasa suka gue ke lo hilang gitu aja kan Van?" batin Vanya.

   Tak lama kemudian ponsel Jevan bergetar, dengan kasar ia melepaskan dagu Vanya dari cengkramannya.

From Sean
Lo nyari Theo kan?
Dia ada disini...

   Sean mengirimkan sebuah foto, di foto itu memperlihatkan Theo tanpa baju dengan banyak memar di tubuhnya sedang terbaring di aspal.

END : Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang