Chapter 2

1.7K 120 2
                                    

"kenapa orang-orang takut akan kehilangan?"
"karna ada rasa memiliki."
"kalau Theo pergi, apa Jevan akan merasa kehilangan?"
"tidak akan, untuk apa?"

_______

   "surprise..!!!" ramai sorakan tiba-tiba terdengar dari dalam gudang saat Theo melangkah masuk ke dalam ruangan itu.

   "hai Theo.." sapa Vanya dengan manis.
   "kalian ngapain disini?" tanya Theo tak mengerti.

   "kita mau kasi surprise buat lo theo." ujar Sean dengan nada menjengkelkan.
   "surprise? Tapi Theo lagi gak ulang tahun kak." dengan bodohnya Theo mengatan itu.

   Sontak semua yang berada digudang tertawa renyah mendengar penuturan dari laki-laki polos itu.

   "kak Sean.. Bukannya kakak bilang tadi Jevan ada disini?" tanya Theo dengan ekspresi lugunya itu.

   Sean menepuk singkat pucuk kepala Theo, tak habis pikir dengan jalan pikiran adik kelasnya ini.

   "Jevan mana kak?" tanya Theo lagi pada Sean.

   Mendengar Theo yang terus-terusan bertanya soal Jevan, Sean dengan cepat memberikan satu pukulan kuat di perut laki-laki itu. Mereka yang menyaksikan nya pura-pura terkejut, sedangkan Theo mengerang kesakitan.

   "kak sean sakit.." Theo berusaha berdiri, perutnya sangat sakit, pandangan Theo mengabur.

   Saat akan mencoba kabur, Theo kembali terduduk saat satu tarikan kuat pada rambutnya memaksa ia mendongak.

   "lo polos atau emang bodoh huh!!" PLAKK!! Vanya menampar kuat pipi Theo, membuat bekas merah di kulit putih laki-laki itu.

   Tak hanya itu, Vanya juga menggores bekas tamparan tadi menggunakan kuku tajamnya, di hadiahi dengan hantaman kuat oleh Bagas pada perut Theo.

                                     ***

   Saat berjalan menuju gudang tadi, Theo sempat meninggalkan beberapa pesan kepada Jevan.

From Theo
Jevan... dimana?

Theo di rekomendasiin jadi panitia sama kakak kelas.

Theo hebatkan?

Jevan kenapa gak balas chat Theo..

Jevan ikut pentas seni ini kan?

Kenapa Theo galiat Jevan dari tadi pagi?

Kak Sean bilang Jevan ke gudang, Jevan ngapain di gudang?

   Begitulah isi pesan Theo. Karna tak dibalas, Theo mencoba untuk mengabaikannya.

                                      ***

   Jevan dengan cepat berlari ke arah gudang, setelah mendengar perkataan Jaka tadi, laki-laki itu langsung membuka ponsel dan melihat beberapa notif dari Theo.

   "THEO!! THEO!! THEO!! harusnya lo telfon gue! Bukan malah chat gajelas kaya gini." Jevan meremas kuat ponsel di genggaman nya, ia marah karna Theo selalu mengirim pesan padanya saat dalam keadaan genting seperti ini.

   Tidak bisakah laki-laki itu menelfonnya? Jevan membuka kontak dan mencari nomor Theo. Menunggu beberapa lama sebelum telfonnya tersambung.

END : Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang