Chapter 14

1.4K 105 3
                                    

"satu kesalahan itu bisa nutup seribu kebaikan."
"ini bukan kemauan Theo tuhan.."
"kalau hidup itu tentang kemauan.. untuk apa diciptakan harapan?"
"Theo capek.."

_______

   Setelah mengantar Theo, Jevan kembali kerumah dalam keadaan basah lagi, kepalanya sedikit pusing, hidung Jevan juga memerah, sepertinya ia akan terkena flu.

                                      ***

   "AYO NOESANTARA!! TEAM BASKET HARUS BAWA SEMUA PIALA INI!" teriak sporter dari tribun SMA Noesantara.

   Akhirnya pertandingan dimulai, SMA Noesantara ramai dengan anak-anak dari sekolah lain yang juga mengikuti perlombaan tersebut.

   "Van lo yakin gapapa?" tanya Jaka khawatir.

   "gapapa Jak, gue masih sanggup main." jawab Jevan.

   Saat ini kondisi Jevan terlihat tidak baik-baik saja, sepulang mengantar Theo kemarin Jevan benar terkena flu, badan nya meriang dan suhu tubuh Jevan sedikit panas.

   "lagian ngapain gak jaga kondisi tubuh lo sih Van, udah tau mau tanding sekarang." omel Jaka.

   "kemarin Theo nelfon lo, kenapa gak ngasih tau gue?" tak dihiraukan, Jevan balik bertanya kepada Jaka dengan nada  dingin.

   Jaka terdiam mendengar itu.

   "kenapa diam? Jawab gue Jak!" tukas Jevan.

   "pertandingan mau dimulai, ayo kelapangan." potong Jaka mengabaikan pertanyaan Jevan.

   Jevan membuang nafas, ia mengikuti langkah Jaka menuju lapangan, sebenarnya Jevan sudah tidak kuat ikut bermain, tapi ia tidak ingin mengecewakan team dan anak Noesantara.

   "Jevan, kamu kapten team sekarang, bapak harap kamu bisa membantu team kamu untuk memenangkan pertandingan ini." perintah salah satu pelatih Jevan tegas.

   "siap pak." jawab Jevan dengan suara lemah.

   "kamu kenapa Jevan?" tanya pelatih itu lagi.

   "saya gapapa pak, cuma sedikit pusing aja, tapi saya masih sanggup bermain." ujar Jevan yakin.

   "kamu yakin?" tanya pelatih itu lagi.

   "saya yakin pak." jawab Jevan.

   "baiklah, semangat Team! SATU SUARA UNTUK NOESANTARA!!" teriak pelatih itu.

   "HUU! HAA!" jawab mereka serempak dengan semangat.

   Pertandingan pun dimulai, semua sporter baik dari Noesantara maupun sporter sekolah lain tampak saling beradu suara.

   Ternyata Theo juga ikut menonton pertandingan itu, padahal kondisinya juga sedang tidak baik-baik saja.

   "Theo!" panggil Bian dari tepi tribun.

   "Bian.. Sini duduk dekat Theo." ajak laki-laki itu.

   "lo habis dipukul kak Sean lagi?" sontak Bian bertanya saat melihat perban di kepala Theo.

   "ohh ini, Theo habis jatuh Bian." tentu saja Theo berbohong soal itu.

   "lo gak bisa bohong sama gue Theo, gue tau kalau lo lagi bohong sekarang." ujar Bian di tengah sorakan para sporter.

   Theo diam tak berkutik, ia kembali mengalihkan pandangan nya ke arah lapangan.

   Menit pertama Jevan masih bermain dengan stabil, tapi lama kelamaan ia mulai tidak fokus, bahkan bola yang dioper kepadanya dengan gampang direbut oleh lawan.

END : Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang