Chapter 24

1.6K 105 15
                                    

Yang punya pertanyaan apa aja yang bisa aku jawab tulis komen kalian disini okee😉

_______

   Jaka membolak balik kertas foto yang ada di tangan nya, itu foto Theo. Ia sempat membawa foto Theo dan menyimpannya dibalik buku jurnal yang diberikan sekolah untuk kegiatan kemah hari ini.

   "siapa lo sebenarnya Theo? kenapa anak pemilik saham terkenal sekaligus anggota dewan itu mau ngelakuin apa aja demi lo, rahasia apa yang nggak gue tau." gumam Jaka pelan.

   Ia terus memperhatikan foto Theo dan sesekali menoleh ke arah Jevan yang sedang membawa kayu-kayu untuk di bakar.

   "kak Jaka!" teriak seseorang, dia Khalea.

   Melihat gadis itu hendak mendekat dengan spontan Jaka menyembunyikan foto Theo.

   "jangan panggil kakak disini Lea!" ujar Jaka.

   "kenapa? Orang gak bakal tau juga kalau kita saudara Jaka." sungut Khalea tak terima.

   "tapi jangan disini! Ntar semuanya bisa berantakan." peringat Jaka.

   Khalea menghembuskan nafas kasar, "padahal aku kangen kakak." kesalnya.

   Jaka memijit pangkal hidungnya, ia memegang kedua bahu Khalea. "gue bolehin lo datang ke sekolah ini bukan buat ketemu dan ngelepas rindu sama gue."

   Raut wajah Khalea berubah seketika, bibirnya manyun serta menyilangkan tangan di depan dada.

   Jaka mengusap pucuk kepala Khalea sekilas, "jangan sering-sering temuin gue! Sabar untuk beberapa waktu lagi."

   Setelah itu Jaka pergi meninggalakan Khalea, ia ikut membantu Jevan yang sedang berusaha menghidupakan api unggun.

***

   Falshback On

   "Jevan.. Ayo main sama Theo." panggil seorang bocah manis berkulit putih itu.

   Dia adalah Theo kecil yang baru saja pindah ke daerah komplek dekat dengan tempat tinggal Jevan.

   Meski baru saja pindah kemarin, tapi Theo sudah mencoba akrab dengan anak-anak seumuran nya, terutama Jevan.

   Sebenarnya Theo tidak ingin memiliki banyak teman, tapi melihat Jevan yang hanya duduk sendirian di taman, jadilah Theo kecil itu mengajak Jevan kecil untuk berteman.

   "kamu gak perlu temenan sama aku!" ujar Jevan kecil.

   "kenapa? Kamu kan sendirian gak ada teman, Theo mau kok jadi teman Jevan." ujar Theo dengan wajah lucunya.

   Ternyata dari dulu Jevan memang susah untuk di dekati, tapi berkat Theo laki-laki itu jadi memiliki teman.

   Mereka sangat dekat bahkan keluarga mereka saling mengunjungi satu sama lain, karna bertetanggaan hubungan mereka sangat baik.

   Hingga suatu kejadian menimpa keluarga mereka, Jevan kecil yang tak tahu apa-apa hanya melihat bagimana papanya menyelesaikan masalah dengan uang, yang ia tahu saat itu hanya perjanjian dari bunda Theo.

   "Jevan.. Kemarilah." panggil bunda Theo yang sedang terbaring lemah di brankar rumah sakit.

   "maaf tante Karin, Jevan gabisa apa-apa." lirih Jevan kecil pada bunda Theo.

END : Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang