Chapter 16

1.2K 104 3
                                    

"lakuin semua yang lo mau!"
"Theo pengen terbang Jevan."
"gue bakal matahin sayap lo."
"tapi kenapa?"

_______

   Satu bulan berlalu, semua masih berjalan sesuai tempatnya, dua bulan berlalu masih terlihat baik..

   Seperti sekarang Vanya dan Jevan sedang berada di pasar malam, sebenarnya Jevan menolak ajakan Vanya untuk datang kesini, tapi entah kenapa belakangan ini ia sedikit peduli pada gadis itu.

   Apa karna sudah lebih dua bulan mereka pacaran? Atau karna sebentar lagi gadis itu akan terbang ke U.S melanjutkan studinya.

   "Van.. Ayo naik kora-kora! Udah lama aku gak nyoba itu." ajak Vanya menarik tangan Jevan.

   "ngapain naik kora-kora? Jangan kaya anak kecil Vanya.." tolak Jevan tenang.

   "ayo Van.. Kapan lagi?" desak gadis itu.

    "enggak Vanya, yang lain aja." kukuh Jevan.

   "Jevan.." pinta Vanya memelas.

   "yaudah! Sekali ini aja.." putus Jevan.

   Vanya tersenyum bahagia, mereka menaiki semua wahana di pasar malam itu, Vanya banyak menggendong boneka karna Jevan sangat jago bermain, sesekali mereka beradu tatap dan tertawa lepas.

   "apa orang jahat benar-benar bisa berubah Vanya?" batin Jevan terus memperhatikan senyum Vanya.

   "kamu bilang gabisa main apa-apa, tapi lihat ini!" tunjuk Vanya pada boneka di tangannya.

   "semua boneka ada di aku." tawa Vanya.

   Jevan memalingkan wajah canggung, ia juga tidak mengerti dengan dirinya sekarang.

   "makasi Van udah mau jadi pacar aku.." sahut Vanya tiba-tiba.

   "aku emang jahat, banyak yang benci sama gue." imbuh nya lagi.

   "kenapa lo berubah? Ini bukan lo yang dulu.. Yang angkuh dan sering bully orang." Jevan melontarkan pertanyaan yang membuat Vanya menyesal.

   "aku gatau Van, karna tekanan dari orangtua aku jadi jahat, aku dipaksa harus jadi apa yang mereka mau, nilai aku harus sempurna, aku gak boleh punya teman dan keluar rumah selain sekolah dan les, aku muak!" ucap Vanya panjang lebar.

   "sejak kapan lo suka gue?" datar Jevan.

   "waktu kamu masih jadi siswa baru di Noesantara." ungkap Vanya sembari memainkan boneka.

   "kenapa bisa sama Sean?" bingung Jevan.

   "karna dia tempat aku bersandar saat itu, dia baik Van, gak kaya yang kamu pikirin." terang gadis itu.

   "kenapa lo putusin kalau dia bikin lo nyaman?" Jevan meminum air yang sempat ia beli tadi.

   "sebelum nyokap Sean menikah lagi, semua nya berubah." terang Vanya.

   "dia jadi orang yang sangat berbeda Van, aku juga gabisa bohong sama perasaan aku sendiri." tutur Vanya lembut.

   Tak ada pembicaraan lagi, keduanya sama-sama diam menikmati semilir angin malam ini, nyaman dan tenang bersama suara ramai orang-orang yang tertawa dan bercanda di pasar malam itu.

   "kapan lo berangkat?" sahut Jevan memecah keheningan antara mereka.

   "besok." ujar Vanya tidak semangat.

   "sebenarnya aku gamau Van, tapi aku gabisa nolak perintah orangtua aku." suara Vanya bergetar, entah kenapa ia jadi tidak rela meninggalkan kota ini.

END : Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang