chapter 16: Rumor

10 5 0
                                    

Langit pagi yang masih dihiasi oleh bintang-bintang serta bulan sabit mampu membuat siapapun terpukau saat melihat pemandangan indah yang diciptakan oleh sang pemilik alam semesta ini.

Dia mendengar suara ayam yang berkokok tanda siap memulai hari. Semilir angin pagi yang dingin menerjang kacu yang tengah dipakai oleh lelaki jangkung yang memakai seragam Pramuka lengkap.

Sudah ada setengah jam Lyam berdiri di depan rumahnya sambil menikmati pemandangan pagi yang indah ini. Kaki bersihnya yang tak dilapisi oleh sandal langsung menyentuh rerumputan hijau. Entah kenapa Lyam jadi suka melihat pemandangan langit semenjak beberapa hari yang lalu.

Lyam membuang kasar napasnya kemudian melihat jam yang bertengger di tangan kanannya yang masih menunjukkan pukul setengah empat pagi. Lyam segera berjalan menuju pintu rumahnya untuk memakai sepatu serta berpamitan kepada sang Mamah sebelum pergi.

"Ke mana aja Adek?" tanya Prisa saat melihat Lyam yang tengah memakai sepatu di samping sofa ruang tamu.

"Di luar," jawab Lyam masih sibuk memakai sepatu.

Prisa menganggukkan kepalanya mengerti. Namun tak lama setelah itu Prisa kembali bertanya kepada putra bungsunya. "Abang kamu ke mana? Dari tadi Mamah gak ngeliat dia?" Prisa mendudukkan bokongnya di sofa.

"Di kamarnya mungkin."

Setelah mendengar jawaban Lyam, lalu Prisa mengambil handphone yang ia simpan di samping pas bunga berukuran kecil yang berada tepat di depan sofa. Beberapa menit pun berlalu, Prisa masih sibuk dengan handphonenya lalu Lyam yang tengah memain-mainkan beberapa atribut yang menempel pada seragamnya.

Tak lama Prisa kembali bersuara. "Hati-hati waktu kemping nya, jangan banyak ngelamun selalu istighfar inget sama Allah, hati Adek gak boleh kosong, yang paling penting jangan tinggalin sholat lima waktu plus jangan mincrak," jelas Prisa yang mendapatkan anggukkan kepala oleh Lyam.

Hari ini Lyam akan pergi ke Jatinangor Bandung untuk melaksanakan kegiatan Pramuka yang sering disebut juga dengan Harmoni beragama. Lyam segera menggendong tasnya menuju teras untuk menunggu Arziki keluar dari kamarnya.

Setelah lima belas menit berlalu akhirnya Arziki keluar dari kamarnya mengunakan hoodie hitam dengan celana jins senada. Dia berjalan menuju dapur untuk mengambil kunci mobil yang ia simpan di laci dekat rak Lego sebelum akhirnya berlari menuju garasi.

Dapat Lyam lihat rambut sang Kakak yang masih setengah basah tengah tertutupi hoodie agar tidak diketahui oleh Prisa, bisa-bisa telinga Arziki akan menjadi korban. Arziki segera membunyikan klakson agar Lyam cepat masuk ke dalam mobil.

"Ngelamun bae lo," sindir Arziki saat melihat Adiknya masuk ke dalam mobil.

"Tidur mulu lo udah kaya kebo aja, gue aduin ke Mamah coba," sindir balik Lyam yang langsung membuat Arziki diam seribu bahasa.

Lyam menurunkan kaca mobil saat melihat Prisa yang sedang berjalan menuju nya. "Ini, obat Adek jangan lupa diminum oke?" Prisa memberikan tote bag berukuran kecil pada putra bungsunya.

Lyam hanya mengangguk singkat lalu menyalami lengan Prisa. Setelah selesai berpamitan Arziki segera menyalakan mesin mobil mulai membelah jalanan pada pagi ini.

Sepanjang perjalanan menuju SMA Nusa Harapan tidak ada yang membuka suara, yang terdengar hanya suara jalanan yang sudah mulai ramai oleh pengendara.

"Woy bangun, ini udah sampe juga gimana sih?!" Arziki mencubit lengan Lyam dengan keras hingga membuat sang empu melemparkan tatapan sinis padanya.

"Jangan sokab," ucap Lyam sebelum memilih keluar dari mobil dan berjalan menuju bagasi untuk mengambil barang-barang yang tadi ia bawa.

"Mau dibantuin gak?" tanya Arziki yang sedang berdiri di samping Lyam.

Find out the world Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang