34. asam basa

32 3 0
                                    

Hai pren
Kembali lagi di cerita ini
Selamat membaca

.
.

"Ada asam ada basa, walaupun rasa dan sifatnya berbeda, tetapi juga disatukan akan menjadi garam yang memberikan rasa baru. Dan dalam sebuah hubungan, jangan sampai ada orang baru."

.
.

"Lupain gue." Ucap Ayra.

"Gue udah berusaha, tapi tetap ngga bisa. Gue bahkan udah cari cewek untuk gue jadiin pelampiasan, but tetap aja ngga bisa."

"Boleh gue bilang kalau lo jahat?"

"Jahat? Why?"

"Lo jadiin itu cewek sebagai pelampiasan. Seharusnya lo ngga ngelakuin hal itu. Satu fakta, Nu, gue ngga mungkin mutusin Akara. So, lo harus belajar ikhlas." Ayra menutup novel yang tadi dibacanya dan kembali meletakkannya di atas meja kasir. "Ngga semua yang lo suka, harus lo miliki."

***

Sekarang Nurmala tengah duduk bersebelahan dengan Windy, mereka berdua seperti melihat drama Korea tapi secara nyata. Iya, Arkan datang ke rumah Nurmala untuk menemui Syakila tentunya. Pasangan itu tengah berdebat tentang tuduhan Syakila selingkuh. Entah Arkan mendapatkan informasi dari mana, yang pasti, Syakila pun tidak tau.

"Kita ngapain disini, Win?" Ucap Nurmala pelan kala popcorn yang tadi ia bawa dari dapur sudah habis dimakannya.

"Nonton drama secara langsung lah, ngapain lagi. Momen langka ini." Windy menyahut dengan memakan cemilan yang ia minta dari Nurmala.

"Maksud insta story mu itu apa, Ar? Kamu udah punya cewek lain? Hebat ya kamu!" Syakila sudah bersedekap dada, kepalanya sudah pusing luar biasa, baru saja di usir dari rumah, sekarang Arkan malah mengajaknya berdebat seperti ini.

Arkan tersenyum miring. "Bukanya kamu yang selingkuh?"

Nurmala yang mendengar hal itu menganga tak percaya. "Demi apa? Syakila selingkuh?" Ucapnya yang hanya bisa di dengar oleh ia dan Windy.

"Gue yang ngga tau apa-apa mending jadi tim netral aja deh, Mal."

"What?" Syakila menautkan kedua alisnya, bingung dengan ucapan Arkan. Sejak kapan ia selingkuh? Untuk apa ia melakukan hal itu? Bahkan dari sekian banyak cowok yang Syakila kenal, yang menarik perhatiannya adalah Arkan. "Maksud lo apa?!"

Arkan berjingkrak kaget. Bagaimana tidak, Syakila tiba-tiba meninggikan suaranya. "Temen ku bilang, kamu selingkuh sama dia. Udah lah, Sya, ngaku aja. Aku tau dia lebih ganteng dari aku, lebih kaya, lebih _"

"Bulshit!" Sahut Syakila. "Kontak temen mu aja aku ngga punya, temen mu siapa aja aku ngga tau, apa pernah kamu ngenalin aku ke temen mu? Terus tadi kamu bilang apa? Selingkuh? Punya pacar satu aja repot."

Arkan terdiam, apa dirinya semerepotkan itu? Tapi yang di bilang Syakila ada benarnya, Arkan bahkan tidak pernah mengenalkan Syakila dengan temannya. Apa temannya itu hanya ingin membuat hubungan Arkan dan Syakila kandas?

"Cinta itu ibaratkan hukum atom, ada saatnya harus saling memiliki, ada juga saatnya harus saling melepaskan. Dan kalau memang kamu udah ngga mau sama aku itu bilang, Ar, ngga harus nuduh aku begini. Jatuhnya fitnah tau ngga?!"

Arkan menggelengkan kepalanya, jujur, ia tidak mau kehilangan Syakila. Bisa saja temannya itu mengaku sebagai pacar Syakila hanya karna cintanya bertepuk sebelah tangan. "Aku ngga mau ngelepasin kamu, Sya. Dalam sebuah hubungan jangan sampai ada orang baru."

"Dan aku ngga punya orang baru, Ar."

Nurmala menghela napas. Bolehkah ia merasa iri dengan pasangan dihadapannya ini? "Emang bener kata Albert Einstein, Bagaimana mungkin engkau menjelaskan fenomena biologis yang sedemikian penting seperti cinta pertama dalam pengertian kimia dan fisika?"

"Dari artikel yang gue baca, www.liputan6.com gue nemu satu quotes begini, Berdasarkan hukum fisika, segala sesuatu cenderung menuju kekacauan, sulit mempertahankan keteraturan." Sahut Windy yang masih memperhatikan gerak gerik pasangan dihadapannya itu. Karna cewek itu berucap sampai membawa nama website membuat Nurmala melotot kaget. Bagaimana bisa temannya itu hafal sampai nama website juga?

"Maaf Sya, tadi aku terlanjur emosi dan ngga percaya sama kamu."

"Untuk apa aku selingkuh, Ar? Kamu udah cukup untuk aku."

Arkan tersenyum, cowok itu mengambil tangan kiri Syakila untuk di genggamnya. "Kamu tau, Sya? Cinta ku ke kamu itu seperti atom, ngga bisa dibagi dengan apapun."

Melihat senyum Arkan membuat Syakila ikut tersenyum. "Ar, senyum mu itu seperti glukosa.... Iya, manis."

"MAK, MAU BELI TIKET KE MARS AJA!!!" Teriak Nurmala dan Windy bersamaan setelah tertekan melihat gombalan-gombalan yang dilontarkan tadi.

***

"Kalau dirasakan... Emang lebih nyaman di rumah ini, dibanding ikut mama tiri." Ucap Bastian saat duduk di single sofa sembari memakan cemilan yang ia ambil dari dapur tadi. Tidak lupa cowok itu menyalakan televisi.

"Gimana ngga nyaman, kamu juga dari kecil betahnya di rumah kakak." Ayra menyahut dan mendudukkan dirinya di sofa yang menghadap langsung ke televisi.

Bastian menyengir, ia akui, rumah Ayra memang nyaman. Bahkan ia lebih memilih untuk tinggal di rumah Ayra dibanding rumah kakek nya. Melihat suasana rumah yang sepi dan hanya ada ART di dapur membuat Bastian ingin menanyakan hal yang membuatnya penasaran sejak kemarin malam.

"Kak Ay, mau nanya dong."

Ayra sejenak mengalihkan pandangannya dari handphone milik nya. "Hm, apaan?"

"Kakak ada hubungan apa sama Danu?"

Bagai tersambar petir di siang hari, eh, salah, masih pagi. Bagai tersambar petir di pagi hari, Ayra diam mematung mendapat pertanyaan di luar dugaannya.

"Ma-maksudnya?"

Bastian berdeham sebelum kembali menjawab ucapan Ayra. "Engga, tadi malam di butik, aku liat kakak lagi ngobrol serius sama Danu. Emang lagi ngobrol masalah apa, kak? Aku dengar juga bawa-bawa perasaan gitu."

Gawat! Batin Ayra menjerit. Bagaimana kalau Bastian mengadu pada Akara? Bisa-bisa cowok yang berstatus sebagai pacarnya itu melabrak Danu lagi.

"Eh... Engga, i-itu..."

Belum sempat Ayra menyelesaikan ucapannya, Bastian sudah lebih dulu memotongnya. "Danu suka sama kakak?"

Ayra menggelengkan kepalanya cepat. Mana mungkin ia jujur dengan sepupunya itu, bisa-bisa Bastian mengadu, atau bisa saja Bastian tengah merekam pembicaraan mereka. Sungguh, jauh sekali pemikiran Ayra.

"Bang Kara juga pernah cerita ke aku, katanya Danu suka ke kakak. Tapi aku percaya sih, ngga mungkin juga kakak selingkuh."

Ayra menghela napas lega. "Nah, itu kamu tau. Ngga mungkin aku selingkuh, dek. Aku ngga sejahat itu. Urusan dia suka ke aku, itu biar jadi urusan dia, yang terpenting aku ngga balas perasaan itu."

"Walaupun akhir circle pertemanan kakak bubar sekalipun?"

"It's okay, aku ngga mempermasalahkan itu dek."

"So, apa yang akan kakak lakuin?"

Ayra, cewek itu menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. "Buat dia benci liat gue." Ucapnya lirih.

"Aku punya ide...."

.
.

Hai pren
Yuk kasih vote dan komen kalian!
Sampai ketemu di chapter selanjutnya.

See you

29 Juni 2024

GENIUS CIRCLE [TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang