mencoba melepaskan

3.5K 495 25
                                    

seseorang terbangun, cahaya terang menusuk penglihatan nya

"kak? DOKTER! DOKTER! KAKA SAYA BANGUN!"

"hah...."

.
.
.

terlihat seseorang duduk di kasur milik Caine dengan tatapan kosong dan sendu, tempat yang sama saat seseorang menenangkan dirinya saat ia mengingat sang ibu

dan kini ia merasakan hal yang sama lagi, mengigat seseorang yang ia anggap ibu, namun kali ini berbeda, tak ada pelukan hangat yang menemaninya

"gin?" panggil seseorang dari arah pintu

"kenapa krow?" gin berbalik dan menatap Krow yang berjalan mendekat

krow duduk di samping gin "udah lah jangan sedih terus" kata krow menepuk nepuk pundak gin

"iya krow" gin tersenyum "gua juga nyoba ikhlas kok"

"sebenernya gua pengen ngomong sesuatu tentang Caine" krow tibabtiba saja berbicara hal tersebut

"apa krow?" tanya gin

"gua nggak yakin lu bakal percaya tapi... kita nggak sepenuhnya kehilangan dia kok" jelas krow

gin menyipitkan matanya tanda tak paham "maksud lu gimana?"

"iyaa, kita emang kehilangan Caine, tapi kita nggak kehilangan Harris" jelas krow

gin semakin tak paham "gimana? nggak paham nih gua"

krow pun menjelaskan tentang pertemuan pertamanya dengan Harris waktu itu, di mana ia menjelaskan jika ia adalah seorang yang bertransmigrasi

"jadi... selama ini dia... Harris?" tanya gin ke krow

"iya gin" jawab krow dengan wajah datarnya

"apa kita Harus transmigrasi ke dunia dia?" tanya gin

"kaga bisa lah bego" jawab krow "ya mau nggak mau kita tetap harus ikhlas sih, karena endingnya emang kita kehilangan Caine tapi tetep nggak bisa ketemu sama Harris"

.
.
.
.

seseorang menyesap rokok yang entah seberapa di suatu tempat yang bisa di bilang jauh dari rumah nya

ia duduk di antara batu batu yang abstrak, kakinya yang sesekali di terjang ombak biru yang seakan mengajak dirinya untuk turun

hamparan biru sebening kaca yang ternyata adalah sebuah mimpi buruk, sesuatu yang indah ternyata juga menghilang sesuatu yang indah

riji menghela nafas berat "hufttt, bego bego, harusnya gua ikut anjirr, fuck.." riji memukul kepala nya sendiri

seseorang Manahan tangan riji "stop jii"

"Mako...." riji menatap Mako bingung

pantai ini sangat jauh dari rumah dan siapa juga yang berfikir ingin sini

"ngapain lu ke sini?..." tanya riji

Mako duduk di samping riji "lu gua cariin di mana mana kaga ada sih"

"kok lu tau gua di sini?" tanya riji lagi

Mako terkekeh "lu pikir gua kaga tau kalo stres lu kesini, lu sering kan bilang ke papi kalo ke uwu ternyata ngerokok di sini"

riji ikut tertawa "ternyata ada yang tau... lu nggak Cepu kan tapi"

"kaga lah!!"

Mako menatap wajah riji "ji, ikhlas yuk, biar mami tenang di sana"

rutunan kata yang keluar dari bibir Mako itu langsung membuat air mata riji jatuh begitu saja, riji menundukan kepalanya agar Mako tak dapat melihat dirinya menangis

"lu nggak papa kok kalo mau nangis, santai aja" kata Mako menepuk nepuk bahu riji

tanpa babibu riji langsung memeluk tubuh Mako, Mako yang tau apa yang riji rasakan pun mengusap usap punggung riji "rijii, ikhlasin mami yaa, kalo riji kaya gini mami sedih ji"

.
.
.
.
.

Rion duduk menatap ke arah balkon di ruang kerjanya, di sana biasanya ia melihat Caine yang entah sedang menyirami tanaman ataupun meneriaki anak anaknya yang sedang bermain

"echi jangan manjat pohon! bahaya!"

lamunan Rion tersadar saat suara itu tiba tiba saja menyapa pendengarannya, seketika memori dengan Caine di tempat ini terulang

"yonn, mau makan apa?"

"Yon liat ituu ada kupu kupu masuk"

"iyonn aku nemenin Mia ke toko es krim bentar yaaa, byeee"

Rion seakan dapat merasa jika Caine masih ada di sini

jiwanya seperti menolak mengetahui Caine telah tiada, ia merasa Caine masih ada di sampingnya

.
.
.

terlihat dua orang yang sedang duduk di pinggiran pantai sembari menatap langit yang mulai berubah manjadi oranye

"gil.. habis ini kita gimana?"

Agil memutar kepalanya ke arah orang itu "nggak tau gua chi, gua juga baru aja ngerasain punya keluarga dan peran ibu di sana"

echi menghela nafas panjang "gua cape gil, kenapa sih kita nggak hidup normal aja? nggak usah berada di lingkungan kriminal kaya gini"

Agil tersenyum tipis dan menatap ke arah hamparan biru di depannya "chi... gua juga pengen gitu chi, tapi gimana lagi chi.."

"udah sore gil, pulang yuk" ajak echi ke Agil

Agil pun mengangguk

.
.
.

ruang tamu di penuhi banyak orang, namun rasanya tak seperti biasanya

"jadi gimana Pi? kenapa kita di kumpulin?" tanya aenon

Rion menghela nafas panjang "hufttt, karena di sini gua ngerasa kita nggak bisa bener bener on kaya dulu lagi, gua mutusin buat tnf main di belakang dulu aja, dan gua minta, Agil echi" Rion menatap Agil dan echi

"kalo emang kita terpaksa harus maju, gua minta kalian yang komandoin, sementara gua akan megang bisnis aja" kata Rion

"siap" Agil pun mengangguk

spontan~

anying bingung gua mau di isi apa yang bagian ini

Rioncaine | become a lead caracter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang