Chapter 17

1.3K 102 5
                                    

"ini menyakitkan Jevan.."

_______

   Jevan memasang raut datar di wajah nya. "kenapa harus Jevan yang tanggung jawab pah? Bukannya ini semua kesalahan papa? Kenapa gak bang Evan juga sebagai kakak tertua disini?" sarkasnya.

   Lionel mati-matian menahan emosi yang bisa meledak kapan saja, anaknya ini sangat keras kepala.

   PLAKK!! "jaga ucapan kamu Jevan! Karin yang minta langsung sama kamu." Lionel kembali menampar Jevan guna menyadarkan putra bungsunya itu.

   "JEVAN MUAK PAH!!" teriak Jevan menggema, Lionel yang melihat itu mengeratkan rahang.

   "tapi kamu pedulikan sama bocah itu?" suara Lionel merendah.

   Jevan tak berkutik, entah kenapa ia tak bisa menyalahkan ucapan Lionel barusan.

   Jevan masuk ke dalam kamar tempat Theo terbaring lemah, wajah Theo terlihat lebih tirus dari sebelumnya.

   "sampai kapan?" Jevan berujar lirih.

   Ia mendekatkan diri pada kasur Theo, laki-laki itu duduk dan menaikkan kedua kakinya menyilang tepat disamping Theo, pandangan Jevan tak lepas dari mata indah yang sedang tertutup itu.

   "sampai kapan lo kaya gini.. Gue capek." suara Jevan bergetar, ia menunduk memainkan jemari Theo.

   "Theo juga capek Jevan.." suara itu sangat lembut masuk kedalam gendang telinga Jevan.

   Sontak Jevan memusatkan pandangannya ke arah Theo, ia sedikit kaget ternyata anak itu sudah sadar.

   "emangnya Theo bisa apa? Jevan tenang aja.. Theo bakalan cepat pergi kok." meyakinkan Jevan agar laki-laki itu bisa tenang.

   "jangan balik lagi Theo.. Dunia ini cuman bisa bikin lo sengasara." pinta Jevan.

   Theo menatap manik Jevan dalam, ia tertawa miris, "Theo gak akan balik lagi Jevan.. Theo janji!" ia berucap yakin sembari memamerkan senyum manis hingga mata itu ikut melengkung menyeimbangi bibir Theo.

   Lama dalam keheningan Jevan kembali bersuara, "kenapa bisa drop lagi?" ujarnya cuek.

   "jevan gak tau?" bingung Theo.

   "bukannya Jevan yang kasi tau mereka soal penyakit Theo?" imbuh nya.

   "mereka? Kasi tau?" tak mengerti Jevan lebih bingung mendengar apa yang diucapkan Theo.

   "iya Jevan.. Anak-anak Trovero." Theo memberitahu Jevan seoalah laki-laki itu akan paham maksud ucapan nya.

   Theo menghelas nafas, "mereka bilang Jevan yang ngasi tau soal jantung Theo.." Theo membenarkan posisi tidurnya agar lebih nyaman lagi.

   Spontan Jevan terbahak mendengar itu, ia tak habis fikir dengan jalan otak Theo. "dan lo percaya?" tanya Jevan.

   "enggak, Jevan gak mungkin lakuin itu." jawab Theo.

   Ternyata Jevan salah, ia kira anak ini akan mempercayai nya saja. "emang bukan gue!" tegas Jevan.

   "Theo tau Jevan.." suaranya memelan.

   "tapi siapa yang bilang?" itu yang membuat Theo bertanya-tanya sejak tadi.

   Yang ada dipikiran Jevan saat ini hanya Vanya, karna gadis itu yang mengancamnya dua bulan lalu, Jevan kembali teringat video yang dikirim Jaka tadi.

   "jadi lo?"  batin Jevan.

   Malam itu juga Jevan pergi ke rumah Vanya, ia butuh penjelasan.

END : Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang