Chapter 4

1.4K 95 0
                                    

   "mau lo apa sialan!?"

   Sesuai permintaan Jevan tadi, Sean mau menemui laki-laki itu di tempat yang sudah diberitahukan.

   "gue mau tu anak mati." tekan Sean sinis.

   "dia saudara lo!! Jangan lupain kenyataan itu." ucap Jevan marah.

   "dia cuma benalu di keluarga gue! Dan lo jangan ikut campur urusan kita." peringat Sean pada adik kelasnya itu.

   Jevan menarik nafas panjang, emosinya sulit sekali di tahan. "janga berlaku seenak lo anjing!! Theo butuh perhatian dan kasih sayang! Lo mau tau seberapa tersiksanya dia karna obat-obat dari rumah sakit? Dia pengen sembuh, dia juga mau ngerasain hidup normal kaya lo! Bukan dia yang sengaja datang ke keluarga lo Sean Geandra!!" lepa Jevan panjang lebar.

   "gue gak peduli! Satu hal lagi, gue masih Sean Aditama." Sean mengeratkan rahangnya.

   "lo bisa seenaknya disekolah, tapi jangan harap ketenangan di luar itu." peringat Jevan.

   Mungkin kalian bingung kenapa Jevan bisa tau tentang Sean, padahal ketika bertanya pada Jaka saat itu, Jevan seperti orang tidak tahu dengan Sean.

   Ternyata Jevan sudah lama tau tentang Sean, awalnya dia ragu kalau Sean ini adalah Sean yang ia kenal, ternyata benar, karna Theo pernah bercerita saat ayah nya menikah lagi dengan nyokap Sean.

                                     ***

   Sepulang dari rumah sakit tadi, Theo memilih duduk di balkon rumah nya, saat ini di rumah sepi, tidak ada Sean yang akan mengganggu dan memukulnya, ayah dan tante Jessika seperti ada urusan juga keluar.

   Theo membuka ponsel miliknya, mengirimi pesan kepada Jevan.

From Theo
Jevan.. Theo udah selesai konsul, ditemenin Bian.

   Jevan yang sedang dalam perjalanan pulang itu mendengar notif di hp nya, ia membuang nafas lelah.

From Jevan
Harus banget bilang ke gue?

From Theo
Tadi Theo udah bilang kak Sean, tapi kak Sean malah pukul Theo.

   Menggeram tertahan saat membaca pesan dari Theo, Jevan meremat kuat ponsel di tangannya.

   Tak ada balasan dari Jevan, Theo kembali mengetikkan sesuatu.

From Theo
Jevan kenapa lama jawab Theo?

From Jevan
Jangan peduliin gue!!

   Setelah itu Jevan mematikan posel nya, dilain sisi Theo menatap lama pesan terakhir dari Jevan. Apa ia benar-benar menyusahkan Jevan?

                                     ***

   Keesokan harinya, seperti biasa SMA Noesantara kembali menjalankan sekolah dengan normal, setelah acara pentas seni kemarin banyak yang komplen tentang kejujuran juri, entah kenapa terlalu dipermasalahkan, kecuali jika itu di sangkut pautkan dengan nilai.

   Semua siswa dan siswi berbaris di lapangan, para juri mengumumkan hasil perlombaan dan memberikan hadia kepada pemuncak-pemuncak tersebut.

   "tak lupa juga kita ucapkan terimakasih kepada Theo satu-satu nya siswa kelas 11 yang sukarela membantu lancarnya jalan acara." ucap guru yang berada di depan lapangan.

   Otomatis Theo yang mendengar namanya disebut kaget, kenapa harus mengatakan itu didepan teman-teman dan kakak kelasnya, ia jadi malu sendiri.

   "cihh... Cari mungka aja bangga lo." ketus Sean yang entah sejak kapan berada di samping Theo.

   "syirik terus hidup lo!" balas Jaka yang memang sejak tadi berada di samping Theo.

                                     ***

   "Jevan kemarin kemana? Kenapa gaikut pentas seni? Ada janji sama siapa juga sampai gabisa temenin Theo ke rumah sakit." tanya Theo panjang lebar.

   Saat ini mereka sedang berada di perpustakaan, sehabis berbaris tadi, Theo langsung meminta Jevan untuk menemani nya ke sini.

   Muak dengan pertanyaan Theo, Jevan membuang nafas kasar. "makin hari hidup lo makin ikut campur aja!" ketus Jevan.

   "Theo penasaran aja Jevan." jawab laki-laki itu.

   "gue udah bilang kemarin gue di UKS, gasemua harus lo tau juga." cuek Jevan.

   "Theo cuma pengen tau." ujar nya lagi.

   Mengeratkan rahangnya. "gak semua harus lo tau Theo!!" tekan Jevan pada setiap kalimat yang ia ucapkan.

   "pulang sekolah nanti bareng gue!" titah Jevan lalu pergi meninggalkan Theo di perpustakaan.

   Belum sempat menolak, Jevan terlalu cepat menghilang dari balik rak buku, padahal ia sudah ada janji dengan Bian tadi.

                                      ***

   Jevan mendribble - dribble pelan bola basket di tangannya, sekarang laki-laki itu bersama Jaka dan beberapa anak lain di lapangan, beberapa minggu lagi akan ada pertandingan dengan sekolah tetangga, jadi Jevan dan Jaka harus mengikuti latihan sehabis sekolah.

   Saat istirahat Jevan mengecek ponsel, sepertinya tadi ia mendengar notif dari sana. Ternyata benar, pesan itu dari Evan abang nya.

From Evan
Pulang sekolah nanti bokap kerumah.
Langsung pulang! jangan sampai telat.

From Jevan
Gue mau nganterin Theo dulu bg.

From Evan
Lebih penting mana?
Sekarang terserah lo.

   Jevan melempar ponselnya ke dalam tas, sekarang ia bimbang, dua-dua nya sama penting. Jevan berlari ke tengah lapangan dan mulai bermain basket bersama yang lain.

                                      ***

   Sepulang sekolah, seperti kata Jevan tadi, Theo menunggu laki-laki itu di parkiran, setelah melihat beberapa kendaraan yang terparkir disana, Theo baru sadar kalau ia tidak menemukan motor milik Jevan.

   "kenapa Jevan belum datang juga?" monolog Jevan, sudah setengah jam anak itu menunggu, sekolah juga udah mulai sepi.

                                      ***

   Sebelum meninggalkan lapangan, Jevan sempat menitip pesan kepada Jaka. "Jak! Lo bisa cari Theo gak? Bilangin ke dia gue gak bisa anter pulang hari ini." setelah itu Jevan berlari meninggalkan Jaka.

   Jaka mengangkat jempol merespon ucapan Jevan tadi, ia juga mengambil tas dan berlalu pergi dari lapangan basket.



Happy reading guys, jangan lupa tinggalin jejak.

END : Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang