Chapter 22

1.5K 102 7
                                    

"ini kan yang lo mau?"
"ini kan Theo!"
"jawab anjing!!"

_______

Jevan menatap mading Noesantara, terdapat beberapa pengumuman disana, dua minggu lagi ujian Nasional dilaksanakan.

Setelah itu sekolah juga mengadakan kemah untuk siswa tingkat sepuluh dan sebelas selagi anak tingkat dua belas melaksanakan UN.

"jadi lo beneran gak ngantar kak Vanya ke bandara?" tanya Jaka.

Saat ini mereka sedang berada di kantin.

"cewek sinting itu ngelakuin kesalahan fatal." tukas Jevan.

"woi! Emang sefatal itu?" heran Jaka.

"lo tau dari awal Theo punya riwayat jantung kan?" tanya Jevan tiba-tiba.

Jaka yang menerima pertanyaan itu tanpa persiapan sedikitpun membeku ditempat.

"woi bangsat!" maki Jevan.

"t-taau ta-uu." jawab Jaka terbata.

"kenapa lo?" datar Jevan semakin mengintimidasi Jaka.

"gapapa..." jawab Jaka cepat.

"kalau tu jalang gak ngasi tau Sean, Theo gabakal kaya sekarang Jak." Jevan melihat garpu yang sedari tadi bermain di tangannya.

"trus lo mau gimana?" tanya Jakan berusaha tenang.

"gue bakal habisin tu orang pakai tangan gue sendiri." janji Jevan.

***

Jaka pergi mencari Sean ke markas Trovero, sampai disana ia tak menemukan keberadaan kakak kelasnya itu. Hanya anak-anak Trovero yang sedang bersantai.

"nyari siapa lo?" tanya salah satu dari mereka.

"ada kak Sean gak kak?" tanya balik Jaka hati-hati.

"kenapa Jak?" sahut seseorang dari arah dalam.

Barulah Jaka sedikit tenang, "gue mau ngomong." ujar Jaka.

"ngomong aja." suruh Sean.

"gak disini, ikut gue." ajak Jaka.

Mereka pergi agak jauh dari tempat tadi dan sedikit sepi tak ada orang.

"kayanya Jevan hampir curiga sama gue kak." beritahu Jaka langsung.

"emang dia masih percaya Vanya yang ngasi tau lo, tapi matanya seolah nuduh gue." tambah Jaka lagi.

"tapi gak ketahuan kan?" santai Sean.

Jaka dengan cepat menggeleng.

"baguslah." ujar Sean tak peduli.

Diam beberapa saat, "tu anak masih koma?" tanya Sean tiba-tiba.

"udah mulai peduli? Lo gak mau jenguk adek lo kak?" tanya Jaka hati-hati.

"buat apa? Gue cuma nanya." sanggah Sean datar.

"sampah tetap sampah!! Dia bukan adek gue!" imbuh Sean sarkas.

"tapi kenapa Theo bisa jadi bagian keluarga lo kak?" Jaka masih penasaran tentang banyak hal, ia harus bisa mencari tau informasi sebanyak mungkin.

END : Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang