Chapter 3

1.6K 103 0
                                    

"kalau Theo nyerah, Jevan setuju?"
"manusia sama binatang itu beda tipis.."
"tapi mereka bukan binatang Jevan.."
"makanya gue bilang beda tipis."

_______

   Jevan mengedarkan pandangan mencari keberadaan Theo, berdiri didepan kelas 11 IPA 1, namun tak menemukan orang yang di carinya.

   Saat akan pergi ia tak sengaja menabrak seseorang, pas sekali. "gue tunggu di UKS." ujar Jevan.

   Ternyata itu Theo, anak itu baru saja kembali dari kamar mandi, "kelas Theo mau dimulai Jevan, kalau udah selesai baru Theo ke UKS." tolak Theo.

   "sekarang!!" titah Jevan tak terbantahkan.

   Theo mengikuti langkah panjang Jevan yang lebih dulu meninggalkan nya. Di UKS Jevan menyuruh Theo duduk sedangkan ia berjalan mengambil kotak P3K didalam lemari.

   "bukan salah kak Sean, bukan salah kak Vanya juga." ucap Theo tiba-tiba.

   Jevan yang sedang menggulung beberapa kapas menatap sekilas pada Theo.

   "Theo nya aja yang gampang dibodohi." lanjut Theo.
   "lo emang bodoh." tukas Jevan mendekati Theo.

   Jevan meneteskan sedikit obat ke atas kapas yang sudah ia gulung-gulung tadi, kemudian mengoleskan dengan perlahan pada dagu Theo.

   "makasih udah belain Theo." ujar laki-laki itu menahan perih.

   Setelah di pukul teman-tema Sean kemarin, ada beberapa luka ringan di tubuh Theo, niatnya ingin mengadu pada Bimbingan Konseling kemarin, tapi tidak jadi karna ia yakin itu gak akan berpengaruh pada Sean.

                                      ***

   Hari ini jadwal konsul ke rumah sakit, Theo menatap alaram yang sejak tadi berbunyi di ponselnya, tertulis disana hari dan tanggal ia harus konseling ke rumah sakit.

   Sebenarnya Theo malas untuk pergi, karna tidak satu melainkan dua rumah sakit yang harus ia kunjungi sekarang. "Theo mau minta temenin Jevan aja deh." ujar laki-laki itu bicara pada dirinya sendiri.

   Theo berjalan menuju kelas Jevan, sampai disana ia berpapasan dengan Jaka. "Jaka, Jevan nya ada?" tanya laki-laki itu.

   "si Jevan lagi ada urusan, kenapa?" jawab Jaka, tersirat sedikit nada tidak suka dalam kalimat itu.

   "Theo mau minta temenin Jevan ke rumah sakit." ujarnya.

   Jaka menghela nafas, laki-laki itu menyilangkan kedua tangan ke dadanya. "lo pergi sendiri aja bisakan Theo? Gak semua apa-apa nya harus sama Jevan, dia gak selalu bisa bantuin lo." ucap Jaka panjang.

   Theo menganggukkan kepalanya, entah kenapa setiap ia bersama Jevan, Jaka bersikap seoalah tidak menyukainya.

   "kalau gitu Theo pergi dulu, makasi Jaka." Theo berlalu pergi meninggalkan teman Jevan yang satu itu.

                                     ***

   Akhirnya bel istirahat kedua berbunyi, Theo dan Bian berada di kantin sekarang, melihat sekeliling Bian tak sengaja menemukan Jevan yang tengah makan juga di seberang meja mereka. Tepatnya dibelakang Theo.

   "tadi lo nyariin Jevan kan? Itu di belakang lo." ujar Bian.

   Sontak Theo langsung membalikkan badan melihat ke arah Jevan, "Bian tunggu disini bentar ya." suruh Theo, Bian hanya menganggukkan kepalanya.

   "Jevan.." panggil Theo.
Jevan yang tak asing dengan suara itu menoleh, ternyata benar Theo.

   Theo berdiri di hadapan Jevan, ia melihat sekilas ke arah Jaka, "hari ini Jevan sibuk kah? Pulang sekolah nanti Theo ada konsul ke rumah sakit." ujar Theo sedikit memelankan suaranya.

END : Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang